dalam peningkatan pemahaman tentang kesehatan reproduksi dan penyampaiannya kepada siswa adalah faktor umur, status perkawinan dan pendidikan guru.
5.2. Sikap Guru Sebelum dan Sesudah Dilakukan Intervensi Simulasi
Sikap guru dalam penelitian ini adalah respon atau tanggap dari guru tentang pendidikan kesehatan reproduksi yang didasarkan pada 15 lima belas indikator
melalui pertanyaan dalam kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum dilakukan intervensi simulasi, diketahui 67,2 menyatakan tidak setuju, demikian
dengan anjuran menggunakan alat kontrasepsi juga tidak setuju 44,8, mayoritas guru tidak setuju 50 terhadap risiko kehamilan dini bagi remaja, mayoritas
65,5 tidak setuju bahwa informasi tentang kesehatan reproduksi yang kurang bagi remaja akibat tidak dikonfirmasikan oleh guru atau orang tua.
Selain itu mayoritas guru tidak setuju 56,9 pendidikan kesehatan reproduksi merupakan kebutuhan bagi remaja 44,8 bahwa informasi kesehatan
reproduksi bagi remaja mutlak merupakan tugas guru, namun mayoritas tidak setuju 48,3 terhadap pernyataan norma dan budaya menjadi penghambat untuk
pendidikan kesehatan reproduksi bagi remaja, dan pernyataan pendidikan kesehatan reproduksi dapat dimasukkan dalam kurikulum pendidikan relatif sama kurang setuju
39,7 dan tidak setuju 37,9, dan mayoritas guru tidak setuju 72,4 bahwa guru yang bertanggung jawab terhadap pengawasan dan pemantauan terhadap
pertemanan siswa.
Julia Veronica : Pengaruh Metode Simulasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Guru Tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja Di Sekolah Menengah Umum Dan Sekolah Menengah Kejuruan Swasta Pencawan Medan Tahun 2009
Secara akumulasi menunjukkan bahwa sikap guru sebelum dilakukan intervensi diketahui 48,3 sikap guru termasuk sedang, dibandingkan sikap yang
baik 27,6 dan kurang 24,1. Keadaan ini memberikan fenomena bahwa secara nyata sikap guru tentang kesehatan reproduksi sudah tergolong baik.
Setelah dilakukan intervensi simulasi, diketahui bahwa terjadi perubahan sikap guru secara nyata, yang diindikasikan dari perubahan indikator-indikator sikap,
di mana 56,9 tidak setuju bahwa wacana hubungan seksual bagi remaja adalah wajar, anjuran penggunaan alat kontrasepsi bagi remaja sama antara setuju dengan
tidak setuju 39,7, dan mayoritas kurang setuju 43,1 terhadap usia perempuan yang baik melahirkan, mayoritas guru masih tidak setuju pencegahan kehamilan tidak
diinginkan hanya dapat dilakukan melalui pendidikan kesehatan reproduksi 43,1. Selain itu mayoritas guru setuju 53,4 jika remaja yang kurang akses
informasi tentang pendidikan kesehatan reproduksi akibat tidak dikonfirmasikan oleh guru dan orang tua, mayoritas guru setuju 50,0 bahwa pendidikan kesehatan
reproduksi merupakan kebutuhan bagi remaja, mayoritas guru setuju 48,3 jika pendidikan kesehatan reproduksi dapat diberikan oleh guru. Kemudian diketahui juga
bahwa mayoritas guru setuju 51,7 bahwa norma dan adat serta budaya dapat menjadi penghambat pendidikan kesehatan reproduksi bagi remaja, namun mayoritas
guru masih kurang setuju 55,2 bahwa guru adalah penanggung jawab mutlak untuk pendidikan kesehatan reproduksi bagi remaja, dan guru masih tidak setuju
50,0 jika pendidikan kesehatan reproduksi dimasukkan dalam kurikulum
Julia Veronica : Pengaruh Metode Simulasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Guru Tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja Di Sekolah Menengah Umum Dan Sekolah Menengah Kejuruan Swasta Pencawan Medan Tahun 2009
pendidikan, serta mayoritas guru kurang setuju 55,2 bahwa pertemanan siswa sebaiknya dilakukan pemantauan dan pengawasan oleh guru.
Selain itu sikap guru secara akumulatif juga meningkat, di mana 58,6 sikap guru termasuk baik, dibandingkan sikap sedang 25,9 dan kategori kurang
15,5, artinya terjadi peningkatan sikap kearah yang lebih baik sebesar 31,0. Hasil uji pair t test menunjukkan bahwa variabel sikap pada guru kelompok
perlakuan menunjukkan pada terdapat perbedaan rerata nilai sebelum dan sesudah dilakukan intervensi yaitu dari 25,04 menjadi 27,81 pada nilai t 22,252, dan dengan
nilai p=0,000 artinya terdapat perbedaan sikap guru tentang kesehatan reproduksi pada remaja sebelum dilakukan intervensi simulasi dengan sikap guru sesudah
dilakukan intervensi simulasi. Sedangkan pada kelompok kontrol, diketahui juga terdapat perbedaan rerata
nilai dari 23,94 menjadi 27,63 dengan nilai t 2,905 dan nilai p=0,007, artinya guru pada kelompok kontrol juga mempunyai perubahan sikap tentang kesehatan
reproduksi pada remaja sebelum dan sesudah dilakukan intervensi simulasi. Terjadinya peningkatan sikap guru ini dipengaruhi oleh intervensi simulasi tentang
kesehatan reproduksi, peningkatan tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.2.
Julia Veronica : Pengaruh Metode Simulasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Guru Tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja Di Sekolah Menengah Umum Dan Sekolah Menengah Kejuruan Swasta Pencawan Medan Tahun 2009
Gambar 5.2. Perbedaan Sikap Guru Sebelum dan Sesudah Intervensi Simulasi tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi
Demikian halnya dengan pengetahuan, maka sikap juga dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri guru berupa umur, pendidikan, jenis kelamin maupun status
perkawinan. Peningkatan sikap kategori baik dari 27,6 menjadi 58,6 berarti ada peningkatan 31, dan hampir sama dengan peningkatan pada pengetahuan
responden. Keadaan ini relatif sama dengan kondisi yang dihadapi pada analisis peningkatan pengetahuan, bahwa sikap peserta penelitian selain dipengaruhi oleh
faktor internal juga faktor eksternal. Faktor internal dapat berupa komitmen dan keseriusan mengikuti proses simulasi, serta kemampuan menginternalisasi dan
mengingat hasil dari proses simulasi, dan faktor luar dapat berupa ketidakcakapan
Julia Veronica : Pengaruh Metode Simulasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Guru Tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja Di Sekolah Menengah Umum Dan Sekolah Menengah Kejuruan Swasta Pencawan Medan Tahun 2009
fasilitator simulasi, atau kurangnya media-media yang mendukung pelaksanaan simulasi.
Hasil uji chi square menunjukkan bahwa umur mempunyai hubungan signifikan dengan sikap guru p=0,039, dan secara proporsi menunjukkan guru
dengan sikap baik 65,7 terdapat pada guru dengan usia ≥35 tahun dibandingkan guru dengan usia 35 tahun 47,8.
Menurut Ahmadi 2004 perubahan sikap yang berhubungan dengan umur senada dengan konsep peningkatan pengetahuan sejalan dengan perubahan umur,
artinya pertambahan usia berdampak terhadap pengalaman-pengalaman yang diperolehnya, demikian juga dengan sikap guru terhadap pendidikan kesehatan
reproduksi, karena sikap ini terjadi diawali dari proses tahu, dan memahami sampai pada tahap sintesis sehingga melahirkan sikap, baik sikap positif maupun sikap
negatif.
5.3. Pengaruh Intervensi Simulasi terhadap Pengetahuan dan Sikap Guru