Pengetahuan Guru Sebelum dan Sesudah Dilakukan Intervensi Simulasi

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Pengetahuan Guru Sebelum dan Sesudah Dilakukan Intervensi Simulasi

Pengetahuan guru tentang kesehatan reproduksi remaja adalah segala sesuatu yang diketahui oleh guru tentang pengertian kesehatan reproduksi dan ruang lingkup kesehatan reproduksi bagi remaja dari 25 dua puluh lima indikator pengetahuan dengan alternatif jawaban benar dan salah dalam kuesioner penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum dilakukan intervensi simulasi, mayoritas guru 62,1 masih salah tentang pengertian remaja, 51,7 benar memahami tentang tanda kematangan organ laki-laki mayoritas guru, namun 65,5 guru yang menjawab salah tentang tanda kematangan organ perempuan. Berdasarkan pengertian menstruasi, lama dan frekuensi menstruasi mayoritas masih menjawab salah yaitu masing-masing 53,4 dan 65,5. Selain itu berdasarkan penyebab kehamilan, usia kehamilan yang baik mayoritas guru masih salah menjawab, masing- masing 58,6 dan 62,1, kemudian dari indikator penyakit menular seksual, diketahui mayoritas guru masih salah menjawab tentang gejala gonore pada laki-laki 56,9, dan gejala gonore pada perempuan 63,8. Hasil akumulasi indikator pengetahuan menunjukkan bahwa sebelum dilakukan intervensi simulasi pengetahuan guru 36,2 termasuk kategori sedang, dan pengetahuan guru kategori baik dan kurang relatif sama yaitu 32,8 dan 31,0. Keadaan ini menunjukkan bahwa pengetahuan guru masih yang termasuk sedang Julia Veronica : Pengaruh Metode Simulasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Guru Tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja Di Sekolah Menengah Umum Dan Sekolah Menengah Kejuruan Swasta Pencawan Medan Tahun 2009 tentang pendidikan kesehatan reproduksi bagi remaja, kategori ini menunjukkan guru masih belum sepenuhnya memahami tentang ruang lingkup kesehatan reproduksi dan upaya peningkatan pengetahuan kesehatan reproduksi bagi remaja atau siswa di sekolahnya. Setelah dilakukan intervensi simulasi tentang kesehatan reproduksi dengan memilah kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol, diketahui bahwa setelah 1 minggu kemudian dilakukan kembali evaluasi pengetahuan guru tentang kesehatan reproduksi dengan menggunakan pedoman yang sama menunjukkan terjadi peningkatan pemahaman guru tentang kesehatan reproduksi bagi remaja yang dilihat dari beberapa indikator, yaitu 62,1 guru sudah mampu menjawab dengan benar 55,2 guru memahami tentang tanda kematangan organ laki-laki, dan 58,6 menjawab benar tentang tanda kematangan organ perempuan, 60,3 juga menjawab benar tentang tanda kehamilan bagi remaja 67,2 guru menjawab benar gejala gonore pada laki-laki. Keadaan ini memberikan gambaran bahwa terjadi peningkatan pengetahuan guru rata-rata 30. Kemudian dilihat dari kategorisasi pengetahuan berdasarkan akumulasi indikator pengetahuan menunjukkan bahwa 56,9 pengetahuan guru termasuk baik, sedangkan pengetahuan guru kategori sedang dan kurang relatif sama yaitu masing-masing 20,7 dan 22,4. Hasil uji pair t-test menunjukkan guru pada kelompok perlakuan terdapat perbedaan pengetahuan guru sebelum dan sesudah dilakukan intervensi simulasi yang ditunjukkan oleh perbedaan rata-rata nilai yaitu 31,27 sebelum dilakukan intervensi simulasi menjadi 34,00 sesudah dilakukan intervensi simulasi dengan nilai p=0,000, Julia Veronica : Pengaruh Metode Simulasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Guru Tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja Di Sekolah Menengah Umum Dan Sekolah Menengah Kejuruan Swasta Pencawan Medan Tahun 2009 artinya secara statistik menunjukkan terdapat perbedaan pengetahuan guru sebelum dan sesudah dilakukan intervensi simulasi. Selain itu pada kelompok kontrol juga mengalami peningkatan erat yaitu dari 35,75 menjadi 38,44, dengan nilai p=0,030, artinya pada kelompok kontrol juga terdapat perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi simulasi. Keadaan ini memberikan gambaran bahwa intervensi simulasi sangat bermanfaat bagi peningkatan pengetahuan guru tentang kesehatan reproduksi bagi remaja, meskipun masa evaluasi terhadap pengetahuan guru dilakukan selama satu minggu, karena dalam metode simulasi ini kecenderungan guru untuk memahami tentang muatan informasi lebih mudah karena disertai dengan contoh-contoh dan alat peragaan. Simulasi adalah kegiatan pembelajaran yang memberi kesempatan kepada pembelajar untuk meniru satu kegiatan yang dituntut dalam pekerjaan sehari-hari atau yang berkaitan dengan pekerjaan sehari-hari atau yang berkaitan dengan tanggung jawabnya. Proses simulasi ini secara aktif merangsang guru untuk lebih fokus memahami informasi yang diberikan, sehingga tingkatan pengetahuan guru tidak hanya sekedar tahu, tetapi sampai pada tahap analisis, yaitu guru mampu menjabarkan dan menganalisis keseluruhan informasi dengan keadaan yang ditemui di lapangan, dan masa satu minggu sebelum dilakukan evaluasi, guru dapat mengaplikasikannya dalam proses belajar mengajar, sehingga tahapan pengetahuan ke tahap sintetis secara perlahan mulai terbentuk, sehingga ketika dilakukan evaluasi Julia Veronica : Pengaruh Metode Simulasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Guru Tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja Di Sekolah Menengah Umum Dan Sekolah Menengah Kejuruan Swasta Pencawan Medan Tahun 2009 pengetahuan kembali terjadi peningkatan pemahanan keseluruhan indikator pengetahuan tentang kesehatan reproduksi bagi remaja. Hasil penelitian ini senada dengan penelitian Firman 2005 menunjukkan bahwa pendidikan peer education dengan menggunakan alat peraga dan simulasi mampu meningkatkan pengetahuan siswa sebesar 68,2 dan secara statistik dengan nilai p=0,037 dengan uji –independet test menunjukkan terdapat pengaruh signifikan peer education dan simulasi dengan pengetahuan siswa tentang pendidikan kesehatan reproduksi. Senada dengan penelitian Facturahman, dan Bulkani 2006 bahwa penggunaan metode simulasi dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap upaya penanggulangan narkoba dan pencegahan kehamilan tidak diinginkan, dengan perbedaan rerata nila 59,0 sebelum dilakukan intervensi menjadi 73,5 setelah dilakukan intervensi simulasi dan secara statistik dengan uji pair t test menunjukkan pada nilai p=0,004 terdapat perbedaan signifikan pengetahuan siswa sebelum dan sesudah dilakukan intervensi simulasi, dan hasil uji pair t test juga menunjukkan pada nilai t=64,319 menunjukkan terdapat pengaruh metode simulasi dengan pengetahuan siswa tentang penanggulangan narkoba dan pencegahan kehamilan tidak diinginkan. Fenomena penelitian di atas sejalan dengan penelitian ini bahwa berdasarkan hasil uji pair t test pada pada nilai rerata 38,67 dengan nilai t – 43,267 terdapat pengaruh signifikan intervensi simulasi tentang kesehatan reproduksi terhadap pengetahuan guru tentang kesehatan reproduksi pada remaja dengan nilai p=0,000, Julia Veronica : Pengaruh Metode Simulasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Guru Tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja Di Sekolah Menengah Umum Dan Sekolah Menengah Kejuruan Swasta Pencawan Medan Tahun 2009 artinya metode simulasi yang dilakukan setelah dilakukan evaluasi selama 1 minggu menunjukkan peningkatan pengetahuan guru. Peningkatan pengetahuan secara akumulasi adalah sebelum dilakukan intervensi pengetahuan guru kategori baik sebesar 32,8 menjadi 56,9 artinya ada peningkatan sebesar 24,1, terjadi penurunan pengetahuan guru yang kurang dari 31,0 sebelum intervensi menjadi 22,4 setelah dilakukan intervensi, artinya terjadi penurunan sebesar 8,6, seperti pada Gambar 5.1. Gambar 5.1. Perbedaan Pengetahuan Guru Sebelum dan Sesudah Intervensi Simulasi tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi Peningkatan pengetahuan ini dinilai relatif kecil hanya 31,0 setelah dilakukan intervensi simulasi. Hal ini dapat terjadi mengingat masa evaluasi yang dilakukan selama 1 minggu setelah dilakukan intervensi simulasi sehingga kurang Julia Veronica : Pengaruh Metode Simulasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Guru Tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja Di Sekolah Menengah Umum Dan Sekolah Menengah Kejuruan Swasta Pencawan Medan Tahun 2009 mampu menginternalisasi dan mengingat hasil simulasi yang telah dilakukan sehingga berpengaruh pada jawaban yang diberikan pada post test, selain itu juga dipengaruhi oleh terbatasnya kelengkapan media informasi dalam pelaksanaan simulasi seperti bahan-bahan peraga tentang kesehatan reproduksi dalam bentuk patung asli, dan faktor lain bisa saja bersumber dari peserta penelitian yang kurang komitment dan keseriusan dalam mengikuti proses simulasi. Hasil penelitian menunjukkan 62,9 guru dengan pengetahuan yang baik terdapat pada guru dengan usia ≥35 tahun dibandingkan guru dengan usia 35 tahun, dan secara statistik dengan uji chi-square menunjukkan umur guru mempunyai hubungan signifikan dengan nilai p=0,000. Umur guru yang lebih tua berkaitan dengan lamanya hidup guru dan mempunyai pengalaman yang lebih dalam penanganan dan keterlibatannya dalam masalah pendidikan kesehatan reproduksi, apalagi guru tersebut sudah kawin, sehingga secara faktual akan lebih memahami tentang bagaimana memberikan pendidikan kesehatan reproduksi bagi siswanya dimana hasil penelitian menunjukkan 64,4 guru dengan pengetahuan baik terdapat pada guru dengan usia ≥35 tahun. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Helmi 1998 bahwa umur pendidik mempunyai pengaruh terhadap penyampaian informasi tentang kesehatan reproduksi bagi anak didiknya yang ditunjukkan dengan proporsi guru yang berusia dewasa 30 tahun mempunyai pengetahuan 93,7 kategori baik. Fuadi 2001 mengemukakan bahwa faktor individu pendidik yang mempunyai peran penting Julia Veronica : Pengaruh Metode Simulasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Guru Tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja Di Sekolah Menengah Umum Dan Sekolah Menengah Kejuruan Swasta Pencawan Medan Tahun 2009 dalam peningkatan pemahaman tentang kesehatan reproduksi dan penyampaiannya kepada siswa adalah faktor umur, status perkawinan dan pendidikan guru.

5.2. Sikap Guru Sebelum dan Sesudah Dilakukan Intervensi Simulasi