Tahap Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran Siklus II

Gambar 4.8 Kegiatan Diskusi Kelompok Setelah diskusi kelas selesai dilaksanakan siswa mengerjakan latihan soal secara individu pada LKS dengan langkah pembelajaran Problem Solving Berdasarkan pengamatan peneliti saat berkeliling memberikan bimbingan dan arahan, terlihat siswa sudah mulai menerapkan empat langkah pembelajaran Problem Solving dengan baik karena siswa sudah mulai terbiasa. Aktivitas siswa pada pertemuan ini sudah mulai mengalami kemajuan, hal ini dapat terlihat dari tidak banyak siswa yang keluar dari tempat duduknya berjalan-jalan. Keadaan di kelas sudah mulai tenang dan proses pembelajaran sudah mulai berjalan baik. Jawaban siswa pada LKS sudah mampu menunjukan kemampuan berpikir kritis dengan menggunakan penyelesaian model pembelajaran pembelajaran Problem Solving Pada akhir pembelajaran setelah peneliti melakukan tanya jawab berupa kuis secara acak, siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Proses pembelajaran ditutup dengan doa dan informasi tentang pembelajaran matematika untuk besok yaitu cara menentukan hasil pecahan dari soal. 3 Pertemuan KedelapanJumat,21 Maret 2014 Materi yang akan dibahas pada pertemuan kedelapan ini adalah menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan dalam kehidupan sehari-hari. Alhamdulillah pada pertemuan materi terakhir ini semua siswa hadir. Pembelajaran dimulai pukul 10.30 – 11.40. Peneliti mengkondisikan siswa dengan baik agar semua siswa dapat belajar dengan lebih baik lagi . seperti biasa sebelum memulai pelajaran peneliti memberikan motivasi kepada semua siswa dengan melaukukan kuis berhadiah. Jika siswa isa menjawab akan diberikan reward, soal berbentuk soal cerita oleh karena itu siswa harus cepat dalam menjawab karena, peneliti ,mebatasi yaitu hanya 10 orang pertama yang akan dinilai dan dikoreksi jika jawaban mereka benar maka peneliti akan memberikan reward, selain itu juga peneliti menunjuk siswa yang nialinya benar harus mempersentasikan awabannnya dipapan tulis agar siswa lain juga dapat mencocokan jawabannya. Kuis ini melatih kemampuan berpikir skritis matematis siswa dan melatih ketepatan waktu. Kuis ini berlangsung selama 10 menit. Selang dari itu, peneliti mulai meneruskan pembelajaran. Sebelum penjelasan dan mendemonstrasikan uraian materi. Peneliti meminta siswa untuk berkumpul bersama kelompoknya yang telah dibentuk pada pertemuan sebelumnya. Peneliti memberikan pengarahan agar proses pembelajaran siswa semakin aktif dan antusias dalam penerapkan model pembelajaran Problem Solving untuk menyelesaikan soal cerita. Peneliti dan observer membagikan lembar kerja siswa tanpa innstruksi dari peneliti siswa langsung berdiskusi dengan kelompoknya. Siswa sudah mulai terbiasa dan lancar menerapkan langkah-langkah pembelajaran Problem Solving. Selama proses belajarnya diskusi kelompok siswa terlihat lebih aktif, disiplin dan saling bertanggung jawab. Dan rata-rata siswa sudah tidak ada lagi yang bertanya mengenai langkah-langkah pembelajaran Problem Solving secara rinci dalm menyelesaikan soal yang berbasis masalah yang sesuai dengan indikato berpikir kritis matematis. Masalah siswa pada saat diskusi kelompok hanya ragu pada jawaban akhir mereka apakah sudah benar atau belum. Dari hasil pengerjaan terlihat 8 kelompok semuanya sudah mampu menerapkan langkah-langkah pemecahan masalah dengan benar dan siswa sudah lebih menunjukan kemampuan berpikir kritisnya dengan menggunakan beragam cara penyelesaian, walaupun ada yang masih sama dalam memberikan alternatif jawaban dalam menyelesaikan hasil akhirnya Pada akhir pembelajaran seperti biasanya guru memberikan latihan soal pada lembar kerja siswa.Mengingat waktu yang diberikan terbatas tanpa intruksi langsung dari peneliti siswa sudah terlihat lancar menerapkan langkah-langkah pembelajaran Problem Solving dan lebih terperinci memberikan jawaban dalam mengerjakan soal. Setelah membahas lembar kerja siswa, peneliti memberikan kesempatan untuk kembali melakukan tanya jawab mengenai hal yang belum mereka pahami. Pada akhir pembelajaran peneliti dan siswa membuat kesimpulan mengenai pelajaran hari ini. Selanjutnnya peneliti menginformasikan bahwa pertemuan selanjutnya akan diadakan tes akhir mengenai materi yang telah dipelajari sebelumnya sampai pertemuan hari ini. Gambar 4.9 Aktivitas Siswa Saat Mempresentasikan Jawaban 4 Pertemuan Kesembilan Rabu,26 Maret 2014 Pada pertemuan hari ini akan dilaksanakan tes akhir siklus II yang tujuannya untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis matematis siswa, apakah mengalami peningkatan dari siklus I atau tidak. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan memeriksa absensi dan semua siswa tampak hadir untuk mengikuti tes. Tes berbentuk essay dengan jumlah soal 5 yang dilaksanakan selama 2 jam pelajaran 2 x 35 menit. Selama proses berlangsung terlihat ada perbedaan dengan tes siklus I, dimana saat ini hampir seluruhnya siswa mengerjakan sendiri meskipun ada sebagian kecil yang belum percaya diri untuk mengerjakan soal-soal yang dianggap sulit dan beberapa siswa ada yang masih bercanda namun peneliti segera menegurnya. Setelah waktu ujian habis siswa segera mengumpulkan lembar tes jawaban, kemudian peneliti melakukan wawancara dengan siswa untuk mengungkapkan pendapat mereka tentang pembelajaran matematika dalam penyelesaian soal dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning. Siswa dikatakan memahami masalah jika siswa mampu mengemukakan data yang diketahui dan yang ditanyakan dari masalah yang diberikan. Pada langkah kedua siswa mampu membuat perencanaan jika siswa mampu membuat strategi yang akan dilakukan terhadap masalah yang diberikan untuk merumuskan suatu rencana pemecahan masalah. Pada langkah melaksanakan rencana siswa melaksanakan rencana penyelesaian yang telah disusun untuk memecahkan masalah yang diberikan.Selanjutkan pada langkah terakhir yaitu meninjau kembali siswa meneliti kembali pada solusi yang lengkap hasil yang telah dilakukan dengan mengecek setiap langkah dan menelaah kembali langkah-langkah yang telah dilakukan dalam pemecahan masalah.

c. Tahap Refleksi

Tindakan pembelajaran pada siklus II ini dapat dikatakan lebih baik, karena dari pembelajaran pertemuan terakhir sudah berjalan dengan tertib dan lancar, tidak ada siswa yang keluar-keluar dari kelompok belajarnya, siswa sudah mulai fokus dan mampu bekerja sama dalam kelompoknya. Setiap siswa sudah tidak ragu mengerjakan soal dengan berbagai alternatif jawaban dan siswa sudah mengerti cara penyelesaian soal menggunakan langkah- langkah pembelajaran Problem Solving Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa menunjukkan bahwa semua komponen yang diamati berada dalam kategori baik walaupun masih ada kekurangan yaitu pada saat diskusi kelompok masih ada siswa yang tidak berani bertanya, dan masih ada dominasi siswa yang berkemampuan tinggi dalam mengerjakan lembar kerja kelompok tanpa melibatkan teman dalam kelompoknya. Berdasarkan pengamatan terlihat bahwa persentase aktivitas pembelajaran siswa dari pertemuan ke 6 sampai 8 mengalami peningkatan. Terlihat pada setiap skor yang diberikan pada aspek yang diamati menunjukan keseluruhan rata-rata presentase sebesar 85,79 diatas indikator yang diharapkan sebesar yaitu 75 . Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Aktivitas Pembelajaran Siswa Siklus II No Aspek yang diamati Penilaian Persentase P6 P7 P8 P9 1 Siswa mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru 84.38 80 87.88 88.57 85.21 2 Siswa mengidentiikasi suatu permasalahan 84.38 82.86 93.94 94.29 88.86 3 Siswa mempresentasikan hasil identifikasinya 75 77.14 87.88 91.43 82.86 4 Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru 59.38 62.86 78.79 82.86 70.97 5 Siswa memecahkan masalah 87.5 88.57 90.91 91.43 89.6 6 Siswa menanggapi pertanyaan guru 84.38 82.86 90.91 91.43 87.39 7 Siswa menentukan solusi permasalahan 87.5 88.57 90.91 91.43 89.6 8 Mengerjakan tugaslatihan yang diberikan 87.5 91.43 93.94 94.29 91.79 Rata-rata presentase 85,79 Keterangan: P = Pertemuan Selain itu, hasil pengamatan pada siklus II yang dilakukan oleh observer guru bidang studi matematika yang memberi penilaian terhadap seluruh aktifitas peneliti selama proses pembelajaran berlangsung di kelas dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Aktivitas Mengajar Guru Peneliti Siklus I No Aspek yang diamati Pertemuan ke - Total Ket. 1 2 3 4 I Pra Pembelajaran 1 Menghimpun data dan informasi tentang kemampuan mengukur peserta didik. 3 3 3 3 12 Baik 2 Menganalisis kemampuan mengukur sebelum ada tindakan. 3 3 4 4 14 Sangat Baik 3 Mengklasifikasi peserta didik sesuai dengan karakteristik. 3 3 3 3 12 Baik II Kegiatan Awal Pembelajaran 1 Memberikan informasi mengenai kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan 3 2 4 3 12 Baik 2 Menempatkan peserta didik sesuai dengan karakteristik. 3 3 3 3 12 Baik III Kegiatan Inti Pembelajaran 1 Melakukan kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Solving 3 3 3 3 12 Baik 2 Penguasaan materi 3 3 4 4 14 Sangat baik 3 Membantu peserta didik yang mengalami kesulitan dalam memahami materi yang dipelajari 2 3 3 4 12 Baik 4 Memberikan penguatan pada peserta didik yang sudah terampil menggunakan latihan soal. 2 3 3 4 11 Baik IV Kegiatan Akhir 1 Menetapkan ketuntasan belajar 2 3 3 4 12 Baik 2 Pemberian tugas rumah 2 3 3 4 12 Baik Jumlah 29 32 36 39 136 Skor maksimal 44 44 44 44 Prosentase 65, 90 72,7 2 81,8 1 88,63 Prosentase rata – rata 77,26 Keterangan: P = Pertemuan Kriteria nilai: Skala skor total : 1 = Kurang Baik Kurang Baik = 1 – 4 2= Cukup Baik Cukup Baik = 5 – 8 3= Baik Baik = 9 – 12 4 = Sangat Baik Sangat Baik= 13 – 16 Wawancara dilakukan setelah proses pembelajaran pada akhir tes siklus II selesai. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui respon dan ketertarikan siswa terhadap model pembelajaran Problem Solving. Wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tingkat kemampuan siswa dalam belajar matematika yang dipilih secara acak. Berdasarkan hasil wawancara pada siklus II dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa berkomentar positif terhadap strategi pembelajaran yang dilakukan peneliti.Pembelajaran menggunakan model pembelajaran pembelajaran Problem Solving dirasa bagus, lebih menyenangkan dan membuat lebih bersemangat. Siswa yang berkemampuan tinggi dan sedang rata-rata sudah tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakan langkah penyelesaian karena sudah terbiasa, sedangkan siswa yang berkemampuan rendah masih terkendala pada proses perhitungan yang merupakan salah satu langkah penyelesaian dalam melaksanakan recana. Hal lain dari hasil wawancara menunjukan siswa sudah dapat menggunakan langkah-langkah model pembelajaran pembelajaran Problem Solving untuk dapat menyelesaikan soal secara terperinci dan dengan cara yang berbeda dalam memberikan jawaban lebih dari satu cara. Menurut sebagian siswa strategi pembelajaran ini juga dirasa sudah layak atau pantas diterapkan dalam pembelajaran matematika disekolah, namun waktunya perlu ditambah lagi. Siswa yang berkemampuan rendah bisa terbantu belajar lebih baik dengan bekerja sama teman lainnya melalui kegiatan diskusi kelompok. Gambar 4.10 Wawancara Siswa Siklus II Selanjutnya, hasil tes kemampuan berpikir siswa yang diperoleh pada siklus II ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan siklus I. Selain itu, hasil tersebut juga telah mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan yakni sebesar 75 dan nilai rata-rata siswa diatas 75. Berdasarkan hasil tes siklus II dapat dinterprestasikan bahwa skor yang paling bayak diperoleh siswa berada pada rentang 70-74 yaitu sebesar 31,42 atau sebanyak 11 orang. Hasil perhitungan tes kemampuan berpikir kritis siklus II mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I yang hanya memiliki rata-rata sebesar 59,64 dan pada siklus II meningkat menjadi 78,6 Berikut ini hasil tes kemampuan berpikir siswa pada siklus II: Tabel 4.8 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Siswa Pada Siklus II NO NILAI FREKUENSI ABSOLUT KUMULATIF RELATIF 1 55-61 3 3

8.57 2

62-68 3 6 8.57 3 69-75 12 18

34.28 4

76-82 6 24 17.14 5 83-89 2 26

5.71 6

90-96 4 30 11.42 7 97-103 5 35

14.28 Jumlah

35 142 100 Rata-rata 78,6 . Hal ini menunjukan bahwa hasil rata-rata tes kemmapuan berpikir kritis siswa pada siklus II sudah menunjuka hasil intervensi yang diharapkan yaitu denga nilai rata-rata kelas mencapai 78,6. Sehingga penelitian tindakan kelas ini dihentikan sampai dengan siklus II. Karena sudah memenuhi indikator keberhasilan. Adapun hasil tes kemampuan berpikir kritis pada tes siklus II ini disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:

Dokumen yang terkait

Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Pbm) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Di Smk Dharma Karya Jakarta

1 16 221

Pengaruh model pembelajaran learning cycle 5e terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa: penelitian quasi eksperimen di salah satu SMP di Tangerang.

6 24 248

Pengaruh Model Pembelajaran Collaborative Problem Solving Terhadap Kemampuan Representasi Matematis Siswa

6 49 0

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER BERBASIS PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

0 7 214

Penerapan Model Pembelajaran Treffinger untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis siswa

2 22 286

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KEAKTIFAN SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA (PTK Pembelajaran Matematika di Kelas IV SD Negeri Pabelan 01).

0 0 11

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ESTIMASI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD.

0 2 28

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN.

2 7 37

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA.

0 3 34

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA PADA SISWA KELAS IV A SD N MARGOYASAN.

0 1 242