Tahap Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran Siklus I a. Tahap Perencanaan

Gambar 4.2 Kegiatan Pembelajaran Pada Siklus I Berdasarkan gambar diatas, pada pertemuan ini siswa belum terkondisikan dengan baik dikarenakan adanya model pembelajaran baru, banyak siswa yang terlihat masih bingung dan saling menanyakan bagaimana cara penyelesaian dengan langkah pembelajaran Problem Solving ini. Peneliti memahami hal tersebut karena hal ini merupakan pertemuan awal siswa mengenal dan menggunakan model pembelajaran Problem Solving yang baru pertama kali diterapkan di sekolah tersebut. 2 Pertemuan Kedua Jumat,14 Februari 2014 Pada pertemuan kedua ini dilaksanakan pada jam kedua setelah siswa menyimak serta menulis intisari ceramah yang rutin disampaikan oleh perwakilan guru pada setiap jumat. Pembelajaran matematika dilaksanakan pada pukul 08.20 – 09.30 WIB. Seperti biasa sebelum memulai pelajaran dimulai dengan mengabsen siswa setelah berdoa sebelumya. Pada pertemuan kedua ini siswa yang tidak hadir 2 orang dikarenakan masih sakit. Materi pelajaran yang disampaikan pada pertemuan ini adalah membandingkan dan mengurutkan pecahan.sebelum menjelaskan pokok pembahasan seperti biasa peneliti memotivasi siswa dan melakukan apersepsi dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa setelah itu juga untuk membuat siswa semangat peneliti mengadakan kuis berhadiah selama 3 menit,bagi kelompok yang menjawab benar akan diberikan nilai tambahan dan diberkan hadiah atau reward setelah selesai melakukan kuis dilanjutkan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa, sementara siswa menyiapkan alat tulis menulis. Selama penjelasan materi berlangsung, rata-rata siswa sudah mulai tertib dan siap untuk menyimak penjelasan materi. Walaupun demikian tidak semua siswa yang antusias dalam belajar karena masih ada sekelompok siswa yang bercanda dengan temannya serta menggambar sesuka hatinya tanpa mendengarkan intruksi peneliti untuk menyimak penjelasan materi. Hal ini yang mengakibatkan tidak sempurnanya transfer ilmu karena rata-rata siswa yang tidak memperhatikan penjelasan materi akan mengalami kesulitan dalam menjawab soal yang nantinya . Dan siswa yang antusias dalam belajar biasanya tanpa diperintahkan peneliti akan menulis hal-hal yang akan membantu mereka dalam menjawab soal, biasanya mereka akan menulis apa yang peneliti tulis dipapan tulis dan mencatat hal yang dianggap penting saat peneliti menyampaikan materi. Setelah penjelasan materi dirasakan cukup dipahami oleh siswa. peneliti meminta siswa untuk mengerjakan LKS yang telah disediakan peneliti. soal pada LKS terdiri dari 4 soal cerita yang telah memenuhi indicator berpikir kritis matematis aspek inference dengan menerapkan 4 langkah pembelajaran Problem Solving. Untuk menyelesaikan soal dalam LKS setiap siswa diarahkan bebas menggunakan beragam cara yang berbeda alam menyelesaikan soal. peneliti dan observer berkeliling kepada setiap baris sebagai fasilitator bagi setiap siswa yang mengalami kesulitan dan masih belum memahami bagaimana cara penyelesaiannya. pada pertemuan kedua ini siswa masih terlihat bingung dan tidak percaya diri dalam mengerjakan soal dalam LKS dan masih banyak lupa cara cepat menentukan langkah-langkah dalam penyelesaian soal. Namun setelah mengetahui bahwa ada kemungkinan jawaban yang berbeda dari jawaban setelah perwakilan siswa maju untuk mempersentasikan jawaban dipapan tulis. Selanjutnya peneliti melakukan evaluasi hasil jawaban siswa. setelah itu peneliti membuka sesi tanya jawab bagi siswa yang belum paham. Pembelajaran pada pertemuan kedua ini masih belum bisa dikatakan maksimal sesuai rencana pelaksanaan pembelajaran RPP. Peneliti belum maksimal dalam mengatur kefektifan waktu pembelajaran saat diskusi kelompok. Peneliti juga belum menjangkau pengawasan kepada seluruh siswa di kelas, masih terdapat siswa yang masih asik mengobrol saat kegiatan inti bahkan yang lebih parah ada siswa yang tidur. Hal ini menjadi catatan penting untuk peneliti untuk mengevaluasi agar pada pertemuan selanjutnya tidak tterjadi kejadian seperti pertemuan kedua ini. Sehingga seluruh sswa dapat konsentrasi dengan baik. 3 Pertemuan Ketiga Rabu,19 Februari 2014 Pada pertemuan ketiga ini sebelum memulai pembelajaran penelliti melakukanabsensi. Siswa yang pada pertemuan ini berjumlah 35 orang, setelah absensi gurupeneliti memberikan permainan dikarenakan setiap hari rabu siswa pramuka maka, sesekali sebelum pelajaran dilakukan permaianan agar siswa tidak bosan. Pembelajaran hari ini dimulai pada pukul 13. 00 – 14.10 WIB. Untuk memotivasi siswa peneliti menerapkan permainan lempar bola sambil bernyanyi, ketika lagu yang dinyanyikan habis maka bagi siswa yang terakhir memegang bola wajib menjawab pertanyaan dari guru peneliti. Dan jika jawaban siswa benar maka akan mendapatkan hadiah. Permainan ini dilakukan 3 putaran. pertanyaan yang diberikan juga berkaitan dengan materi yangakan dipelajari. Dan setelah melakukan permainan peneliti mulai memfokuskan siswa untuk berkonsentrasi untuk menerima pelajaran. pada pertemuan ini materi yang akan disampaikan adalah Menentukan hasil pecahan senilai, Menentukan bentuk paling sederhana dari pecahan sebelumnya serta Menentukan bentuk pecahan biasa, pecahan campuran menjadi bilangan desimal. Seperti biasa peneliti memberikan contoh soal pecahan dengan menggunakan langkah-langkah pembelajaran Problem Solving lalu peneliti memberikan contoh soal kedua tapi pada soal kedua ini peneliti meminta salah seorang siswa untuk maju dan menjawab sesuai langkah-langkah yang telah disampaikan. Ternyata siswa ini masih bingung belum terlalu paham dan tidak bisa menjawab ketika diberikan soal yang berbeda dari contoh. Lalu guru meminta siswa yang lain untuk bersedia maju untk menjawab soal yang tidak bisa dikerjakan oleh temannya tadi. Siswa ini berhasil menjawab sesuai yang peneliti harapkan yaitu dengan langkah- langkah pembelajaran Problem Solving yang benar. Kemudian peneliti menanyakan apakah semua siswa sudah paham atau belum mengenai materi yang dipelajari hari ini. jawabaan siswa saat ditanya hanya diam sebagian menjawab belum paham. Oleh karena itu, peneliti langsung memberikan LKS untuk melatih siswa menyelesaikan soal dengan langkah-langkah pembelajaran Problem Solving seperti yang telah dipelajari bersama. Siswa mengerjakan LKS sementara Peneliti terus mengawasi siswa dan membantu siswa jika ada soal yang belum dipahami. Kebanyakan siswa kesulitan memahami langkah ketiga yaitu menetapkan strategi yang akan membantu dalam menjawab. Kemudian peneliti membantu memberikan jawaban kembali dengan memberikan pemahaman bahwa dalam matematika dalam menentukan strategi dapat dilakukan diantaranya yaitu dengan membuat pola gambar, menduga coba-coba, menggunakan penalaran, menentukan yang diketahui, ditanyakan dan informasi yang mendukung, menggunakan rumus. Setelah diberi penjelasan kembali peneliti berharap agar siswa tidak kesulitan lagi. Setealah waktu untukk mengerjakan LKS selesai maka siswa wajib menukar jawabannya dengan teman sebangkunya untuk diperiksa bersama. Kemudian membahas hasil jawaban bersama, jika jawaban siswa banyak yang tidak benar, maka dengan Tanya jawab siswa dan guru sampai menemukan jawaban yang benar. Disini peneliti sangat mengharapkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa dapat meningkat setelah apa yang telah dipelajari bersama dan dijawab bersama. Setelah semua pertanyaan dijawab peneliti meminta siswa mengumpulkan LKS dan bertanya kembali kepada siswa tentang hal-hal atau soal-soal yang masih belum dipahami sehingga peneliti dapat menyamakan konsep dan memberikan kesimpulan dari permasalahan yang diberikan, dan agar pada pertemuan selanjutnya sudah bisa lebih baik dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa dapat meningkat dari pertemuan sebelumnya maupun materi yang akan dipelajari selanjutnya. 4 Pertemuan Keempat Jumat,26 Februari 2014 Pada pertemuan keempat ini pokok pemabahasan yang akan dipelajari adalah bagaimana cara menentukan hasil penjumlahan pecahan dengan penyebut yang sama, menentukan hasil penjumlahan pecahan dengan penyebut yang berbeda serta menentukan bentuk sederhana dari hasil penjumlahan pecahan. pertemuan ini berlangsung 2jam pelajaran atau 70 menit dari jam 10.10-11.20 WIB. Sebelum memulai pelajaran seperti biasa peneliti melakukan salam pembuka dilanjutkan dengan absensi siswa dan apersepsi tentang materiyang dipelajari sebelumnya. kemudian peneliti mulai menyampaikan manyampaikan materi yang akan dipelajari. seperi biasa untuk memacu kemampuan berpikir kritis siswa peneiti menuliskan contoh soal dipapan tulis kemudian menjelaskan cara menyelesaikannya dengan langkah-langkah pembelajaran Problem Solving. Setelah itu peneliti menulis kembali contoh soal kedua yang berkaitan dengan soal pertama. Lalu meminta siswa menyalin dibukutulis mereka kemudian menjawabnnya. Peneliti memberikan waktu 2 menit untuk siswa menjawab. Setelah itu penelit meminta seorang siswa untuk menuliskan jawabannya. Pada pembahasan penjumalah pecahan ini siswa sangat kesulitan untuk menentukan hasil jawaban jika menjumlahkan pencahan yang mempunyai penyebut yang berbeda. Hal ini dikarenakan sebagian siswa masih belum lancar perkalian. karena untuk menyamakan penyebut pecahannya dibutuhkan kemampuan menghafal perkalian kemudian mencari KPK untukan menyamakn penyebut seehingga dapat menemukan jabawannya. Setelah memberikan pemaaman untuk menyamakan penyebut, peneliti meminta siswa untuk bekerjasama dengan teman sebangkunya agar meringankan dalam menyelesaikan LKS. Kemudian setelah selesai mengerjakan LKS, guru meminta siswa mengumpulkan hasil kerjanya. Lalu guru dan siswa membaas bersama hasil jawaban dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika ada yang belum dipahami. Peneliti mengevaluasi hasil kerja siswa, namun masih ditemukan jawaban yang salah dikarenakan masih salah dalam hal menyamakan penyebut. Sehingga menjadi PR bagi peneliti untuk membantu siswa lebih memahami lagi materi ini. Oleh karena itu peneliti memberikan PR untuk menngasah kemampuan berpikir siswa dan agar siswa juga lebih paham lagi. Sebelum mengakhiri materi pada pertemuan keempat ini peneliti menginformasikan kepada siswa bahwa pad apertemuan selanjutnya akan diadakan tes tertulis atau tes siklus I guna untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis matematis siswa dengan model pembelajaran Problem Solving. 5 Pertemuan Kelima Rabu, 05 Maret 2014 Pada pertemuan kelima iini merupakan tes siklus I, semua siswa hadir dan duduk rapi. Tes berlangsung selama 70 menit dengan jumalah soal 5 essay yang telah mencakup kisi-kisi indikator kemampuan berpikir kritis matematis. Pada saat peneliti memasuki kelas, siswa terlihat kurang percaya diri untuk mengerjakan soal tes siklus I ini, terlihat dari tingkah laku mereka masih ada yang bercandapadahal peneliti belum memulai persiapan pembagian soal. Sebelum membagian soal peneliti memberikan waktu 10 menit untuk memberikan kisi-kisi agar siswa lancar menjawab semua pertanyaan dan membuka pertanyaan jika siswa ingin bertanya.Setelah 10 menit berlalu, peneliti membagiakan soal untuk diselesaikan oleh siswa. Peneliti dibantu oleh observer untuk mengawasi prosesberlangsungnya test siklus I ini. Dan pada saat proses berlangsung susasana kelas seketika sunyi sepi, ada beberapa siswa yang terlihat merasa kesulitan untuk mengerjakan, adapula siswa yang mencontek hasil kerja temannya baik teman sebangku maupun teman yang duduk disamping maupun dibelakang. Melihat kejadian itu peneliti langsung memberikan teguran dan memotivasi agar siswa tesebut percaya diri untuk menyelesaikannya soalnya sendiri. Peneliti juga menginformasikan akan memberikan reward kepada siswa yang nilai tes siklus I ini diatas 80. Gambar 4.3 Suasana pada saat tes siklus I Berdasarkan gambar diatas terlihat siswa yag masih kurang percaya diri dalam mengerjakan soal tes siklus I. Siswa terlihat mecari jawaban dengan teman yang lain. Hal ini dikarenakan sebagian siswa kurang paham karena pada saat materi dijelaskan masih banyaknnya siswa yang kurang fokus dalam menyomak penjelasan guru. Setelah pelaksanaan tes siklus I, peneliti juga melakukan wawancara dengan siswa untuk mengungkapkan pendapat mereka tentang pembelajaran matematika dengan menggunakan model Pembelajaran Pemecahan Masalah pembelajaran Problem Solving. peneliti mengumpulkan data dan mendiskusikan hasil lemabar observasi yang telah diisi oleh observer atau guru bidang studi matematika yang berisi oleh observer atau guru bidang studi matematika yang berisi catatan selama proses pembelajaran.

c. Tahap Refleksi

Pada tahap ini peneliti dan observer melakukan analisis terhadap pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan di siklus I. Pada pelaksanaan tindakan observer dan peneliti melakukan pengamatan langsung tehadap model pembelajaran Problem Solving dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa dengan mencatat seluruh aktivitas beserta hal-hal yang terjadi selama proses pembelajaran. Adapun hasil pengamatan tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Aktivitas Pembelajaran Siswa Siklus I No Aspek yang diamati Penilaian Persentase P1 P2 P3 P4 1 Siswa mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru 45.45 60.61 62.86 77.14 61.52 2 Siswa mengidentiikasi suatu permasalahan dari soal yang diberikan 36.36 48.48 60 71.43 54.07 3 Siswa mempresentasikan hasil identifikasinya 36.36 42.42 48.57 60 46.84 4 Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru 48.48 39.39 51.43 40 44.83 5 Siswa memecahkan masalah 51.52 60.61 68.57 82.86 65.89 6 Siswa menanggapi pertanyaan guru 21.21 33.33 40 74.29 42.21 7 Siswa menentukan solusi permasalahan 51.52 51.52 57.14 82.86 60.76 8 Mengerjakan tugaslatihan yang diberikan 72.73 87.88 88.57 94.29 85.87 Rata-rata presentase 57,75 Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas peneliti pada siklus I menunjukan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan mencapai rata-rata aktivitas belajar siswa 57,75. Pada siklus I ini peneliti mengamati setiap aspek pembelajaran siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Meskipun setiap aspek yang diamati mengalami peningkatan tetap masih aa beberapa aspek yang masih jauh dari yang diharapkan misalkan aspek Siswa menanggapi pertanyaan guru totalnya hanya 42,21 dan pada aspek siswa mempresentasikan hasil identifikasinya46,84 dan aspek siswa dalam mengajukan pertanyaan kepada guru 44,83. Karena masih kurang dari rata- rata yang diharapkan maka aspek-aspek diatas akan diperbaiki pada siklus II. Dari hasil tabel diatas dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa dalam proses pembelajaran denggan menerapkan model pembelajaran pembelajaran Problem Solving harus ditingkatkan sampai tahap intervensi tindakan yang diharapkan yaitu sebesar 75 siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran. Ketertarikan siswa terhadap materi yang diberikan belum merata pada seluruh siswa. Ketika mengerjakan LKS ada beberapa siswa yang mengabaikan langkah-langkah penyelesaian dalam langkah-langkah pembelajaran Problem Solving. Hal ini disebabkan karena siswa masih bingung dan kesulitan dalam memahami soal berupa soal kemampuan berpikir kritis matematis dengan menerapkan langkah-langkah pembelajaran Problem Solving Selain melalukan pengamatan secara langsung terhadap kegiatan siswa selama mengikuti pembelajaran. Observer juga melakukan pengamatan atau observasi terhadap seluruh kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan peneliti atau guruyang bertugas sebagai pelaku tindakan selama proses pembelajaran siklus I, dengan tujuan untuk memperbaiki pembelajaran dikelas pada pembelajaran selanjutnya. Berikut hasil pengamatan aktivitas mengajar guru yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Aktivitas Mengajar Guru Peneliti Siklus I No Aspek yang Diamati Pertemuan Ke- Total Ket. 1 2 3 4 I Pra Pembelajaran 1 Menghimpun data dan informasi tentang kemampuan mengukur peserta didik. 2 3 3 2 10 Baik 2 Menganalisis kemampuan mengukur sebelum ada tindakan. 2 3 2 3 10 Baik 3 Mengklasifikasi peserta didik sesuai dengan karakteristik. 1 2 3 3 9 Baik II Kegiatan Awal Pembelajaran 1 Memberikan informasi mengenai kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan 3 2 4 3 12 Baik 2 Menempatkan peserta didik sesuai dengan karakteristik. 2 2 3 2 9 Baik III Kegiatan Inti Pembelajaran 1 Melakukan kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Solving 3 3 3 3 12 Baik 2 Penguasaan materi 3 3 4 3 13 Sangat baik 3 Membantu peserta didik yang mengalami kesulitan dalam memahami materi yang dipelajari 2 2 3 4 11 Baik 4 Memberikan penguatan pada peserta didik yang sudah terampil menggunakan latihan soal. 2 2 3 4 11 Baik IV Kegiatan Akhir 1 Menetapkan ketuntasan belajar 2 3 3 4 12 Baik 2 Pemberian tugas rumah 2 3 3 4 12 Baik Jumlah 24 28 34 35 121 Skor maksimal 44 44 44 44 Prosentase 54,5 63,6 77,3 79,5 Prosentase rata – rata 68,75 Keterangan: P = Pertemuan Kriteria nilai: Skala skor total : 1 = Kurang Baik Kurang Baik = 1 – 4 2= Cukup Baik Cukup Baik = 5 – 8 3= Baik Baik = 9 – 12 4 = Sangat Baik Sangat Baik= 13 – 16 Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas peneliti diatas menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan dalam kategori baik, hanya saja masih terdapat beberapa aktivitas yang kurang maksimal diantaranya pengaturan peserta didik, pengelolaan kelas sehingga perlu diperbaiki agar tidak terjadi pada siklus berikutnya. Selain kegiatan observasi aktifitas siswa peneliti juga melakukan wawancara kepada siswa pada akhir tes siklus I. Teknik wawancara adalah dengan mewawancari 3 orang siswa yang masing-masing yang dipilih mewakili kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Dari hasil wawancara yang dilakukan pada pembelajaran siklus I pendapat siswa sangat bervariasi. Siswa yang berkemampuan tinggi rata-rata menyatakan respon yang sangat positif terhadap model pembelajaran pembelajaran Problem Solving yang telah diajarkan. Hal ini dapat dilihat dari komentar saat wawancara yang menunjukan siswa sudah bisa menerapkan pembelajaran ini karena sangat mudah untuk memahami asal usul jawabannya. Karena diajarkan dengan langkah-langkah yang lebih rinci. Sehingga sangat memacu kemampuan berpikir siswa dalam menjawab soal-soal yang lain,atau tertantang untuk menyelesaikan soal yang lain dan dengan langkah-langkah pembelajaran Problem Solving siswa menjadi lebih paham. dalam menjawab soal. Tanggapan positif ini didapat karena saat pembelajaran dikelas siswa tersebut memperhatikan, menyimak dan mencatat hal penting yang disampaikan guru. Disamping itu juga, siswa tersebut aktif dalam tanya jawab serta diskusi kelompok. Disisi lain pendapat lain dari siswa yang berkemampuan rendah kebanyakan berpendapat negatif antara lain ia mengatakan soal yang dibuat oleh peneliti guru terlalu sulit, dan langkah-langkah penyelesaiannya terlalu rumit karena banyak langkah-langkahnnya atau cara penyelesaiannya yang terlalu panjang dan membingungkan sehingga membuuat siswa tersebuut menjadi malas untuk berpikir. Pendapat ini didapat karena siswa tersebut kurang aktif dalam pembelajaran, kurang memperhatikan ketika peneliti

Dokumen yang terkait

Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Pbm) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Di Smk Dharma Karya Jakarta

1 16 221

Pengaruh model pembelajaran learning cycle 5e terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa: penelitian quasi eksperimen di salah satu SMP di Tangerang.

6 24 248

Pengaruh Model Pembelajaran Collaborative Problem Solving Terhadap Kemampuan Representasi Matematis Siswa

6 49 0

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER BERBASIS PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

0 7 214

Penerapan Model Pembelajaran Treffinger untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis siswa

2 22 286

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KEAKTIFAN SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA (PTK Pembelajaran Matematika di Kelas IV SD Negeri Pabelan 01).

0 0 11

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ESTIMASI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD.

0 2 28

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN.

2 7 37

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA.

0 3 34

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA PADA SISWA KELAS IV A SD N MARGOYASAN.

0 1 242