Selanjutnya, hasil tes kemampuan berpikir siswa yang diperoleh pada siklus II ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan
siklus I. Selain itu, hasil tersebut juga telah mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan yakni sebesar 75 dan nilai rata-rata siswa diatas 75.
Berdasarkan hasil tes siklus II dapat dinterprestasikan bahwa skor yang paling bayak diperoleh siswa berada pada rentang 70-74 yaitu sebesar 31,42
atau sebanyak 11 orang. Hasil perhitungan tes kemampuan berpikir kritis siklus II mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I yang hanya
memiliki rata-rata sebesar 59,64 dan pada siklus II meningkat menjadi 78,6 Berikut ini hasil tes kemampuan berpikir siswa pada siklus II:
Tabel 4.8 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Siswa Pada Siklus II
NO NILAI
FREKUENSI ABSOLUT KUMULATIF
RELATIF
1 55-61
3 3
8.57 2
62-68 3
6 8.57
3 69-75
12 18
34.28 4
76-82 6
24 17.14
5 83-89
2 26
5.71 6
90-96 4
30 11.42
7 97-103
5 35
14.28 Jumlah
35 142
100 Rata-rata
78,6 .
Hal ini menunjukan bahwa hasil rata-rata tes kemmapuan berpikir kritis siswa pada siklus II sudah menunjuka hasil intervensi yang diharapkan
yaitu denga nilai rata-rata kelas mencapai 78,6. Sehingga penelitian tindakan kelas ini dihentikan sampai dengan siklus II. Karena sudah memenuhi
indikator keberhasilan. Adapun hasil tes kemampuan berpikir kritis pada tes siklus II ini
disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
Gambar 4.11 Grafik Hasil Kemampuan Berpikir Siswa Siklus II
B. Pembahasan Hasil Temuan Penelitian 1. Meningkatkan kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Berdasarkan hasil analisis pemberian tindakan menggunakan model pembelajaran Problem Solving mampu meningkatkan kemampuan berpikir
kritis matematis siswa serta mampu mengubah model pembelajaran yang selama ini digunakan. Hal ini dapat terlihat dari perolehan hasil tes
kemampuan berpikir siswa pada siklus yang memperoleh rata-rata sebesar 59,64 dan mengalami peningkatan pada siklus II yakni menjadi 78,60.
Peningkatan hasil tes kemampuan berpikir kritis matematis siswa juga terlihat pada perolehan nilai tertinggi diperoleh dengan skor maksimal
100. Berikut hasil perbandingan kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada siklus I dan II:
Tabel 4.10 Statistik Deskriptif Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa
Siklus I dan Siklus II Statistik
Siklus I Siklus II
Mean
59,64 78,6
Median 53,88
70,44
Modus 46,5
72,5
X max 95
100
X min 40
55
Varians
290,42 104,96
Simpangan Baku S 17,04
10,25
Prosentase Tuntas
28,57 82,86
Prosentse Belum
Tuntas
71,43 17,14
Adapun rata-rata kemampuan berpikir kritis pada siklus I dan II disajikan dalam bentuk diagram batang sebagai berikut:
Gambar 4.12 Grafik Perbandingan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa
Pada Siklus I dan II
10 20
30 40
50 60
70 80
siklus I siklus II
59,64 78,60
Tabel 4.10 dan grafik 4.12 diatas menunjukan perbedaan kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada siklus I dan siklus II, yaitu dapat dillihat
dari peningkatan nilai rata-rata disiklus I sebesar 59,64. Sedangkan setelah tindakan siklus II diperoleh skor rata-rata kemampuan berpikir kritis
matematis siswa sebesar 78,6. Ditinjau dari tiap indikator kemampuan berpikir kritis matematis
deskripsi data disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.11 Perbandingan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Tes Siklus I Dan II
No Indikator Tes siklus I
Tes siklus II Skor
ideal Mean
SD Persentase
Skor ideal
Mean SD
Persentas e
1. Situation 8
4,51 1,57
56,38 4
3,06 1,16 76,5
2. Focus 4
6,29 0,89
57,25 12
9,48 1,63 79
3. Clarity 8
4,74 1,42
59,25 4
3,4 0,6
85
Tabel 4.11 menunjukan bahwa terdapat 3 indikator kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang diukur yaitu situation, focus, dan clarity.
setiap indikator memiliki skor yang berbeda-beda, hal ini dikarenakan setiap indikator diwakili oleh soal yang jumlahnya berbeda. Terlihat bahwa
kemampuan berpikir kritis siswa pada siklus II telah mengalaimi peningkatan. Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa tersebut terlihat dalam
indikator situation pada siklus I dengan peresntase sebesar 56,38 menjadi 76,5. sedangkan indikator focus pada siklus I sebesar 57,25 menjadi 79
pada siklus II, dan indikator clarity pada siklus I sebesar 59,25 menjadi 85 pada siklus II. Hal ini menunjukan bahwa indikator kemampuan berpikir
kritis matematis siswa dalam memberikan alternatif jawaban yang berbeda- beda maupun bervariasi dan mengerjakan dengan langkah-langkah terperinci
meningkat. Oleh karena itu, penerapan model pembelajaran Problem Solving dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa.
2. Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa
Selain itu model pembelajaran Problem Solving dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal ini dapat terlihat dari perolehan skor aktivitas
belajar siswa yang mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Pada siklus I rata-rata aktivitas belajar siswa memperoleh skor 57,75 dan mengalami
peningkatan pada siklus II menjadi 85,79. Berikut ini tabel perbandingan perolehan skor rata-rata aktivitas belajar siswa:
Tabel 4.12 Perbandingan Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Pembelajaran
Siklus I dan Siklus II No. Aktivitas Siswa
Siklus I Siklus II
1 Siswa
mendengarkan dan
memperhatikan penjelasan guru 61.52
85.21 2
Siswa mengidentiikasi
suatu permasalahan dari soal yang diberikan
54.07 88.86
3 Siswa
mempresentasikan hasil
identifikasinya 46.84
82.86 4
Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru
44.83 70.97
5 Siswa memecahkan masalah
65.89 89.6
6 Siswa menanggapi pertanyaan guru
42.21 87.39
7 Siswa
menentukan solusi
permasalahan 60.76
89.6 8
Mengerjakan tugaslatihan
yang diberikan
85.87 91.79
Rata-rata 57,75
85,79
Berbeda pada pelaksanaan tindakan siklus II proses pembelajaran sudah berjalan dengan baik dan tertib. Dari keseluruhan aspek aktivitas siswa
yang diamati terlihat perbedaan aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II.
Gambar 4.13 Grafik Perbandingan Hasil Pengamatan Aktivitas Pembelajaran Siswa
Pada Siklus I dan Siklus II
3. Meningkatkan respon Siswa Terhadap Pembelajaran Matematika
Pada setiap akhir pertemuan tes siklus, guru memberikan lembar kuisioner yang bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap proses
pembelajaran yang dilakukan. Kuisioner yang diberikan kepada siswa berisi 15 pertanyaan mengenai model pembelajaran Problem Solving yang telah
dilaksanakan pada setiap pertemuan. Tanggapan siswa yang diberikan beragam. Berikut hasil perbandingan skor respon siswa mengnai model
pembelajaran Problem Solving siklus I dan siklus II dalam diagram batang
dibawah ini : Gambar 4.14
Grafik Perbandingan Skor Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Problem Solving Siklus I dan II
0.00 20.00
40.00 60.00
80.00 100.00
siklus I siklus II
60 65
70 75
80
siklus I siklus II
siklus I siklus II
57.75 85,79