Data dan Sumber Data Teknik Pengumpulan Data

J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan Studi

Agar dapat diperoleh data yang valid instrumen tes diuji cobakan untuk mengetahui validitas, reabilitas, daya pembeda dan taraf kesukaran. Instrument tes ini di coba bersamaan dengan pemberian tes disetiap siklus.

1. Uji Validitas

Pengambilan validitas ini untuk mengetahui apakah soal itu valid atau tidak, dan tentunya tes disesuaikan dengan materi yang sudah diajarkan dan tujuan pembelajaran.Untuk pengujiannya menggunakan rumus product moment sebagai berikut: 6 = ∑ − ∑ ∑ ∑ − ∑ ∑ − ∑ Keterangan: : Koefisien kolerasi n : Banyaknya subyek ∑ : Jumlah nilai setiap butir soal ∑ : Jumlah nilai total ∑ : Jumlah Hasil perkalian tiap –tiap skor asli dari x dan y Perhitungan validitas menggunakan program Microsorf Excel. Setelah diperoleh harga kemudian dikembalikan dengan r kritik product moment dengan taraf ∝ = 5 . Jika , maka soal dikatakan valid.

2. Uji Reliabilitas

Guna mengukur reliabilitas, peneliti melakukan pengukuran reabilitas dengan menggunakan rumus Alpha: 7 6 Suharsimi Arikunto, Dasar – dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2010. Cet ke-11, h. 72 7 Ibid, h.109. ÷÷ ø ö çç è æ S - ÷ ø ö ç è æ - = 2 2 11 1 1 t i n n r s s dengan Keterangan: 11 r = reliabilitas yang dicari n = banyaknya butir pernyataan yang valid 2 i s S = jumlah varians skor tiap-tiap item 2 t s = varians total Tabel 3.2 Indeks reliabilitas diklasifikasikan sebagai berikut: 8 11 r Keterangan r 0,20 Sangat rendah 0,20 ≤ r 0,40 Rendah 0,40 ≤ r 0,70 Sedang 0,70 ≤ r 0,90 Tinggi 0,90 ≤ r 1,00 Sangat tinggi

3. Tingkat Kesukaran

Taraf kesukaran bertujuan untuk mengetahui bobot soal yang sesuai dengan kriteria perangkat soal yang diharuskan untuk mengukur taraf kesukaran digunakan rumus : 9 TK = 8 Asep Jihad, Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta : Multi Pressindo, 2008, Cet, 1 h. 181 9 Ibid,h.181 n n X X å å - = 2 2 2 s Keterangan : TK = Tingkat kesukaran S A = Jumlah skor kelompok atas S B = Jumlah skor kelompok bawah n = Jumlah siswa seluruhnya Skor maks = Skor maksimal soal tersebut Untuk mengetahui penilaian taraf kesukaran tiap-tiap soal indeks kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut 10 : Tabel 3.3 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Nilai P Kategori 0,00 – 0,30 Sukar 0,31 – 0,70 Sedang 0,71 – 1,00 Mudah .

4. Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan kemampuan siswa. Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminan yang berkisar antara 0,000 – 1,000. Pada indeks diskriminan ini dikenal tanda negatif yang berarti bahwa suatu soal itu terbalik dalam mengukur kemampuan siswa. Rumus indeks diskriminan adalah : 11 = × Keterangan : DP = Daya pembeda soal 10 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi …, h.210 11 Asep Jihad, Evaluasi Pembelajaran,…h. 189 S A = Jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah S B = Jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah n = banyaknya siswa kelompok atas dan kelompok bawah Skor maks = skor maksimal soal yang bersangkutan. Untuk mengetahui penilaian daya pembeda tiap-tiap soal, indeks diskriminan menurut Russefendi diklasifikasikan sebagai berikut: 12 Tabel 3.4 Klasifikasi Daya Pembeda Nilai D Kategori 0,00 – 0,20 Jelek 0,21 – 0,40 Cukup 0,41 – 0,70 Baik 0,71 – 1,00 Baik Sekali Negatif Tidak Baik

K. Teknik Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis

Sebelum menganalisis data, peneliti memeriksa kembali perlengkapan dari berbagai sumber. Kemudian analisis data dilakukan pada semua data yang sudah terkumpul, yaitu berupa hasil wawancara, hasil observasi, hasil tes kemampuan berpikir kritis matematis siswa berdasrkan indikatornya dan catatan lapangan. Semua data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Dari data yang didapat kemudian dihitung dan dinilai dengan memberikan skor,mkaa langkah selanjutnya adalah menghitung persentase skor jawaban dari tiap item atau butir soal dengan menggunakan rumus : Presentase total skor = ∑ ∑ × 100 12 Asep,op cit

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan

Setelah tindakan pertama siklus I selesai dilakukan dan hasil diharapkan belum mencapai kriteria keberhasilan yaitu peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa dalam pembelajaran matematika maka akan ditindak lanjuti untuk melakukan tindakan selanjutnya sebagai rencana perbaikan pembelajaran. Siklus ini terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Setelah melakukan analisi dan refleksi pada siklus I, apabila indikator keberhasilan belum tercapai maka penelitian dilanjutkan dengan siklus II. Penelitian ini akan berakhir, apabila penelitian ini berhasil mengiji penerapan model pembelajaran Problem Solving dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa. atau dengan kata lain, hasil penilaian kemampuan berpikir kritis matematis siswa meningkat dari pembelajaran sebelumnya. Terdapat beberapa macam kemampuan berpikir kritis matematis yang dapat dilatih dalam proses pembelajaran matmatika. kemmapuan berpikir kritis matematis juga memiliki beberapa faktor ataupun kegiatan yang dapat mendukung mengingkatnya hasil kemampuan berpikir kritis matematis seorang siswa. oleh karena itu, penulis berharap adanya penelitian lebih lanjut dengan menggunakan keiatan lain yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruhnya terhadap hasil kemampuan berpikir kritis matematis siswa dalam proses pembelajaran matematika.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Pbm) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Di Smk Dharma Karya Jakarta

1 16 221

Pengaruh model pembelajaran learning cycle 5e terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa: penelitian quasi eksperimen di salah satu SMP di Tangerang.

6 24 248

Pengaruh Model Pembelajaran Collaborative Problem Solving Terhadap Kemampuan Representasi Matematis Siswa

6 49 0

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER BERBASIS PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

0 7 214

Penerapan Model Pembelajaran Treffinger untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis siswa

2 22 286

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KEAKTIFAN SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA (PTK Pembelajaran Matematika di Kelas IV SD Negeri Pabelan 01).

0 0 11

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ESTIMASI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD.

0 2 28

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN.

2 7 37

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA.

0 3 34

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA PADA SISWA KELAS IV A SD N MARGOYASAN.

0 1 242