Daya Pembeda Teknik Pemeriksaan Kepercayaan Studi

masih tergolong rendah,dan soal-soal yang diberikan guru tergolong mudah dan kurang bervariasi sehingga siswa tidak terbiasa dan mengalami kesulitan ketika mengerjakan soal yang sulit dan berbeda dari contoh yang guru berikan. Sehingga dari cara mengerjakanpun siswa belum menunjukan indicator kemampuan berpikir kritis matematisnya misalnya pada indicator focus. Hal ini karena siswa dalam menjawab soal yang diberikan belum menunjukan sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah yang diberikan. Ini terjadi juga saat Peneliti memberikan soal pemecahan masalah yang masih berkaitan dengan materi pecahan hanya saja sikap siswa cenderung masih banyak yang bercanda ,belum menunjukan sikap keserusan dalam belajar dan mengobrol dengan temannya saat pembelajaran dikelas .Hal ini menjadi salah satu kendala dalam pembelajaran matematika.Padahal peneliti saat itu hanya memberikan 3 soal pemecahan masalah. Contoh salah satu soal yang diberikan yaitu: “Jika ada sebuah bangun berbentuk segitiga sama sisi, dimana segitiga sama sisi tersebut bernilai , maka tunjukannlah keberadaan nilai 1 dari segitiga sama sisi tersebut, berikan alasanmu”. Pada soal diatas siswa dituntut untuk memecahkan masalah, kemampuan berpikir siswa juga sangat diharapkan. Dan untuk memperoleh jawaban mungkin lebih dari satu yang benarsiswa dituntut melakukan perhitungan untuk berbagai kemugkinan menemukan pola gambar. Faktanya saat evaluasi hanya 54,29 atau hanya19 siswa dari jumlah keseluruhan siswa 35 orang yang mampu menyelesaikan soal tersebut. Pada penelitian tidkana kelas ini peneliti memfokuskan pada materi pecahan,karena materi tersebut sudah dipelajari pada semester dan dikelas III sebelumnya. Materi ini cocok untuk diajarkan dengan menerapkan model pembelajaran Problem Solving, karena selain siswa sudah memiliki pengetahuan awal tentang materi tersebut, juga siswa dapat mengeksplorasi pengetahuan yang dimiliki dengan materi atau menemukan hasil jawaban dengan strategi yang bermacam-macam dan siswa juga dapat mengembangkannya dalam kehidupan sehari-hari.

2. Tindakan Pembelajaran Siklus I a. Tahap Perencanaan

Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 20132014 yang dimulai pada hari Rabu 12 Februari 2014. Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti terlebih dahulu mendiskusikan strategi pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian dengan guru bidang studi, serta melakukan persiapan-persiapan yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Peneliti mempersiapkan instrument-instrumen yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP yang lengkap dengan tahapan model pembelajaran Problem Solving, Lembar Kerja Siswa LKS ,yang terdiri dari 4-5 soal, lembar kerja kelompok yang terdiri dari 4-5 soal cerita, lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi guru pada kegiatan belajar mengajar, lembar wawancara,lembar angket siswa dan lembar soal tes kemampuan berpikir kritis matematis yang sebelumnya juga telah diuji coba terlebih dahulu dikelas V Bilingual dan dinyatakan valid semua dari 14 soal adalah 10 soal yang teruji valid dengan tingkat reliabillitas sebesar 0.749419 0.749 untuk dijadikan soal tes siklus I dan tes siklus II. Lembar kerja siswa dibuat sendiri oleh peneliti sebagai alat evaluasi proses pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran Problem Solving pada setiap pertemuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan berpikir kritis matematis siswa aspek focus yaitu untuk mengetahui informasi dan pengetahuan tentang pemasalahan. Sedangkan lembar kerja keompok dibuat untuk mengetahui sejauh mana kemampuan berpikir kritis matematis siswa aspek Inference membuat pernyataan, yaitu mengemukakan pendapat dengan alasan yang tepat. Adapun dalam pembelajaran diskusi kelompok siswa diarahkan menggunakan stategi model pembelajaran Problem Solving dengan tahapan-tahapan pembelajarannya untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan yang sesuai dengan gambar dan soal cerita berdasarkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa aspek inference atau mengemukakan pendapat dengan alasan yang tepat.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Pbm) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Di Smk Dharma Karya Jakarta

1 16 221

Pengaruh model pembelajaran learning cycle 5e terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa: penelitian quasi eksperimen di salah satu SMP di Tangerang.

6 24 248

Pengaruh Model Pembelajaran Collaborative Problem Solving Terhadap Kemampuan Representasi Matematis Siswa

6 49 0

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER BERBASIS PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

0 7 214

Penerapan Model Pembelajaran Treffinger untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis siswa

2 22 286

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KEAKTIFAN SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA (PTK Pembelajaran Matematika di Kelas IV SD Negeri Pabelan 01).

0 0 11

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ESTIMASI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD.

0 2 28

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN.

2 7 37

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA.

0 3 34

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA PADA SISWA KELAS IV A SD N MARGOYASAN.

0 1 242