kemauan, dan mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik. Implikasi dari prinsip ini adalah pergeseran paradigma proses pendidikan,
yaitu dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien.
5
Dan untuk mewujudkannya dapat mendorong siswa untuk belajar lebih aktif sehingga kemampuan berpikir kritis siswa dapat lebih dikembangkan dengan
model pembelajaran Problem Solving diharapkan dapat mengembangan berpikir kritis siswa.
6
Dari latar belakang tersebut, penulis dalam penelitian ini mengambil
judul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Kelas IV-1
SD Dharma Karya UT”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasikan
beberapa masalah diantaranya adalah:
1. Siswa menganggap matematika adalah pelajaran yang sulit dan kurang diminati.
2. Kemampuan berpikir sebagian siswa masih rendah. 3. Rendahya hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika.
4. Kurangnya rasa percaya diri siswa dalam menjawab soal. 5. Siswa kurang terlatih untuk menyelesaikan soal-soal pemecahan
masalah matematika. 6. Cara penyelesaian soal matematika yang homogen dan masih terpaku
pada yang diajarkan guru maupun contoh pengerjaan dibuku paket. 7. Metode pengajaran guru yang masih konvensional.
5
Permendiknas no.41
6
Utari Sumarmo,Berpikir Dan Disposisi Matematik:Apa,Mengapa, Dan Bagaimana Dikembangkan
pada peserta
didik,FPMIPA UPI,
dalam http:math.sps.upi.eduwp-
contentuploads201002berpikir dan disposisi matematik-SPS-2010.pdf. h.16
C. Pembatasan Masalah
Menginagt luasnya permasalahan yang berhubungan dengan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi keerhasilan pembelajaran, maka penulis
membatasi masalah yang sesuai dengan judul skripsi sebagai berikut: 1. Rancangan pembelajaran matematika yang akan diterapkan dengan
strategi pembelajaran aktif model pembelajaran Problem Solving Kemampuan yang akan ditingkatkan adalah kemampuan berpikir
kritis matematis siswa melalui model pemelajaran Problem Solving dengan tahapan generalisasi.
2. Kemampuan berpikir kritis matematis yang dimaksud yaitu : a. Kemampuan menjawab soal sesuai konteks permasalahan dapat
mengungkapkan situasi atau permasalahan dengan menggunakan bahasa matematika dan mampu menjawab soal matemaika aplikasi
situation. b. Kemampuan memokuskan pertanyaan dan menemukan konsep
yang digunakan untuk penyelesaian focus. c. Kemampuan untuk memberikan kejelasan lebih lanjut baik definisi
atau keterkaitan konsep clarity. d. Materi adalah pecahan
3. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Dharma Karya UT kelas IV-1
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan
masalah diatas
penulis merumuskan
permasalahan tersebut yaitu : 1. Apakah penerapan model pembelajaran Problem Solving dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas IV-1 pada pelajaran matematika SD Dharma Karya UT?
2. Bagaimana aktivitas siswa dengan menerapkan model pembelajaran Problem Solving?
3. Bagaimana Respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Solving?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, ,maka tujuan dari penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui bagaimana peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa melalui penerapan model pembelajaran Problem
Solving.
2. Untuk mengetahui bagaimana aktivitas siswa dengan menerapkan model pembelajaran Problem Solving.
3. Untuk mengetahui bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran
menggunakan model pembelajaran Problem Solving.
4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang akan dilakukan memiliki kontribusi yang cukup besar bagi guru, siswa, sekolah, orang tua dan peneliti. Kontribusi pada
masing-masing komponen dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Bagi Guru
Sebagai acuan untuk mengetahui metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa dalam belajar serta dapat
meningkatkan professionalisme guru dalam proses pembelajaran. b. Bagi Siswa
Membantu siswa untuk dapat berpikir kritis dalam mengerjakan latihan soal matematika.
c. Bagi Peneliti Sebagai sumbangan untuk kemajuan dalam dunia pendidikan di
Indonesia serta untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam proses pembelajaran matematika. Selain itu sebagai bahan
acuan bagi para peneliti lain dalam melakukan penelitian.
9
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI
TINDAKAN A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti
1. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis a. Definisi Berpikir Kritis Matematis
Menurut Vincent Ruggiero, berpikir sebagai aktivitas mental yang membantu merumuskan atau memecahkan masalah, membuat keputusan,
atau memenuhi keinginan untuk memahami. Berpikir adalah aktivitas jiwa yang mempunyai kecenderungan final yaitu pemecahan persoalan yang
dihadapi.
1
Berpikir kritis merupakan salah satu kegiatan berpikir tingkat tinggi bersamaan dengan berpikir kreatif. Untuk berpikir kritis, seseorang harus
mampu berpikir logis, analitis, dan sistematis. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan kecapakan menganalisis serta meningkatkan kecakapan
menjabarkan unsur-unsur yang ada dalam sebuah teori ilmu pengetahuan.
2
Ada berbagai pengertian berpikir kritis menurut para ahli, diantaranya Gerhard menyatakan berpikir kritis sebagai proses kompleks yang melibatkan
penerimaan dan
penguatan data,
analisis data
evaluasi dengan
mengembangkan aspek kualitatif dan kuantitatif, serta membuat keputusan dengan berdasarkan evaluasi. Selanjutnya menurut Scriven dan Paul berpikir
kritis adalah proses intelektual yang dengan aktif dan terampil mengkonseptualisasi,
menerapkan, menganalisis,
mensintesis, dan
mengevaluasi informasi yang dikumpulkan atau dihasilkan dari pengamatan, pengalaman, refleksi,penalaran atau komunikasi untuk memandu keyakinan
dan tindakan.
3
1
Alisuf Basri, Pengantar Psikologi Umum Perkembangan, Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya,2006, h.77
2
Hisyam Zaini, dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani,2006h, 145
3
Alec Fisher, Berpikir Kritis Sebuah Pengantar, Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama, 2008, h.10
Berdasarkan berbagai definisi yang telah dipaparkan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis adalah berpikir yang menguji,
menghubungkan dan mengevaluasi semua aspek dari situasi masalah. Termasuk
didalam berpikir
kritis adalah
mengelompokkan, mengorganisasikan, mengingat, dan menganalisis informasi.
Berkaitan dengan kemampuan berpikir kritis dalam matematika, penngembangan berpikir kritis didalam kelas mulai dicetuskan dengan Halord
Fauwcett pada tahun 1938. Pengembangan berpikir kritis ynag dikembangkan adalah mencoba mengejar kemampuan berpikir kritis yang aktivitasnya
seperti membandingkan,
membuat kontradiksi,
induksi,generalisasi, menganalisis, mengevaluasi dan membuat pola.
Menurut O’Daffer dan Thornquist, berpikir kritis matematis adalah proses penggunaan kemampuan berpikir secara efektif untuk membantu
seseorang dalam menyusun, mengevaluasi, dan mengaplikasikan keputusan tentang apa yang dipercaya atau dikerjakan. Mengabungkan penalaran da
pembuktian matematika merupakan elemen terkait dalam berpikir kritis matematis.
4
Selanjutnya I Gusti menambahkan bahwa berpikir kritis matematis adalah
kemmapuan menganalisa
fakta, mengorganisasikan
ide-ide, mempertahankan pendapat,membuat perbandingan, membuat kesimpulan,
mempertimbangkan argument dan memecahkan masalah.
5
Berdasarkan berbagai pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis matematis adlah suatu proses merefleksikan suatu
permasalahan secara mendalam, mempertahankan pikiran agar tetap terbuka bagi berbagai pendekatan, tidak mempercayai begitu saja dari sumber yang
datang,serta mmampu berpikir secara reflektif daripada hanya menerima de dari luar tanpa adanya pemahaman dan evaluasi.Hal tersebut sesuai dengan
yang dikemukakan oleh Ennis yaitu berpikir reflektif yang berfokus pada pola
4
Didi Suryadi, Pembelajaran Berpikir Matematik, Bandung: UPI Education, 2012, h.7
5
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2010, h.154