Indikator Prestasi Belajar KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

dan bahkan berusaha mencegah perbuatan tersebut itu dengan segenap daya dan upayanya. 31 Belajar afektif berbeda dengan belajar intelektual dan keterampilan, karena segi afektif sangat bersifat subjektif, lebih mudah berubah, dan tidak ada materi khusus yang harus dipelajari. 32 Macam ranah dan indikator afektif: 1. Penerimaan indikatornya adalah menujukan sikap menerima, menujukan sikap menolak. 2. Sambutan indikatornya adalah kesediaan berpartisipasi atau terlibat, kesediaan memanfaatkan. 3. Apresiasi sikap menghargai indikatornya yaitu menganggap penting dan bermanfaat, menggap indah dan harmonis, mengagumi. 4. Internalisasi pendalaman indikatornya adalah mengakui dan meyakini, mengingkari. 33 3 Ranah Karsa Psikomotor Hasil belajar psikomotorik tampak pada bentuk keterampilan skill kemampuan bertindak individu. Hasil belajar ini meliputi antara lain: 1. Persepsi perseption Level ini berkenaan dengan penggunaan organ indra untuk menangkap isyarat yang membimbing aktivitas gerak. Contoh dalam level ini seperti siswa dapat membedakan beberapa bentuk warna, siswa dapat membedakan beberapa tipe lain yang berbeda. 2. Kesiapan set Level ini menujukan pada kesiapan untuk melakukan tindakan tertentu yang meliputi kesipan mental, fisik dan emosi. 3. Kreativitas Level ini merujuk pada penciptaan pola-pola gerak baru untuk menyesuikan situasi tertentu atau problem khusus, hasil belajar ini menekankan kretivitas yang didasrkan pada keterampilan yang sangat hebat piawai. 31 Muhibbin Syah, Op.cit.,h. 53 32 Nana Syaodih Sukmadinata, op. cit., h. 192 33 Muhibbin Syah, op. cit., h. 150 Macam ranah dan indikator psikomotor: 1. Keterampilan bergerak dan bertindak indikatornya adalah mengkordinasikan gerak mata, tangan, kaki dan anggota tubuh lainnya. 2. Kecakapan ekspresi verbal dan nonverbal indikatornya adalah mengucapkan, membuat mimik dan gerakan jasmani. Dari uraian diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa setiap ranah seperti ranah cipta, berpikir dan memecahkan masalah dan perkembangan ranah rasa seperti menyakini ajaran agama dan bertenggang rasa terhadap orang lain, semuanya tidak timbul dengan sendirinya. Dengan demikian, kemampuan pengamalan ajaran agama Islam seperti wudhu, tayamum, shalat dan ibadah-ibadah lainnya dapat dimiliki oleh individu siswa melalui proses belajar terlebih dahulu.

F. Batas Minimum Prestasi Belajar

Batas minimal keberhasilan belajar para siswa untuk mempertimbangkan batas terendah prestasi siswa yang dianggap berhasil dalam arti luas berarti keberhasilan yang meliputi ranah, cipta, rasa, dan karsa siswa. Menetapkan batas minimal keberhasilan belajar siswa selalu berkaitan dengan upaya pengungkapan hasil belajar. Ada beberapa alternatif norma pengukuran tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti proses belajar. Diantara norma-norma pengukuran tersebut adalah: 1 Norma sekla angka dari 0 sampai 10 2 Norma sekala angka dari 0 sampai 100 34 Batas minimal keberhasilan belajar siswa passing grade pada umumnya adalah 5,5 atau 6,0 untuk sekala nilai 0,0-10, dan 55 atau 60 untuk skala 10-100, tetapi untuk mata pelajaran inti core subject batas minimalnya adalah 6,5 atau 7,0 atau bahkan 8,0 jika pelajaran inti tersebut memerlukan mastery lerning. 35 Dengan demikian batas minimal sekor kegiatan belajar dianggap berhasil jika telah melampoi ketentuan minimal yang telah ditetapkan. 34 Muhibbin Syah, op. cit h. 153 35 Ibid . h.225 Namun demikian batas minimal pada setiap mata pelajaran di setiap sekolah berbeda.

G. Asrama Sebagai Lingkungan Pendidikan

1. Pengertian Lingkungan Pendidikan

Proses pendidikan selalu berlangsung dalam suatu lingkungan, yaitu lingkungan pendidikan. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, sosial, intelektual, dan nilai-nilai. Lingkungan fisik terdiri atas lingkungan alam dan lingkungan buatan manusia, yang merupakan tempat dan sekaligus memberikan dukungan dan kadang-kadang juga hambatan bagi berlangsungnya proses pendidikan. Proses pendidikan mendapatkan dukungan dari lingkungan fisik berupa sarana, perasarana serta fasilitas yang digunakan. Tersedianya sarana, prasarana dan fasilitas fisik dalam jenis jumlah dan kualitas yang memadai, akan sangat mendukung berlangsungnya proses pendidikan yang efektif. Kekuranagan sarana, prasarana dan fasilitas fisik, akan menghambat proses pendidikan, dan mengahambat pencapaian hasil yang maksimal. 36 Lingkungan juga menjadi katagori dari Gaya belajar menurut Borich dan Tombari: 1. Lingkungan fisik, seperti: pengaturan tempat duduk, penerangan, temperatur udara, tingkat kebiasaan, dan sebaginya. 2. Lingkungan sosial, seperti: bekerja sendiri dan kelompok kecil, pola pembelajaran koopratif dan kompetitif, dengan kehadiran orang dewasa dan tanpa kehadiran orang dewasa. 3. Lingkungan emosional, seperti: bersahabat, senang membantu dan menyendiri, soliter, menyukai bimbingan, orientasi pada individu dan percaya pada diri sendiri, oreintasi pada tulisan, dan media pembelajaran. 4. Lingkungan pembelajaran, seperti kuliah atau ceramah dan diskusi, menyukai beberapa tipe tes; langsung, tak langsung, menyukai aktivitas yang melibatkan kepekaan modalitas visual, taktil atau kinestetik. 5. Pengolahan lingkungan, seperti banyak peraturan dan sedikit aturan, peraturan tertulis dan peraturan tak tertulis, kejelasan dan konsekuensi implikasi. 37 36 Nana Syaodih Sukmadinata,Op.cit., h. 5 37 Rafai Sapuri, Psikologi Islam Tuntunan Jiwa Manusia Moderen, Jakarta, Rajawali Pers, 2009 h. 290

2. Macam-macam lingkungan pendidikan Agama Islam

Lingkungan merupakan bagaian dari faktor-faktor dari belajar dan merupakan bagian dari kehidupan siswa, dalam lingkungan siswa berinteraksi, bergaul, dengan sesama teman maupaun dengan guru sebagai pembimbing, lingkungan juga merupakan temapt siswa meperaktekan ilmu-ilmu yang telah dipelajari dari guru-guru maupaun dari berbagai sumber lainnya. Lingkungan juga merupakan faktor eksternal siswa dalam belajar Muhbbin Syah dalam bukunya Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru membagi lingkunagan menjadi dua macam 38 :

a. Lingkungan Sosial

lingkungan sosial merupakan lingkungan pergaulan antara manusia, pergaulan antara pendidikan dengan peserta didik serta orang-orang lainnya yang terlibat dalam interaksi pendidikan. Interaksi pendidikan dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dan corak pergaulan antara orang-orang yang terlibat dalam interaksi tersebut, baik pihak peserta didik siswa maupun para pendidik guru dan pihak lainnya. 39 Yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah keluarga, sekolah, masyarakat dan tetangga juga teman-taman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut. 1 Keluarga Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian, bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. 38 Muhbib Syah, op. cit. h. 137-138 39 Nana Syaodih Sukmadinata, op. cit. h. 5-6 Demikian pula Islam memerintahkan agar para orang tua berlaku sebagai kepala dan pemimpin dalam keluarganya serta berkewajiban untuk memelihara keluarganya dari api neraka, sebagaimana firman Allah Swt: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka....QS Al-tahrim:6 Pada umumnya pendidikan dalam keluarga itu bukan berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan karena secara kodrati suasana dan strukturnya memberikan kemungkinan alami membangun situasi pendidikan. Situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan dan hubungan pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antara orang tua dan anak. 2 Sekolah Sekolah sebagai institusi resmi di bawah kelolaan pemerintah, menyelengarakan kegiatan pendidikan secara berencana, sengaja, terarah, sistematis, oleh para pendidik profesional dengan programyang dituangkan ke dalam kurikulum untuk jangka waktu tertentu dan diikuti oleh para peserta didik setiap jenjang pendidikan tertentu. Dalam Undang-Undang Sisdiknas No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, terutama menyangkut pendidikan agama Islam, antara lain pada pasal 12 ayat 1a bahwa: setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama sesui dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidikan yang se agama. 40 40 Muhaimin, Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2011 cet. ke-1, H. 152

Dokumen yang terkait

Perbedaan prestasi belajar pendidikan agama islam antara siswa yang berasal dari SMP dengan yang berasal dari MTs : studi kasus di smp negeri 1 tangerang bogor

0 5 113

ANALISIS TERHADAP MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMAN11 TANGERANG SELATAN

0 3 108

Minat belajar pendidikan agama islam pada siswa kelas VIII SMP al-Mubarak Pondok Aren-Tangerang Selatan

0 18 71

Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Sikap Keberagamaan Siswa Di Smp Negeri 6 Tangerang Selatan

3 26 108

Pengaruh Pembelajaran Outdoor Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas Viii Di Smp Nusantara Plus Tangerang Selatan

3 17 130

Hubungan Antara Perhatian Orang Tua Dengan Prestasi Belajar Agama Islam Siswa Di SMP Negeri 238 Jakarta Selatan

0 4 120

Implementasi hidden curriculum dalam pembelajaran pendidikan agama islam di SMP Negeri 14 Tangerang Selatan

0 7 188

Pengaruh Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Dalam Pembentukan Akhlak Siswa Smp Negeri 3 Tangerang Selatan

0 3 138

PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ANTARA SISWA YANG Perbandingan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Antara Siswa Yang Menerima Bel (Beasiswa Ekonomi Lemah) Dan Siswa Yang Menerima Best (Beasiswa Prestasi) Di Sma Negeri 2 Ngawi Se

0 3 14

PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ANTARA SISWA YANG Perbandingan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Antara Siswa Yang Menerima Bel (Beasiswa Ekonomi Lemah) Dan Siswa Yang Menerima Best (Beasiswa Prestasi) Di Sma Negeri 2 Ngawi Se

0 3 18