semuanya itu dilandasi oleh nilai-nilai Islam, yaitu nilai-nilai syariah dan Ahklaqul-karimah.
2. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diajarkan disekolah atau madrasah berfungsi sebagai berikut.
1
Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik
kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama pendidikan keimanan di ajarkan oleh oarangtua di
rumah kemudian sekolah untuk mengembangkan melalui bimbingan dan pengajaran agar keimanan dan ketaqwaan tersebut dapat berkembang secara
optimal sesui dengan tingkat perkembnagannya.
2
Penanaman nilai , yaitu Agama Islam sebagai pedoman hidup untuk
mencapai kebahagian hidup yang bersumber dari al- qur’an dan hadis yang
berisi nilai-nilai yang harus ditanamkan pada siswa-siswa disekolah.
3
Penyesuian mental, yaitu untuk menyesuikan diri dengan lingkungan fisik
maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesui dengan ajaran Agama Islam.
4
Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-
kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.
5
Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau
dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.
6
Pengajaran, tentang ilmu dan pengetahuan keagamaan secara umum.
7
Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat
khusus di bidang Agama islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaaatkan untuk dirinya sendiri dan orang lain.
53
3. Program Pendidikan Agama Islam di Asrama
Boarding sechool dicontohkan seperti sekolah Madania tidak sama persis dengan pendidikan di pesantren, ia menerapkan prinsip pendidikan sejalan dengan
tradisi di pesantren, seperti solat berjamaah, tadarus belajar Al-Quran, pengajaran islamic studies yang dilaksanakan dengan sistem halaqah,
pemberdayaan remaja mesjid, muhadharah public speech, dan kegitan bakti sosial untuk dhuafa dan fakir miskin. Seluruh proses pendidikan yang mengadopsi
53
Abdul majid dan Dian Andayani, op. cit., h. 134-135
tradisi di pesantren tersebut diarahkan pada pembentukan pribadi keagamaan siswa.
54
Pendidikan agama islam diberikan pada siswa asrama guna menciptakan keseimbangan antara penguasaan sains dan teknoligi dengan basis keagamaan
yang kuat, pendidikan agama diberikan pada setiap malam setelah magrib dan makan malam serta pada waktu subuh meliputi enam bidang kajian, yaitu bahasa
Arab, Fiqih, Shirah Nabawiyah dan Akhlak, Tauhid, Musthalah al-Hadists dan Ulum al-
Qur’an. Pengetahuan agama yang diberikan sesui dengan tingkat pengetahuan siswa yang umumnya berasal dari pesantren, misalnya seperti untuk
bidang kajian fiqih, sumber rujukan misalnya yaitu Syarah Taqrib, yang banyak digunakan dipesantren. Begitu juga dengan bidang kajian Shirah Nabawiyah,
kitab yang dipakai misalnya kitab Hayat Muhammad karangan dari Mohammad Haikal.
55
Perbedaan antara bording school dengan pesantren, diantaranya yaitu; 1 adanya kyai sebagai pemimpin pesantren. Intensitas kyai memperlihatkan peran
yang otoriter disebabkan karena kyailah perintis, pendiri, pengelola, pengasuh, dan bahkan juga pemilik tunggal sebuah pesantren, adapun di bording school
tidak ada yang namanya seorang kyai tetapi ada seorang direktur asrama sebagai pemimpin, pembina sebagai pengasuh. 2 masjid sebagai pusat kegiatan ibadah
dan belajar mengajar adapun bording school masjid hanya sebagai tempat melakukan ibadah dan untuk kegitan belajar mengajar dilakukan disekolah. 3
santri yang merupakan unsur pokok ada dua kelompok santri santri mukim santri yang bersasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam pondok pesantren, santri
kalong ialah santri yang berasal dari daerah sekitar pesantren dan biasanya mereka tidak menetap dalam pesantren. Mereka pulang kerumah masing-masing setiap
selesai mengikuti suatu pelajaran dipesantren. Dan didalam bording school juga terdapat dua kelompok siswa yang hanya belajar disekolah disebut siswa non
asrama dan siswa yang tinggal diasrama maka disebut siswa berasrama. 4
54
Nurhayati Djamas,Op.cit., h. 161
55
Ibid h. 158-159