Pengertian Do’a Pengertian Metode Do’a dan Dzikir

+ do’a untuk diri sendiri dan ada juga do’a untuk orang lain. Doa-doa itu amat penting guna memperkuat kesehatan mental, baik untuk penyembuhan, pencegahan maupun untuk pembinaan. Jika kita mampu, mau dan pandai berdo’a, insyaallah kesehatan mental kita akan dapat dipertahankan, selanjutnya ketentraman dan kebahagiaan hidup akan dapat diraih. 39 Berdzikir dan berdo’a sama pentingnya untuk dilakukan, keduanya merupakan perintah Allah SWT sekaligus wujud dari penghambaan diri kepada-Nya. Berdo’a juga memiliki keutamaan yang sama dengan berdzikir, keduanya adalah perintah langsung dari Allah SWT. Berdoa pada hakikatnya merupakan wujud dari ketergantungan, kelemahan, ketidak berdayaan, dan kehinaan seorang hamba di hadapan Allah SWT yang Maha kuasa, Maha kuat, Maha perkasa, Maha mulia, hal ini merupakan bentuk kepedulian dan wujud kasih sayang Allah kepada hamba- hambanya, Allah SWT tidak membiarkan manusia berada dalam kebimbangan dan kecemasan ketika menghadapi permasalahan hidup didunia, karena manusia membutuhkan tempat bersandar untuk mengadukan nasibnya, membutuhkan pijakan tempat berkeluh kesah, yakni kepada sang pemegang kekuasaan, yaitu Allah SWT. 40 Pemaparan di atas mengenai do’a dapat disimpulkan bahwa do’a merupakan bentuk komunkasi manusia dengan sang Khalik, dengan mencurahkan segala isi hatinya untuk memohon kepada Allah SWT agar 39 Zakiah Darajat, Doa Menunjang Semangat Hidup, Jakarta; CV.Ruhama, 1996, cet-ke 6, h. 19 40 Muhammad Syafii A, Sukses Besar dengan Intervensi Allah Jakarta: Tazkiya Publishing, 2008, h.17 , - mendapat bimbingan juga petunjukNya. Adapun dasar manusia untuk selalu berdo’a kepada Allah SWT tertera dalam QS. Al Baqarah ayat 186 .                     Artinya: ”Dan apabila hamba-hambaku bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah bahwasannya aku adalah dekat, Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepadaKu, maka hendaklah mereka memenuhi segala perintahKu dan hendaklah mereka beriman kepadaKu, agar mereka selalu dalam kebenaran. QS. Al.Baqarah:186.

3. Pengertian Dzikir

Adapun penjelasan mengenai dzikir ialah Secara etimologi, kata “Zikir” berasal dari bahasa arab yaitu dzakara- yadzkuru- dzikran, yang berarti mengingat atau menyebut. Adapun secara istilah terminologi mengartikan zikir sebagai proses komunikasi seorang hamba secara lisan ataupun hati dengan Allah SWT. 41 Menurut bahasa zikir berarti peringatan atau pengingat. 42 Oleh karena itu dzikir dalam penelitian ini yaitu mengingat dengan sepenuh hati keyakinan akan kebesaran Allah SWT, dengan mengingat Allah SWT hati akan menjadi tenang, dengan hati yang tenang maka terciptalah ketentraman hati yang akan menjauhkan diri dari berbagai permasalahan hidup yang sangat menekan batin manusia yang mengalami stres. 41 Muhammad Syafii A, Sukses Besar dengan Intervensi Allah Jakarta: Tazkiya Publishing, 2008, h 14-15 42 Atabik Ali, Kamus al-Asyhri, Yogyakarta: Yayasan Ali Maksum Krapyak, 1996 h. 933 . Adapun menurut Bastaman, dzikir adalah perbuatan mengingat Allah dan keagunganNya, yang meliputi hampir semua bentuk ibadah dan perbuatan seperti tasbih, tahmid, shalat, membaca Al-Qur’an, berdo’a, melakukan perbuatan baik dan menghindarkan diri dari perbuatan jahat. Para ulama yang berkecimpung dalam bidang olah jiwa mengingatkan bahwa dzikir kepada Allah SWT, secara garis besar dapat dipahami dalam pengertian sempit dan dapat juga dalam pengertian luas. Yang dalam pengertian sempit ialah yang dilakukan dengan lidah saja. Zikir dengan lidah ini adalah menyebut-nyebut nama Allah atau apa yang berkaitan denganNya, seperti mengucapkan Tasbih, Tahmid, Tahlil, Takbir, Hauqalah, dan lain-lain. Zikir dalam pengertian luas adalah kesadaran tentang kehadiran di mana dan kapan saja, serta kesadaran akan kebersamaanNya dengan makhluk, kebersamaan dalam arti pengetahuanNya terhadap apa pun di alam raya ini serta bantuan dan pembelaanNya terhadap hamba-hamba Nya yang taat. Dzikir atau mengingat Allah SWT memiliki banyak pengaruh positif pada kejiwaan dan moral manusia dimana dengan mengingat Allah SWT dzikrullah bagi hamba adalah pencerah hati, pemenang kalbu, takut dari maksiat kepada Allah, dan pengampun dosa. Berdzikir merupakan ibadah yang sangat di anjurkan untuk dilakukan, Sebagaimana dalam Qur’an surat Al-Jum’ah berikut ini:       Artinya: “Dan ingatlah Allah dengan sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung. QS. Al-Jum’ah ayat 10”. 0 1 Adapun fungsi dzikir dalam rangkaian dzikir umum adalah sebagai pusat berpaling dari semua jenis keburukan atau keaniayaan yang dilakukan hamba. Proses kembali ke posisi ketaatan disebut tobat yang diawali dengan lafadz istighfar. 43 Bisa juga pengucapan lidah disertai dengan kehadiran kalbu, yakni membaca kalimat-kalimat tersebut disertai dengan kesadaran hati tentang kebesaran Allah SWT yang dilukiskan oleh kandungan makna kata yang disebut-sebut itu. Kehadiran dalam kalbu atau benak dapat terjadi dengan upaya pemaksaan diri untuk menghadirkannya dan ini merupakan tingkatan yang lebih tinggi tanpa pemaksaan diri. Sedangkan peringkat dzikir yang tertinggi ialah larutnya benak si pezikir sesuatu yang diingat itu, sehingga ia terus menerus hadir walau seandainya ia hendak dilupakan. Sebagaimana dalam surat al-Araf ayat 205.                  Artinya: “Dan sebutlah nama Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu Termasuk orang-orang yang lalai.” Ayat ini memberikan tuntunan tentang dzikir yang hanya menggunakan jiwa yaitu dengan mengingat Tuhan sebagai Dzat Yang Maha Agung, yang mana fungsi nya adalah untuk menghilangkan 43 Dadang Ahmad, Epistemologi Doa: meluruskan, memahami dan mengamalkan, Bandung: NUANSA, 2011, h. 108 22 kesombongan diri. 44 Sebaliknya, berzikir dengan lidah semata adalah peringkat dzikir yang terendah. Kendati demikian, zikir dengan lidah tidak luput dari manfaat walaupun hanya sedikit dan karena itu pesan orang- orang arif kepada mereka yang baru sampai pada peringkat terendah ini agar jangan meninggalkan zikir. Kata mereka : “Bersyukur dan pujilah Allah SWT, yang telah menganugerahkan salah satu anggota badan, yakni lidah, untuk melakukan zikir kepada Allah dan berupayalah untuk menghadirkan kalbu saat menyebut- nyebutNya”. Rasulullah SAW bersabda: “Hendaklah lidahmu selalu basah dengan berdzikir kepada Allah ” HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu hibban melalui Abdullah bin Busr”. Dengan seiringnya lidah menyebut-nyebut nama Allah, maka yang paling tidak sebagian diantara kalimat-kalimat yang terucapkan itu akan berbekas di dalam hati dan ini gilirannya dapat menghantarkan pada kesadaran tentang kehadiran Allah dan kebesaranNya, walau untuk tahap pertama tidak selalu demikian. Dengan demikian ingat atau dzikir menjadi pintu utama untuk hadir menemui yang dicintai dan menyerahkan dirinya demi mendapatkan cintaNya. 45 Dzikir semestinya merupakan perilaku sehari-hari, yaitu baik sedang berdiri, sedang duduk ataupun sedang berbaring. Sebagaimana dalam Firman Allah SWT dalam QS. Ali Imran 3 ayat 190-191: 44 Dadang Ahmad, Epistemologi Doa: meluruskan, memahami dan mengamalkan, Bandung: NUANSA, 2011, h. 108 45 Slamet Utomo, Islam Sebuah Pengakuan Banyuwangi: Yayasan Puri Gumuk Merang, 2014, h.172.