Penelitian yang Relevan KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

f : jarak fokus m h i : tinggi bayangan m Dengan ketentuan sebagai berikut: Tabel 2.5 Ketentuan pada Lensa Lensa Cekung Lensa Cembung f = negatif f 0 f = posiif f 0 S i = negatif S i S o = positif S o Lensa memiliki kekuatan untuk memfokuskan sinar-sinar yang melewatinya. Semakin kecil jarak fokus, semakin besar kekuatan lensa tersebut. Adapun persamaanya adalah: = 1 Keterangan: P : kekuatan lensa dioptri f : jarak fokus m Kegunaan lensa sering dipakai dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya: kaca mata, kamera, mikroskop, lup, teleskop, dan OHP.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Berikut ini adalah beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan: 1. Ana Ratna Wulan 2008, dengan jurnalnya yang berjudul “Skenario Baru Bagi Implementasi Asesmen Kinerja pada Pembelajaran Sains di Indonesia”. Asesmen kinerja telah direkomendasikan oleh para ahli asesmen sebagai penilaian otentik pada pembelajaran sains. Besarnya potensi asesmen kinerja dalam menilai kemampuan proses sains belum dimanfaatkan oleh sebagian besar guru sains. Besarnya jumlah peserta didik, tingginya beban mengajar guru dan keterbatasan waktu mengakibatkan asesmen tersebut tidak dapat dilaksanakan di sekolah. Prosedur asesmen kinerja yang ditawarkan oleh para ahli asesmen juga terlalu rumit sehingga sulit dipelajari dan sulit dilaksanakan pada pembelajaran sehari-hari. Belum ada metode praktis bagi pelaksanaan asesmen kinerja pada setting pembelajaran sains di Indonesia. Sehingga tes kognitif masih dijadikan sebagai alat penilaian utama pada pembelajaran sains. Studi mendalam selama lima tahun telah menghasilkan suatu skenario baru bagi implementasi asesmen kinerja yang sesuai dengan konteks pembelajaran sains seharihari di sekolah. 54 2. I Wayan Suastra 2007, dengan jurnalnya yang berjudul “Pengembangan Sistem Asesmen Otentik dalam Pembelajaran Fisika di Sekolah Menengah Atas SMA”. Perangkat asesmen otentik yang dikembangkan adalah penilaian kinerja dengan menggunakan metode IDI Instructional Model Institute. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa sistem asesmen otentik yang diimplementasikan dalam tiga model pembelajaran inkuiri terbimbing, pembelajaran berbasis masalah, dan pendekatan stater eksperimen secara konsisten dapat meningkatkan kompetensi dasar fisika dengan skor rerata secar berturut-turut untuk setiap model pembelajran adalah 70.8 kualifikasi baik, 79.8 kulifikasi baik, 78.1 kualifikasi baik. Respon siswa terhadap asesmen otentik yang dikembangkan dalam pembelajaran fisika sangat positif. Dengan demikian disarankan kepada guru-guru fisika agar menerapkan sistem asesmen otentik melalui berbagai metode pembelajran inovatif lainnya. 55 3. Subroto 2012, makalah pada Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA: “Trend” dan “Isu” tentang Penilaian dalam Pembelajaran Sains-Fisika”. Belaiau memaparkar bahwa penilaian dipandang sebagai alat untuk mengukur hasil hasil belajar siswa. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu penyelarasan antara penilaian dengan pembelajaran, agar diperoleh suatu penilaian yang mempunyai manfaat yang lebih luas. Dari beberapa isu dan trend yang berkembang dalam pembelajaran saat ini dapat disimpulkan bahwa d isarankannya penggunaan penilaian kinerja dalam suatu pembelajaran, karena mempunyai kontribusi untuk mengaktifkan dan memberi motivasi, ketrampilan berpikir kreatif, kepercayaan diri, serta rasa ingin tahu peserta didik dalam belajar 54 Ana Ratna Wulan, Skenario Baru Bagi Implementasi Asesmen Kinerja pada Pembelajaran Sains di Indonesia, Jurnal Pendidikan, 3, 2008, h. 4-22. 55 I. Wayan Suastra, Pengembangan Sistem Asesmen Otentik dalam Pembelajaran Fisika di Sekolah Menengah Atas SMA, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, 1, 2007, h. 21. sains. Namun kesulitan utama yang dihadapi peserta didik adalah penggunaan waktu dan menentukan topik. 56 4. Douglas G. Wren, Ed.D. 2009, dengan jurnal Perfoemance Assessment: “A Key Component of A Balnced Assessment System”. Performance assessment is used to evaluate higher-order thinking and the acquisition of knowledge, concepts, and skills required for students to succeed in the 21st century workplace. Performance assessment has other advantages over the traditional assessments that are more commonly used in schools today. Students are able to recognize real-life connections with performance assessments. Additionally, students are generally more motivated by high-quality performance assessments, which have the capacity to measure higher-order thinking skills and other abilities needed to achieve success in the contemporary workplace. However, a great deal of time and effort must be invested to ensure that performance assessments and the rubrics used to score them are reliable and yield valid results. Although performance assessments will never completely replace traditional tests, they can be effectively utilized by schools and divisions to complement other types of assessment within the framework of a balanced assessment system. 57 5. Bruce B. Frey, et al. 2012, dengan jurnal yang berjudul “Defining Authentic Classroom Assessment”. Assessments are only authentic if they have meaning or value beyond the score or grade that participation might produce. In other words, the assessment task itself should be meaningful. This suggests that assessments that require behaviors or cognitive operations that are not intrinsically meaningful, e.g. responding to multiple-choice questions on an externally produced standardized tests are not authentic. Conversely, the 56 Subroto, “Trend” dan “Isu” tentang Penilaian dalam Pembelajaran Sains-Fisika, Makalah pada Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA di Universitas Negeri Yogyakarta, 2012, h. 1-5. 57 Douglas G. Wren, Ed.D., Perfoemance Assessment: A Key Component of A Balnced Assessment System, Journal from the Department of Research, Evaluation, and Assessment, 2, 2009, pp. 1-12. definition suggests that assessment tasks that are interesting, require complex thought, and require high levels of student participation are authentic. 58

C. Kerangka Berpikir