S = standar deviasi dari tes
Adapun kategori reliabilitas menurut Gilford seperti yang dikutip oleh Yanti Herlanti adalah sebagai berikut:
65
Tabel 3.3 Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen Koefisien Korelasi
Kriteria Reliabilitas
0,00 r 0,20
Kecil 0,21
r 0,40
Rendah 0,41
r 0,70
Sedang 0,71
r 0,90
Tinggi 0,91
r 1,00
Sangat Tinggi Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh bahwa nilai reliabilitas
instrumen tes adalah 0,726. Nilai ini termasuk kategori tinggi r
11
0,70 atau dengan kata lain bahwa instrumen ini reliabel, dan dapat disimpulkan instrumen
ini layak untuk digunakan dalam penelitian. Lebih lengkapnya perhitungan nilai reliabilitas terdapat pada Lampiran A bersama dengan uji validitas.
c. Taraf kesukaran difficulty index
Taraf kesukaran tes merupakan kemampuan seluruh peserta didik dalam menjawab soal dengan benar pada setiap butir soal
. Pengujian taraf kesukaran bertujuan untuk mengetahui tingkat mudah atau sukarnya suatu soal. Soal terlalu
mudah tidak
merangsang
peserta didik
untuk mempertinggi
usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan
peserta didik
menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya.
66
Indeks kesukaran dihitung menggunakan rumus:
67
=
65
Yanti Herlanti, Tanya Jawab Seputar Penilaian Pendidikan Sains, Jakarta: UIN Jakarta, 2008, h. 38.
66
Suharsimi Arikunto, op. cit., h. 207.
67
Ibid., h. 208.
Keterangan: P
= indeks kesukaran B
= banyaknya siswa menjawab soal tersebut dengan benar JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Tolak ukur menginterpretasikan tingkat kesukaran butir soal yang diperoleh adalah sebagai berikut:
68
Tabel 3.4 Interpretasi Tingkat Kesukaran Indeks Tingkat Kesukaran
Kriteria Tingkat Kesukaran
0,00 – 0,30 Sukar
0,30 – 0,70 Sedang
0,70 – 1,00 Mudah
Berikut ini adalah hasil analisis tingkat kesukaran pada 40 soal yang diujicobakan.
Tabel 3.5 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal Kriteria
No Soal Jumlah
Sukar 13,14,16,22,24,28,29,35,37,39
10 Sedang
,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,15,17,19,20,21,23,2 5,26,27,30,31,32,33,34,36,38,40
28 Mudah
1,18 2
Total 40
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa terdapat 10 soal sukar, 28 soal sedang, dan 2 soal mudah.
a. Daya pembeda discriminating power
Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara peserta didik yang berkemampuan tinggi dengan peserta didik yang
berkemampuan rendah.
69
68
Ibid., h. 210.
69
Ibid., h. 211.
Rumus yang digunakan untuk mengetahui daya pembeda setiap butir soal
adalah:
70
=
− Keterangan:
D = indeks diskriminasi JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan
benar. BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu
dengan benar. Setelah indeks daya pembeda diketahui, maka nilainya diklasifisikan pada kriteria
daya pembeda sebagai berikut:
71
Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Pembeda Indeks Daya Pembeda
Kriteria Daya Pembeda
0,00 – 0,20 Buruk poor
0,20 – 0,40 Cukup statisfactory
0,40 – 0,70 Baik good
0,70 – 1,00 Baik sekali excellent
Berikut klasifikasi soal berdasarkan hasil perehitungan daya pembeda pada 40 soal yang diujicobakan.
Tabel 3.7 Hasil Analisis Daya Pembeda Kriteria
No Soal Jumlah
Buruk 21,28
2 Cukup
,3,4,5,7,8,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20 ,22,24,27,29,31,32,33,35,36,37,38,39,4
30
70
Ibid., h. 213.
71
Ibid., hal. 218.
Kriteria No Soal
Jumlah
Baik 6,9,23,25,26,34
6 Baik Sekali
2,30 2
Total 40
E. Teknik Analisis Data