Upaya meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas VI materi membandingkan sifat kemampuan menghantar panas dari berbagai benda melalui metode eksperimen : penelitian tindakan kelas di MI Ruhul Ulum Jatinegara
(Penelitian Tindakan Kelas di MI Ruhul Ulum Jatinegara)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Dian Salafiah Enovari NIM. 1811018300020
PROGRAM DUAL MODE SYSTEM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU
MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
(2)
(3)
(4)
(5)
iii
dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabatnya.
Skripsi yaang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VI Materi Membandingkan Sifat Kemampuan Menghantar Panas Dari Berbagai Benda Melalui Metode Eksperimen” ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1) Pendidikan Islam pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini telah banyak melibatkan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya. MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Fauzan, MA., Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Erina Hertanti, M.Si., Dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu serta memberikan arahan bimbingan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Kepala sekolah MI Ruhul Ulum, Dra. Rahmawati, M.Pd.I yang telah memberikan izin penelitian Fairizah, S.Pd.I sebagai kolaborator yang telah membantu selama penelitian.
5. Seluruh dewan guru, staf dan siswa-siswi MI Ruhul Ulum khususnya kelas VI yang telah membantu peneliti dalam penelitian ini.
(6)
iv
7. Suami tercinta serta anakku yang telah memberikan bantuan dan dukungannya, baik moral maupun material sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
8. Kedua orang tua yang tiada henti memberikan bantuan moril maupun materil serta doa sehingga bisa memberikan semangat kepada penulis hingga dapat mencapai sejauh ini.
9. Saudara, sahabat/teman-teman serta semua pihak yang tidak dapat penyusun
sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis berharap sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan masukan, saran dan kritik dari para pembaca yang bijaksana.
Mudah-mudahan skripsi yang sederhana ini bermanfaat bagi penyusun sendiri dan pembaca pada umumnya. Segala kekhilafan, kekurangan dan kekeliruan semata-mata hanya keterbatasan penyusun selaku manusia dan hanya Allah yang maha mengetahui segala sesuatu.
Jakarta, 02 Maret 2015 Penyusun
(7)
v
HALAMAN PERNYATAAN KARYA ILMIAH ...ii
KATA PENGANTAR ...iii
DAFTAR ISI ...v
DAFTAR TABEL ...viii
DAFTAR GAMBAR ...ix
DAFTAR LAMPIRAN ...x
ABSTRAK ...xi
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ... 3
C. Pembatasan Fokus Penelitian ... 4
D. Perumusan Masalah Penelitian ... 4
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 4
BAB II : KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Acuan Teori area dan Fokus yang Diteliti ... 6
1. Metode Eksperimen ... 6
2. Hakikat IPA ... 9
3. Belajar ... 11
4. Hasil Belajar ... 13
5. Tinjauan Materi ... 17
B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 19
C. Kerangka Berpikir ... 21
(8)
vi
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 25
E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 25
F. Hasil Intervensi Tindakan yang diharapakan ... 27
G. Teknik Pengumpulan Data ... 27
H. Data dan Sumber Data ... 28
I. Instrumen Pengumpulan Data ... 28
1. Tes Hasil Belajar ... 29
2. Pedoman Observasi ... 31
3. Wawancara ... 31
J. Kalibrasi Instrumen ... 31
1. Instrumen Tes ... 32
a. Uji Validitas ... 32
b. Uji Reliabilitas Soal Tes... 34
c. Uji Taraf Kesukaran ... 35
d. Daya Pembeda ... 37
2. Instrumen Non Tes ... 38
K. Teknik Pengolahan Data ... 39
1. Teknik Pengolahan Data Tes ... 39
2. Teknik Pengolahan Data Non Tes... 39
L. Indikator Keberhasilan ... 40
BAB IV : DESKRIPSI, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 41
1. Tindakan Pembelajaran Siklus I... 41
a. Tahap Perencanaan ... 41
b. Tahap Pelaksanaan ... 41
1. Pertemuan Pertama ... 41
2. Pertemuan Kedua ... 43
c. Pengamatan ... 44
1. Hasil Belajar Siklus I ... 44
2. Hasil Observasi Guru Siklus I ... 45
3. Hasil Observasi Siswa Siklus I ... 47
d. Refleksi Siklus I ... 48
e. Keputusan ... 49
2. Tindakan Pembelajaran Siklus II ... 49
a. Tahap Perencanaan ... 49
b. Tahap Pelaksanaan Siklus II ... 50
1. Pertemuan Ketiga ... 50
(9)
vii
e. Keputusan ... 57
B. Pembahasan hasil penelitian ... 57
BAB V : PENUTUP
A. Simpulan ... 60
B. Saran ... 60 DAFTAR PUSTAKA
(10)
viii
3.1. Tahapan Intervensi Tindakan ... 25
3.2. Kisi-kisi Instrumen Hasil Belajar IPA Siklus I ... 29
3.3. Kisi-kisi Instrumen Hasil Belajar IPA Siklus II ... 30
3.4. Hasil Uji Validitas Instrumen Siklus I ... 33
3.5. Hasil Uji Validitas Instrumen Siklus II ... 34
3.6. Kriteria Reliabilitas... 35
3.7. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Siklus I ... 35
3.8. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Siklus II... 35
3.9. Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Siklus I ... 36
3.10. Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Siklus II ... 37
3.11. Hasil Uji Daya Pembeda Siklus I ... 38
3.12. Hasil Uji Daya Pembeda Siklus II ... 38
3.13. Klasifikasi Kegiatan Guru dan Siswa ... 40
3.14. Kriteria Nilai Persentase Instrumen Nontes ... 40
4.1. Data Hasil Belajar Tes Siklus I ... 48
4.2. Data Observasi Guru Pada Siklus I ... 45
4.3. Data Hasil Observasi Siswa Siklus I ... 46
4.4. Tindakan Perbaikan Siklus I ... 47
4.5. Data Hasil Belajar Tes Siklus II ... 49
4.6. Data Observasi Guru Pada Siklus II ... 54
(11)
ix
Gambar Halaman
3.1. Desain Intervensi Penelitian Tindakan Kelas... 24
4.1. Siswa saat melakukan eksperimen perpindahan panas secara radiasi ... 44
4.2. Suasana saat melakukan eksperimen... 47
4.3. Suasana proses pembelajaran ... 51
(12)
x 1 Daftar Nilai Siswa Kelas VI Siklus I 2 Daftar Nilai Siswa Kelas VI Siklus II
3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I Pertemuan 1
4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I Pertemuan 2
5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II Pertemuan 3
6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II Pertemuan 4
7 Lembar Observasi Siswa Siklus I 8 Lembar Observasi Siswa Siklus II 9 Lembar Observasi Guru Siklus I 10 Lembar Observasi Guru Siklus II 11 Kisi-kisi Soal Siklus I
12 Kisi-kisi Soal Siklus II
13 Naskah Soal Siklus I
14 Naskah Soal Siklus II
15 Lampiran Bobot Nilai dengan Menggunakan Aplikasi Ana-test
(13)
xi
Kelas VI Materi Membandingkan Sifat Kemampuan Menghantar Panas Dari Berbagai Benda Melalui Metode Eksperimen. Skripsi Program Studi Pendidikan Guru Mdrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa pada konsep membandingkan sifat kemampuan menghantar panas dari berbagai benda. Selain itu juga merubah pembelajaran IPA yang pada awalnya masih berpusat pada guru dan disajikan secara verbal menjadi pembelajaran yang membuat siswa aktif dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan percobaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus dengan menggunakan metode eksperimen. Tiap siklus terdiri dari 2 pertemuan. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan, dan refleksi. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VI MI Ruhul Ulum Jatinegara Jakarta Timur tahun pelajaran 2014/2015 dari bulan November sampai Desember 2014. Jumlah siswa yang diamati dalam penelitian ini berjumlah 23 siswa. Dari penelitian yang dilaksanakan menunjukan bahwa penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa MI Ruhul Ulum. Hal ini terbukti pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan nilai rata-rata siswa 39,35 dengan persentase ketuntasan sebesar 8,70%. Pada siklus I nilai rata-rata kelas 68,48 dengan persentase ketuntasan sebesar 60,87%, ketuntasan belajar siklus I masih belum tercapai. Pada siklus II nilai rata-rata kelas 80,65 dengan presentase ketuntasan sebesar 91,30%. Pada siklus II ini ketuntasan belajar telah tercapai dengan nilai KKM untuk konsep tersebut adalah 65. Aktifitas guru pada siklus I terkategori baik, dengan persentase 73,6%. Pada siklus II persentasenya meningkat menjadi 90% dengan kategori sangat baik. Aktifitas siswa meningkat dari kategori cukup pada siklus I dengan persentase 67,5 meningkat menjadi kategori sangat baik dengan persentase 90% pada siklus II.
(14)
1
Pendidikan erat kaitannya dengan pembangunan dalam satu Negara. Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan dimasa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya.1 Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk menyiapkan manusia menghadapi masa depan agar hidup lebih sejahtera, baik sebagai individu maupun sebagai warga masyarakat yang dapat berguna dalam pembangunan dimasa depan. Perkembangan pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tantangan zaman yang tidak dapat diramalkan, oleh karena itu pendidikan selalu dihadapkan pada masalah-masalah baru.
Masalah yang dihadapi dunia pendidikan itu demikian luas, sehingga perlu ada rumusan-rumusan terhadap masalah pendidikan yang dapat dijadikan pegangan oleh pendidik dalam mengembangkan tugasnya. Salah satu masalah yang sering luput dalam pendidikan adalah penerapan sebuah metode pembelajaran inovatif di sekolah. Metode pembelajaran adalah seluruh perencanaan dan prosedur maupun langkah-langkah kegiatan pembelajaran termasuk cara penilaian yang akan dilaksanakan.2 Metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi pembelajaran, metode pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk menyajikan, menguraikan, memberi contoh dan memberi latihan kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi tidak setiap metode pembelajaran sesuai digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.3
1Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h.1
2Suyono, dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h.19.
3Trianto, Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik (Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya, 2009), h.132.
(15)
Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektivitas dan efisiensi pembelajaran. Pembelajaran perlu dilakukan dengan sedikit ceramah dan metode-metode yang berpusat pada guru, serta lebih menekankan pada interaksi peserta didik.4 Pada kenyataanya guru saat ini telah menerapkan metode pembelajaran pada setiap proses belajar mengajar, tetapi sering ditemui banyak kesalahan penerapan dan pemilihan metode. Kesalahan tersebut berupa ketidakcocokan metode pada materi pelajaran, sehingga siswa tidak mampu memahami materi yang disampaikan oleh guru dan berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa.
Berdasarkan studi dokumen, wawancara dan obsevasi yang peneliti dapatkan di Madrasah Ibtidaiyah Ruhul Ulum Kecamatan Jatinegara. Temuannya adalah hasil belajar siswa pada materi Membandingkan Sifat Kemampuan Menghantar Panas dari Berbagai Benda masih di bawah nilai KKM yaitu 59, Nilai KKM untuk konsep tersebut adalah 65. Berdasarkan hasil wawancara siswa kelas VI diketahui hal tersebut disebabkan, siswa tidak mengalami langsung proses pembelajaran tentang Sifat Kemampuan Menghantar Panas dari Berbagai Benda. Pada materi tersebut guru menyajikan secara verbal melalui kegiatan ceramah dan textbook oriented, keterlibatan siswa sangat minim, karena siswa hanya melakukan kegiatan duduk, diam, mendengar, mencatat dan menghafal. Guru jarang menggunakan media atau alat peraga pelajaran IPA serta tidak terbiasa untuk melibatkan siswa dalam melakukan percobaan membandingkan sifat kemampuan menghantar panas dari berbagai benda. Proses pembelajaran semacam ini bersifat monoton yang dapat membuat siswa mudah mengalami kebosanan, sehingga siswa menjadi pasif yang pada akhirnya berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa.upaya untuk memperbaiki kualitas pembelajaran agar dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.
Salah satu alternatif metode untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan memungkinkan siswa belajar secara optimal adalah menggunakan metode eksperimen. Metode Eksperimen menurut Djamarah adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu
(16)
yang dipelajari.Dalam proses belajar mengajar dengan metode eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu.5
Konsep Membandingkan Sifat Kemampuan Menghantar Panas dari Berbagai Benda dalam mata pelajaran IPA merupakan salah satu konsep pelajaran yang dapat dibelajarkan melalui metode eksperimen. Pada konsep ini guru tidak cukup hanya dengan memberikan penjelasan langsung, tetapi siswa juga harus melakukan praktek atau percobaan sifat kemampuan menghantar panas dengan menggunakan benda yang biasa mereka jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Benda-benda tersebut terbuat dari berbagai macam bahan yang bersifat konduktor dan isolator. Bahan yang bersifat konduktor dapat menghantarkan panas dan bahan yang bersifat isolator tidak dapat menghantarkan panas, dengan melakukan percobaan sendiri siswa dapat memahami, membuktikan kebenaran konsep dan dapat menarik kesimpulan dari metode tersebut.
Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tergerak untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VI MATERI MEMBANDINGKAN SIFAT KEMAMPUAN MENGHANTAR PANAS DARI BERBAGAI BENDA MELALUI METODE EKSPERIMEN”
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat ditentukan identifikasi masalah sebagai berikut :
1. Kegiatan pembelajaran masih berpusat pada guru, sehingga siswa pasif dalam kegiatan pembelajaran.
2. Pembelajaran IPA di sajikan secara verbal, sehingga membuat siswa cepat bosan dengan pembelajaran di kelas.
3. Guru masih mendominasi pembelajaran tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan percobaan.
5Trianto, Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik (Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya, 2009), h.137.
(17)
4. Hasil belajar siswa pada konsep membandingkan sifat kemampuan menghantar panas dari berbagai benda belum memenuhi nilai KKM.
5. Guru kurang kreatif dalam menggunakan metode pembelajaran yang inovatif bagi siswa.
Penelitian ini difokuskan terhadap hasil belajar IPA siswa pada konsep membandingkan sifat kemampuan menghantar panas dari berbagai benda
C. Pembatasan Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi mengenai peningkatan hasil belajar IPA siswa pada konsep membandingkan sifat kemampuan menghantar panas dari berbagai benda melalui metode eksperimen. Hasil belajar yang dimaksud hanya pada ranah kognitif, dengan tingkatan C1 sampai C3 (pengetahuan, pemahaman dan penerapan) sesuai taksonomi Bloom.
D. Perumusan Masalah Penelitian
Dari pembatasan fokus penelitian di atas, dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : “Bagaimana penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa pada materi membandingkan sifat kemampuan menghantar panas dari berbagai benda ?
E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa pada konsep membandingkan sifat kemampuan menghantar panas dari berbagai benda di kelas VI MI. Ruhul Ulum Jatinegara Jakarta Timur.
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi siswa, guru dan sekolah, antara lain :
(18)
a. Bagi guru :
1) Menggunakan metode dan alat peraga yang tepat sesuai materi pelajaran
2) Meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola kelas sehingga tercipta suasana pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan b. Bagi sekolah :
Penelitian ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam rangka perbaikan pembelajaran khususnya mata pelajaran IPA pada siswa kelas VI MI Ruhul Ulum
c. Bagi siswa :
1) Meningkatkan hasil belajar siswa
(19)
6
A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti 1. Metode Eksperimen
Menurut Roestiyah metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, di mana siswa melakukan percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.1
Metode eksperimen menurut Djamarah metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar dengan metode eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu.2
Kadang-kadang menurut Rusyan orang menangaburkan pengertian eksperimen dengan kerja labolatorium, meskipun kedua pengertian ini mengandung prinsip yang hampir sama, namun berbeda dalam konotasinya. Eksperimen adalah percobaan untuk membuktikan suatu pertanyaan atau hipotesis tertentu. Eksperimen bisa dilakukan pada suatu labalatorium, atau di luar labolatorium, pekerjaan eksperimen mengandung makna belajar untuk berbuat, karena itu dapat dimasukkan kedalam metode pembelajaran. Metode eksperimen adalah cara penyajian bahan pelajaran di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami untuk membuktikan sendiri suatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari.3
1Trianto, Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik (Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya, 2009), h. 136.
2Ibid. , h. 137
(20)
Menurut Schoenherr yang dikutip oleh Palendeng metode eksperimen adalah metode yang sesuai untuk pembelajaran sains, karena metode eksperimen mampu memberikan kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir dan kreatifitas secara optimal.siswa diberi kesempatan untuk menyusun sendiri kosep-konsep dalam struktur kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupannya.4
a) Kelebihan Metode Eksperimen
Metode eksperimen mempunyai kelebihan sebagai berikut :5
1) Metode ini dapat membuat siswa lebih pecaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri dari pada hanya menerima kata guru atau buku saja.
2) Dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplolatoris tentang sains dan teknologi, suatu sikap dari seorang ilmuan
3) Metode ini di dukung oleh asas-asas didaktik modern, antara lain :
a. Siswa belajar dengan mengalami atau mengamati sendiri suatu proses kejadian b. Siswa terhindar jauh dari verbalisme
c. Memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat objektif dan realistis d. Mengembangkan sikap berfikir ilmiah
e. Hasil belajar akan tahan lama dan internalisasi b) Kelemahan Metode Eksperimen
Selain kebaikan tersebut, metode eksperimen mengandung beberapa kelemahan sebagai berikut :6
1) Pelaksanaan metode ini sering memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan murah
2) Setiap eksperimen tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan Karena mungkin ada factor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan atau pengendalian.
4Trianto, op.cit., h. 138
5Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 220.
(21)
3) Sangat menuntut penguasaan perkembangan materi, fasilitas peralatan dan bahan mutakhir. Sering terjadi siswa lebih dahulu mengenal dan menggunakan alat bahan tertentu daru pada guru.
Pembelajaran dengan metode eksperimen menurut Palendeng meliputi tahap tahap sebagai berikut :7
1) Percobaan awal, pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang didemonstrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam.
2) Pengamatan, merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan. Siswa diharapkan untuk mengamati dan mencatat peristiwa tersebut.
3) Hipotesis awal, siswa dapat merumuskan hipotesis sementara berdasarkan hasil pengamatan.
4) Verifikasi, kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal yang telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. siswa diharapkan merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan, selanjutnya dapat melaporkan hasilnya.
5) Aplikasi konsep, setelah siswa merumuskan dan menemukan konsep, hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan ini merupakan pemantapan konsep yang telah dipelajari.
6) Evaluasi, merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep. Langkah-langkah penggunaan metode eksperimen yaitu :8 1. Tahap persiapan/perencanaan
a) Menetapkan tujuan eksperimen
b) Memberikan petunjuk dan menetapkan langkah-langkah pokok eksperimen c) Mempersiapkan alat alat yang diperlukan untuk melakukan eksperimen 2. Tahap pelaksanaan eksperimen
a) Mengikutsetakan seluruh siswa dalam kegiatan pengamatan maupun percobaan
7
Trianto, Op.cit., h. 138-139.
8
(22)
b) Tumbuh kembangkan sikap kritis melalui kegiatan tanya jawab dan diskusi tentang masalah yang diujicobakan.
c) Beri kesempatan setiap siswa untuk melakukan percobaan sehingga siswa merasa yakin tentang kebenaran suatu proses
d) Buatlah penilaian dari kegiatan siswa dalam melakukan eksperimentersebut mulai dari persiapan dan pada waktu pelaksanaan
3. Tahap tindak lanjut eksperimen a) Pemberian tugas
b) Pembuatan laporan eksperimen c) Penilaian laporan hasil eksperimen
Metode eksperimen adalah cara mengajar dengan cara siswa diajak untuk melakukan serangkaian percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajarinya secara teori. Metode ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengalami, melakukan sendiri, mengamati suatu subyek, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri dan mencari kebenaran.9
Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen akan membantu siswa untuk memahami konsep. Pemahaman konsep dapat diketahui apabila siswa mampu mengutarakan secara lisan, tulisan, maupun aplikasi dalam kehidupannya. Dengan kata lain, siswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan, menyebutkan, memberikan contoh, dan menerapkan konsep terkait dengan pokok bahasan.10
4. Hakikat IPA
IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada di permukaan bumi, di dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat di amati indera maupun yang tidak dapat diamati indera. Oleh karena itu, dalam menjelaskan hakikat fisika, pengertian IPA difahami terlebih dahulu. IPA atau ilmu kealaman adalah ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati. Adapun Wahyana mengatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaanya secara umum
9 Ibid. , h. 143
(23)
terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi dengan adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.11 Pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, dan sikap ilmiah. Selain itu, IPA dipandang pula sebagai proses, sebagi produk, dan sebagai prosedur. Sebagai proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam mapun untuk menemukan pengetahuan baru. Sebagai produk diartikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau di luar sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran atau dissiminasi pengetahuan. Sebagai prosedur dimaksudkan adalah metodolog, atau cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu (riset pada umumnya) yang lazim disebut metode ilmiah (scientific method).12
Memahami IPA bukan hanya memahami fakta-fakta dalam IPA. Memahami IPA berarti juga memahami proses IPA yaitu memahami bagaimana mengumpulkan fakta dan memahami bagaimana menghubungkan fakta untuk menginterpretasikannya. Para ilmuan mempergunakan berbagai prosedur empirik dan prosedur analitik dalam usaha untuk memahami alam semesta ini. Prosedur-prosedur tersebut disebut proses ilmiah atau proses sains. Keterampilan proses IPA disebut juga keterampilan belajar seumur hidup. Sebab keterampilan ini dapat juga dipakai di bidang lain dalam kehidupan sehari-hari.
Keterampilan proses akan terbentuk hanya melalui proses berulang-ulang. Siswa tidak akan terampil (misanya untuk merumuskan masalah, mengajukan pertanyaan, melakukan percobaan, melakukan pengukuran, mengolah data dan menarik kesimpulan) apabila tidak ada peluang untuk melakukannya sendiri proses tersebut secara terus menerus. Namun adanya kendala yang dihadapi di dalam penerapannya, antara lain waktu yang terbatas dan banyaknya materi yang harus dipelajari. Sehingga dalam pelaksanaan/latihannya untuk menghindari kendala tersebut sangat dibutuhkan duatu pemodelan. 13
11Trianto,Op.cit., h. 136.
12Ibid., h. 137
(24)
5. Belajar
Kegiatan belajar sesungguhnya dilakukan oleh semua makhluk yang hidup, mulai dari bentuk kehidupan yang sederhana sampai dengan yang kompleks. Efektifitas kegiatan belajar tersebut tergantung pada tingkat kerumitan jenis kehidupannya. Manusia sebagai makhluk unik, melakukan kegiatan belajar dengan cara dan sistem yang unik pula.
Terdapat berbagai macam tafsiran tentang belajar, tergantung pada pembuat rumusan itu dan sangat ditentukan oleh aliran ateu sistem psikologi yang dianutnya. Contohnya psikologi gaya berpendapat, bahwa belajar adalah metatih daya-daya yang dimilki oleh manusia. Dengan latihan tersebut, akan terbentuk dan berkembang berbagai daya yang berfungsi sebagaimana mestinya, seperti daya ingat, daya pikir, daya rasa, dan sebagainya. Pandangan batu menyatakan bahwa belajar suatu proses perubahan tingkah laku akibat latihan dan pengalaman.14
Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Dalam konteks menjadi tahu atau proses memperoleh pengetahuan, menurut pemahaman sains konvensional, kontak manusia dengan alam diistilahkan dengan pengalaman (experience). Pengalaman yang terjadi berulang kali melahirkan pengetahuan (knowledge) atau a body of knowledge. Definisi ini merupakan definisi umum dalam pembelajaran sains secara konvensional, dan beranggapan bahwa pengetahuan sudah berserak di alam, tinggal bagaimana siswa atau pembelajar bereksplorasi, menggali dan menemukan kemudian memungutnya, untuk memperoleh pengetahuan.15
Gage mendefinisikan belajar sebagai suatu proses di mana organisme berubah perilakunya diakibatkan pengalaman. Demikian juga Harold Spear mendefinisikan bahwa belajar terdiri dari pengamatan, pendengaran membaca dan meniru. Definisi belajar di atas ini mengandung pengertian bahwa belajar
14Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 106.
15Suyono, dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 9.
(25)
merupakan perubahan perilaku seseorang akibat pengalaman yang ia dapat melalui pengamatan, pendengaran, membaca, dan meniru.16
Dalam perspektif teori kognitif, belajar merupakan peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral meskipun hal-hal yang bersifat behavioral tampak lebih nyata hampir dalam setiap peristiwa belajar. Perilaku individu bukan semata-mata respons terhadap yang ada melainkan yang lebih penting karena dorongan mental yang diatur oleh otaknya. Belajar adalah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat dan menggunakan pengetahuan. Belajar menurut teori kognitif adalah adalah perseptual. Tingkah laku seseorang ditentukan oleh tingkah laku persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang bertujuan langsung dengan tujuan belajarnya. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang tampak. Teori kognitif menekankan belajar sebagai proses internal. Belajar adalah aktivitas yang melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks.17
Piaget juga meyakini bahwa pemikiran seorang anak berkembang melalui serangkaian tahap pemikiran dari masa bayi hingga masa dewasa. Dalam hal ini Piaget membagi tahap perkembangan kognitif manusia menjadi 4 tahap, yaitu : tahap sensori-motorik (sejak lahir sampai usia 2 tahun), tahap pra-operasional (usia 2 sampai 7 tahun), tahap kongkret operasional (7 sampai 11 tahun), dan tahap operasional formal (usia 11 tahun ke atas). 18
Menurut Piaget, perkembangan dari masing-masing tahap tersebut merupakan hasil perbaikan dari perkembangan tahap sebelumnya. Hal ini berarti bahwa menurut teori tahapan Piaget, setiap individu akan melewati serangkaian perubahan kualitatif yang bersifat invarian, selulu tetap tidak melompat atau mundur. Perubahan-perubahan kualitatif ini terjadi karena takanan biologis untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan serta adanya pengorganisasian struktur berfikir. Dari sudut biologis, Piaget melihat adanya sistem yang mengatur dari
16Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi (Jakarta : Gaung Persada Press, 2006), h. 98.
17Agus Suprijono, cooperative learning (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2012), h. 22.
18Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 101
(26)
dalam, sehingga organisme mempunyai sistem pencernaan, peredaran darah, sistem pernafasan, dan lain-lain. Hal ini sama juga terjadi pada sistem kognisi di mana adanya sistem yang mengatur dari dalam yang kemudian dipengaruhi oleh factor-faktor lingkungan.19
Teori Gestalt memandang bahwa proses kognitif yang berupa insight (pemahaman/wawasan) merupakan ciri asasi dari respon manusia yang diberikan dalam menanggapi lingkungan betapapun sederhananya. Insight itu sendiri timbul secara tiba-tiba, seperti ketika seseorang menemukan sesuatu, atau memecahkan masalah. Dalam memperoleh insight individu belajar melalui pengalaman mempelajari suatu mata pelajaran tidak hanya dengan mempelajari jawaban soal, tetapi yang penting disini adalah proses dalam menyelesaikan soal sehingga hasil atau jawaban menjadi tepat.20
6. Hasil Belajar
Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat. Pengukuran demikian dimungkinkan karena pengukuran merupakan kegiatan ilmiah yang dapat diterapkan pada berbagai bidang termasuk pendidikan.
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Hasil produksi adalah perolehan yang didapat karena adannya kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi (finished goods). Hal yang sama berlaku untuk memberikan batasan bagi istilah hasil panen, hasil penjualan, hasil pembangunan, termasuk hasil belajar. Dalam siklus input-proses-hasil, hasil dapat dengan jelas dibedakan dengan input akibat perubahan oleh proses. Begitu pula dalam kegiatan belajar
19Ibid., h. 102
(27)
mengajar, setelah mengalami belajar siswa berubah perilakunya disbanding sebelumnya.21
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa :22
1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.
2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.
3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri.
4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
5) Sikap adalah kemapuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.
Menurut Bloom hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized.23
Dalam hubungan dengan satuan pelajaran, ranah kofnitif menjadi tujuan utama, yang menjadi tujuan utama pengajaran di SD, SMTP, dan di SMU pada umumnya adalah peningkatan kemampuan siswa dalam aspek kognitif. Aspek kognitif dibedakan atas enam jenjang menurut taksonomi Bloom
21Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar (Yogyakarta : Pustaka Palajar, 2013), h. 44.
22Agus Suprijono, Cooperative Learning (Yogyakarta : Pustaka Palajar, 2012), h. 5-6 23 Ibid., h. 6-7
(28)
(1956) yang diurutkan secara hierarki pyramidal. Sistem klasifikasi bloom itu dapat digambarkan sebagai berikut :
Keenam aspek ini bersifat kontinum dan overlap (saling tumpang tindih). Aspek yang lebih tinggi meliputi semua aspek di bawahnya.24
a) Pengetahuan adalah aspek yang paling besar dalam taksonomi Bloom. Sering kali disebut juga aspek ingatan (recall). Dalam jenjang kemampuan ini seseorang dituntut untuk mengenali atau mengetahui adanya konsep, fakta, atau istilah-istilah, dan lain sebagainya tanpa harus mengertiatau dapat menggunakannya.25
b) Pemahaman, kemampuan ini mendapat penekanan dalam proses belajar mengajar. Siswa dituntut memahami atau mengerti apa yang di ajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkannya dengan hal-hal lain.26
c) Penerapan, dalam jenjang kemampuan ini dituntut kesanggupan ide-ide umum, tata cara, ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, serta teori-teori dalam situasi baru dan konkret.27
d) Analisis, dalam jenjang kemampuan ini seseorang dituntut untuk dapat menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsure-unsur atau komponen-komponen pembentuknya.28
24Daryanto, evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2010), h. 101-102.
25Ibid., h. 103
26Ibid., h. 106
27Ibid., h. 109
(29)
e) Sintesis, pada jenjang ini seseorang dituntut untuk dapat menghasilkan sesuatu yang baru dengan jalan menggabungkan berbagai faktor yang ada.29
f) Penilaian, dalam jenjang kemampuan ini seseorang dituntut untuk dapat mengevaluasi situasi, keadaan, pernyataan, atau konsep berdasarkan suatu kriteria tertentu.30
Taksonomi tujuan pengajaran pada kawasan afektif dikategorikan dalam lima jenis kategori yang menurut W. Gulo (2002: 66)yaitu:
1. Penerimaan, meliputi penerimaan secara pasif terhadap suatu masalah, situasi, gejala, nilai, dan keyakinan. Contoh kata kerja operasional yang biasa digunakan untuk mengukur aspek penerimaan adalah memilih, mengikuti, meminati, memberi, dan sebagainya.
2. Tanggapan, berkenaan dengan jawaban dan kesenangan menanggapi atau merealisasikan sesuatu yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat. Contoh kata kerja operasional yang biasa digunakan untuk mengukur aspek tanggapan adalah mengajukan, melaporkan, menampilkan, mendukung, dan sebagainya.
3. Penilaian, berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tertentu. Contoh kata kerja operasional yang biasa digunakan untuk mengukur aspek penilaian adalah meyakini, mengusulkan, menekankan, meyakinkan, dan sebagainya.
4. Pengelolaan, meliputi konseptualisasi nilai-nilai menjadi suatu sistem nilai. Contoh kata kerja operasional yang biasa digunakan untuk mengukur aspek pengelolaan adalah mempertahankan, mengubah, memadukan, membentuk pendapat, dan sebagainya.
5. Penghayatan (karakterisasi), keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.
29Ibid., h. 112
(30)
Contoh kata kerja operasional yang biasa digunakan untuk mengukur aspek penghayatan adalah mendengarkan, memecahkan, mempengaruhi, dan sebagainya.
Pada ranah psikomotorik meliputi enam jenjang kemampuan, namun masih dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok utama, yakni keterampilan motorik, manipulasi benda-benda dan koordinasi neuromuscular. Maka, kata operasional yang dapat dipakai adalah :31
1. Keterampilan motorik : memperlihatkan gerak, menunjukan hasil (pekerjaan tangan), menggerakkan, menampilkan, me;ompat, dan sebagainya.
2. Manipulasi benda-benda : menyusun, membentuk, memindahkan, menggeser, mereparasi dan sebagainya.
3. Koordinasi neuromuscular, menghubungkan, mengamati, memotong, dan sebagainya.
Hasil utama pengajaran adalah kemampuan hasil belajar yang memang direncanakan untuk diwujudkan dalam kurikulum dan tujuan pengajaran. Sedang hasil pengiring adalah hasil belajar yang dicapai namun tidak direncanakan untuk dicapai. Misalnya setelah mengikuti pelajaran siswa menyukai pelajaran matematika yang semula tidak disukai karena siswa senang dengan cara mengajar guru.32
5. Tinjauan Materi Membandingkan Sifat Kemampuan Menghantar Panas Dari Berbagai Benda
Materi yang akan di sampai dalam penelitian ini difokuskan pada mata pelajaran IPA kelas VI semester I di MI Ruhul Ulum Jatinegara dengan Standar Kompetensi “Memahami saling berhubungan antara suhu, sifat hantaran dan kegunaannya” dan Kompetensi Dasar “Membandingkan sifat kemampuan menghantarkan panas dari berbagai benda”.
Pada konsep ini siswa akan melakukan praktek atau percobaan sifat kemampuan menghantar panas dengan menggunakan benda yang biasa mereka
31 Ibid., h. 123-124
(31)
jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Benda-benda tersebut terbuat dari berbagai macam bahan yang bersifat konduktor dan isolator .
a) Konduktor
Koduktor adalah bahan yang dapat menghantarkan panas. Contohnya, alumunium dan besi.
b) Isolator
Isolator adalah bahan yang tidak dapat menghantarkan panas. Contohnya, kayu dan plastik.
Dalam penggunaan metode eksperimen pada konsep Membandingkan Sifat Kemampuan Menghantar Panas dari Bebagai benda, siswa juga dapat memahami perpindahan energi panas serta dapat memberikan contoh perpindahan energi panas yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Energi panas dapat berpindah melalui tiga cara, yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi.
a. Konduksi
Konduksi adalah peristiwa perpindahan panas melalui zat perantara tanpa disertai perpindahan zat perantaranya. Misalnya, sebuah sendok logam dicelupkan ke dalam segelas air panas. Setelah beberapa saat, ujung sendok yang tidak tercelup menjadi terasa panas. Hal ini karena panas dari air mengalir sepanjang sendok logam.
b. Konveksi
Konveksi adalah perpindahan panas disertai perpindahan zat perantaranya. Contohnya es batu yang mencair dalam air panas. Panas dari air berpindah ke es batu dan panas tersebut menyebabkan es batu meleleh.
c. Radiasi
Radiasi adalah perpindahan panas tanpa zat perantara. Contohnya ketika matahari bersinar di siang hari, kita merasa gerah. Padahal kita berada jauh dari matahari. Hal ini terjadi bahwa telah terjadi perpindahan panas.
(32)
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Dalam dunia pendidikan, penelitian tentang penggunaan metode eksperimen pada pembelajaran telah dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya :
1) Penelitian yang dilakukan olehMasitoh, yang berjudul “Penggunaan Metode EksperimenUntuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III Pada Konsep Gerak Benda dan Energi di MI. Sirojul Athfal 1 Depok”. Penelitian dilaksanakan dengan metode PTK yang dilaksanakan sebanyak dua siklus. Tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan. KKM yang telah ditetapkan adalah 70. Hasil belajar pada siklus I rata-rata 67 dan ketuntasan siswa mencapai 65%, hasil belajar pada siklus II meningkat 86 dan ketuntasan belajar siswa mencapai 90% dari jumlah siswa. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan pemahaman siswa pada konsep gerak benda dan perubahannya.33
2) Penelitian yang dilakukan olehMaspupah, yang berjudul “Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Materi Gaya Kelas V di MIS. Anwarul Hidayah”. Penelitian dilaksanakan dengan metode PTK yang dilaksanakan sebanyak tiga putaran. Tiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan revisi. Dari hasil analisis didapatkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu siklus I 66,7%, siklus II 76,19%, siklus III 90,48%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pembelajaran dengan metode eksperimen dapat berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa kelas V serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.34
33Masitoh, “Penggunaan Metode EksperimenUntuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III Pada Konsep Gerak Benda dan Energi di MI. Sirojul Athfal 1 Depok”, Skripsi pada Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2012, h. iv, tidak dipublikasikan.
34Maspupah, “Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Materi Gaya Kelas V di MIS. Anwarul Hidayah”, Skripsi pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, h. vi, tidak dipublikasikan.
(33)
3) Penelitian yang dilakukan oleh Nurhasanah, yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Energi Dan Perubahannya di Kelas IV MI Al-Arqom Melalui Metode Eksperimen”. Penelitian dilaksanakan dengan metode PTK yang dilaksanakan sebanyak dua siklus. Tiap siklus terdiri perencanaan, pelaksanaan, pengamatan. KKM yang ditetapkan adalah 65 dan target yang diharapkan adalah 75%. Pada siklus satu nilai rata-rata 72,5 dan ketuntasan siswa mencapai 60%, hasil belajar siswa pada siklus dua menjadi 81,25 dan ketuntasan belajar siswa mencapai 80% dari jumlah siswa. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan metode eksperimen pada materi energi dan perubahannya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.35
4) Penelitian yang dilakukan oleh Immaratul Izzah, yang berjudul “Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Metode Eksperimen”. Penelitian
dilaksanakan dengan metode PTK yang dilaksanakan sebanyak tiga siklus. Rata-rata tes hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 61,81 sedangkan pada siklus II sebesar 66,63 dan siklus III sebesar 85,72, rata-rata presentase aktivitas siswa pada siklus I 68,18% sedangkan pada siklus II adalah 77,27 sedangkan pada siklus III adalah 85,72%. Hal ini menunjukan aktivitas siswa meningkat. Dengan demikian upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep energy dan perubahannya dengan menggunakan metode eksperimen dapat meningkatkan
hasil belajar siswa.36
5) Penelitian yang dilakukan oleh Sri Mulyanih, yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Cahaya Melalui Metode Eksperimen” Penelitian dilaksanakan dengan metode PTK. PTK dilaksanakan sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan hasil belajar pada mata pelajaran IPA yang sangat rendah. Di dapatkan dari 35 siswa kelas V MI Darul Muttaqin hanya 57% yang mencapai KKM 65 atau hanya 20 dari 35 siswa. PTK ini dilakukan melalui empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan,
35 Nurhasanah, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Energi Dan Perubahannya di Kelas IV MI Al-Arqom Melalui Metode Eksperimen”, Skripsi pada Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2012, h. i, tidak dipublikasikan.
36 Immaratul Izzah, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Metode Eksperimen”,
(34)
pengamatan dan refleksi tindakan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung dengan mencatat hal-hal penting yang terjadi dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran IPA khusunya materi cahaya pada siklus I terdapat 24 siswa atau 68,58% telah mengalami peningkatan hasil belajar mencapai KKM. Pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 8,56% yaitu 27 siswa atau 77,14% siswa telah mencapai KKM. Dengan demikian dari hasil analisa peneliti, bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen pada mata pelajaran IPA konsep cahaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.37
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran IPA di sekolah dasar masih menggunakan metode pembelajaran konvensional. Guru masih mendominasi proses belajar mengajar dan tidak melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran, sehingga siswa cepat bosan dan tidak memahami materi yang diajarkan oleh guru. Guru dituntut untuk dapat
37 Sri Mulayanih, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Cahaya Melalui Metode Eksperimen”, Skripsi pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, h. i, tidak dipublikasikan.
Kondisi awal : Guru mendominasi proses belajar , siswa pasif
Tindakan
Kondisi Akhir
Hasil belajar siswa rendah
Siklus I : Melakukan percobaan
Siklus II : Siswa Melakukan Percobaan
Diduga melalui penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas VI Materi Membandingkan Sifat Kemampuan Menghantar Panas Dari Berbagai Benda
Guru menggunakan metode eksperimen dalam pembelajaran materi Membandingkan
Sifat Kemampuan Menghantar Panas Dari
Berbagai Benda Guru belum
menggunakan metode eksperimen
(35)
merancang pembelajaran yang kreatif dan inovatif yang sesuai dengan karakteristik
siswa sekolah dasar. Upaya untuk melakukan perbaikan dalam proses
pembelajaran terutama pada mata pelajaran IPA dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, salah satunya dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat dalam mengajarkan satu konsep.
Metode eksperimen merupakan metode yang memberikan kesempatan kepada perorangan atau kelompok untuk melatih melakukan suatu proses atau percobaan. Kondisi awal pembelajaran sebelum menggunakan metode eksperimen pembelajaran lebih berpusat pada guru dan tidak melibatkan siswa secara aktif. Kegiatan pembelajaran seperti ini menjadi kurang menarik dan membosankan. Hal ini berpengaruh pada pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan sehingga hasil belajar siswa menjadi kurang maksimal.
Pembelajaran IPA menggunakan metode eksperimen melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, siswa diberikan kesempatan untuk melatih melakukan proses secara mandiri, sehingga siswa sepenuhnya terlibat untuk menentukan fakta, menggumpulkan data, dan memecahkan masalah yang dihadapi secara nyata. Melalui eksperimen siswa tidak menerima begitu saja sejumlah informasi yang diperolehnya tetapi akan berusaha untuk mengelolah informasi dengan membandingkan tahap fakta yang diperolehnya dengan eksperimen yang dilakukan. Jadi, penggunaan metode eksperimen diduga dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa serta dapat mengembangkan kreativitas siswa.
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis pada penelitian ini adalah penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa pada materi membandingkan sifat kemampuan menghantar panas dari berbagai benda.
(36)
23
Lokasi penelitian bertempat di MI Ruhul Ulum yang beralamat di Jl. Kebon Nanas Utara I/7 Cipinang Cempedak Kecamatan Jatinegara Jakarta Timur. Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada bulan November – Desember 2015,semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015.
B. Metode Penelitian dan Desain Intervensi Tindakan
Metode yang digunakan pada penelitian tindakan kelas ini adalah callaboration classroom action research, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelas.1 Penelitian ini berlangsung secara siklus, setiap siklus meliputi 4 tahapan yaitu perencanaan pembelajaran IPA menggunakan metode eksperimen, pelaksanaan pembelajaran IPA menggunakan metode eksperimen, pengamatan selama pembelajaran berlangsung dan refleksi. Penelitian terdiri atas beberapa siklus tergantung dari permasalahan atau hambatan yang ditemukan selama penelitian. Apabila kriteria keberhasilan belum tercapai maka proses pembelajaran akan dilanjutkan pada siklus berikutnya. Siklus akan berhenti apabila kriteria keberhasilan telah tercapai yaitu kelas mencapai ketuntasan belajar 90% dengan nilai KKM setiap siswa 65.
Dalam PTK tersedia model-model yang dapat dijadikan acuan dalam membuat desain PTK. Dua model diantaranya adalah pertama, model Kurt Lewin yang sering dijadikan acuan pokok atau dasar dari berbagai model penelitian tindakan (action research), terutama PTK. Kedua model Kemmis dan & Taggart, yang merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan Kurt Lewin.2
1Ekawarna, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Gaung Persada, 2010), h. 5
(37)
Desain intervensi tindakan kelas yang digunakan pada penelitian ini adalah model Kemmis dan Taggart. Berikut gambar desain intervensi pada penelitian tindakan kelas ini:.3
Gambar 3.1 Desain Intervensi Penelitian Tindakan Kelas
Secara utuh, tindakan yang diterapakan dalam penelitian tindakan kelas seperti digambarkan dalam bagan, melalui tahapan sebagai berikut :4
1. Tahap perencanaan, yang menjelaskan tentang apa, mengapa, dimana, oleh siapa, bagaimana tindakan tersebut dilakukan.
2. Tahap pelaksanaan yaitu implementasi atau penerapan isi rancangan di dalam kancah, yaitu mengenakan tindakan di kelas.
3. Tahap pengamatan yaitu pelaksanaan pengamatan oleh pengamat.
4. Tahap refleksi yaitu kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah terjadi.
Keempat tahap dalam penelitian tindakan tersebut adalah unsur untuk membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun yang kembali
3Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta : Rineka Cipta, edisi revisi 2010), h. 137
(38)
kegiatan semula. Satu siklus adalah dari tahap penyusunan rancangan sampai dengan refleksi. Jadi bentuk penelitian tindakan tidak pernah merupakan kegiatan tunggal, tetapi selalu berupa rangkaian kegiatan yang akan kembali ke asal, yaitu dalam bentuk siklus.
C. Subjek/Partisipan yang Terlibat dalam Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VI MI. Ruhul Ulum sebanyak 23 orang siswa semester ganjil tahun ajaran 2014/2015.
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian
Penerapan penelitian tindakan di dalam dunia pendidikan terutama di kelas, memposisikan guru sebagai peneliti yang berkolaborasi dan melaksanakan penelitian bersama rekan-rekannya.5 Dalam Penelitian ini, peneliti berkolaborasi dengan teman sejawat di MI Ruhul Ulum dan bertindak sebagai pengajar (guru). Selain sebagai pengajar (guru), peneliti juga bertindak pelaksana penelitian. Teman sejawat berperan sebagai observer selama proses pembelajaran berlangsung.
E. Tahapan Intervensi Tindakan
Tahap intervensi tidankan yang akan dilakukan peneliti dalam penelitian adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1 Tahapan Intervensi Tindakan
Tahapan Keterangan
Penelitian Pendahuluaan
Terdapat masalah yang teridentifikasi, antara lain sebagai berikut: Observasi kegiatan
pembelajaran
Metode pembelajaran yang diterapakan guru terbatas pada ceramah dan textbook oriented
5E. Mulyasa, Praktik Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2012), h.5
(39)
Wawancara dengan guru IPA kelas VI
Hasil belajar IPA siswa kelas VI pada materi membandingkan sifat kemampuan menghantar panas dari berbagai benda, masih belum mencapai KKM yang ditetapkan yaitu 65.
Wawancara dengan siswa
Dalam pembelajaran IPA materi membandingkan sifat kemampuan menghantar panas dari berbagai benda, siswa hanya melakukan kegiatan mencatat, mendengar, menghafal dan tidak dilibatkan dalam melakukan percobaan sehingga dalam proses pembelajaran siswa menjadi pasif dan mengalami kebosanan.
Diagnosa Metode eksperimen dapat diterapkan untuk
meningkatkan hasil belajar IPA siswa pada materi membandingkan sifat kemampuan menghantar panas dari berbagai benda.
Pelaksanaan Penelitian Siklus I
Tahap Perencanaan 1. Menyusun perangkat pembelajaran yang akan diterapkan dalam pembelajaran pada materi membandingkan sifat kemampuan menghantar panas dari berbagai benda dengan metode eksperimen
2.Membuat lembar kerja siswa
3.Membuat lembar observasi guru dan siswa dalam proses pembelajaran
4.Membuat instrument tes 5.Melakukan uji coba instrumen
6.Melakukan uji validitas, reliabilitas menggunakan Software Anates
7.Menyiapkan sumber belajar
(40)
perangkat pembelajaran yang akan diterapkan dalam pembelajaran pada materi membandingkan sifat kemampuan menghantar panas dari berbagai benda dengan metode eksperimen
Pengamatan Melaksanakan pretest, melaksanakan postest dan penilaian LKS
Refleksi Mengolah data, refleksi untuk siklus II
Siklus II
Penulisan Laporan Penelitian
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan
Melalui PTK guru senantiasa memperbaiki praktik pembelajaran di kelas berdasarkan pengalaman-pengalaman langsung yang nyata dipandu dengan perluasan ilmu pengetahuan dan penguasaan teoritik praktis pembelajaran.6 Dengan langkah-langkah berupa siklus yang diambil dalam penelitian ini,harapan intervensi tindakan adalah peningkatan hasil balajar IPA siswa melalui penerapan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA pada materi Membandingkan Sifat Kemampuan Menghantar Panas dari Berbagai Benda yaitu kelas mencapai ketuntasan belajar 90% dengan nilai KKM setiap siswa 65.
G. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini data yang diperoleh berupa hasil belajar yang diperoleh dari pretest dan posttest dengan menggunakan soal pilihan ganda, Sedangkan data untuk menilai proses pelaksanaan kegiatan pembelajaran diperoleh melalui lembar observasi. Observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan
6Sarwiji Suwandi, Penelitian Tindakan Kelas(PTK) dan Penulisan Karya Ilmiah, (Surakarta : Yuma Pustaka, 2010), h.15
(41)
yang dapat diamati, baik dalam situasi sebenarnya maupun dalam situasi buatan.7 Dalam penelitian ini data observasi aktivitas siswa digunakan untuk menganalisis keterlaksanaan metode eksperimen yang diterapkan, sedangkan data obvservasi aktivitas guru untuk melihat cara mengajar guru ketika proses pembalajaran dengan menerapkan metode eksperimen.
H. Data dan Sumber Data
Jenis data antara lain data kualitatif dan data kuantitatif. Berikut penjelasannya.
1. Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang diujudkan dalam kata keadaan atau kata sifat. Data kualitatif ini data berhubungan dengan kategorisasi, karakteristik berwujud pertanyaan atau berupa kata-kata.8
2. Data Kuantitatif
Data kuantitatif yaitu data yang berwujud angka-angka9. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah hasil belajar yang diperoleh dari pretest dan posttes serta pedoman observasi guru dan siswa selama proses pembelajaran. Penilaian terhadap aspek atau dimensi setiap komponen belajar mengajar memerlukan sumber informasi atau sumber data dari berbagai pihak, terutama dari yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar.10 Sumber data pada penelitian ini adalah siswa kelas VI MI Ruhul Ulum dan peneliti.
I. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
7Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1992), h.84
8
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Satu Pendekatan Praktik , (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), cet.14,h. 20
9
Ibid, h. 27
10
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar , (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992),h. 63
(42)
1. Tes Hasil Belajar
Untuk mengevaluasi hasil belajar digunakan tes tertulis yang berbentuk pilihan berganda yang berjumlah 20 soal, dengan karakteristik soal hasil belajar. Tes hasil belajar ini dilaksanakan sebelum dan setelah pembelajaran pada setiap siklus. Kisi-kisi istrumen yang digunakan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Hasil Belajar IPA Siklus I
Kompetensi Dasar Indikator Pembelajaran Aspek Hasil Belajar dan Nomor Soal ∑
Soal Siklus
C1 C2 C3
Membandingkan sifat kemampuan menghantarkan panas dari berbagai benda Menjelaskan bahwa panas dapat dihantarkan 3*, 6, 28* 2, 26, 20*
17 7
Siklus I Menjelaskan perpindahan panas secara konveksi, radiasi, konduksi 10, 23 14, 12*, 8, 24, 9
16 8
Menjelaskan pengertian konduktor dan isolator panas 4*, 30, 1 7, 11, 5, 27* 7 Menyebutkan contoh konduktor dan isolator panas
18, 25, 21*, 29 22*, 19 15,
13* 8,
Jumlah Soal 12 14 4 30
(43)
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Hasil Belajar IPA Siklus II Kompetensi Dasar Indikator Pembelajaran Aspek Hasil Belajar dan Nomor Soal ∑
Soal Siklus
C1 C2 C3
Membandingkan sifat kemampuan menghantarkan panas dari berbagai benda Mengidentifikasi benda-benda yang termasuk konduktor panas 29, 11, 1*, 3 7, 21* 22*, 25 8
Siklus II Mengidentifikasi benda-benda yang termasuk isolator panas 10, 12*, 2, 26, 9,
4* 8 7
Mengidentifikasi peralatan rumah tangga yang menggunakan bahan konduktor 14*, 15, 17*, 18 28, 20 23, 24 8
Mengidentifikasi peralatan rumah tangga yang menggunakan bahan isolator 13*, 16, 6, 5, 30
19 27 7
Jumlah Soal 17 7 6 30
(44)
2. Pedoman Observasi
Observasi digunakan untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan terkait. Observasi perlu direncanakan dan juga didasarkan dengan keterbukaan pandangan dan pikiran serta bersifat responsif.11 Pedoman observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman observasi untuk melihat siswa ketika proses pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen berlangsung dan pedoman observasi kegiatan guru ketika dalam menerapkan metode eksperimen.
3. Wawancara
Menurut Hopkins dalam Wiriaatmadja wawancara adalah suatu cara untuk mengetahui situasi di dalam kelas dilihat dari sudut pandang yang lain.12 Wawancara dilakukan kepada siswa sebelum dilaksanakannya penelitian untuk mengetahui permasalahan awal yang terjadi di MI Ruhul Ulum Jatinegara yaitu rendahnya hasil belajar siswa pada materi membandingkan sifat kemampuan menghantar panas dari berbagai benda karena siswa hanya melakukan kegiatan duduk, diam, mendengar, mencatat dan menghafal.
J. Kalibrasi Instrumen
Terdapat dua instrumen dalam penelitian ini yaitu instrumen tes yang berupa hasil belajar dan nontes berupa pedoman observasi. Sebelum instrumen tes digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji coba kepada responden, yakni orang-orang diluar sampel yang telah ditetapkan. Tes uji coba tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah instrumen tersebut memenuhi persyaratan kelayakan instrumen, sedangkan pada instrumen nontes terlebih dahulu didiskusikan kepada teman sejawat yang akan menjadi observer agar setiap segi yang diamati dapat dipahami dan mengetahui bagaimana cara mengisinya.
11Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada), h. 73
12Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 117
(45)
1. Instrumen Tes
Analisis soal antara lain bertujuan untuk mengadakan identifikasi soal-soal yang baik, kurang baik dan soal yang jelek. Dengan analisis soal dapat diperoleh informasi tentang kejelekan soal dan petunjuk untuk mengadakan perbaikan.13 Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif berupa pilihan ganda. Pengujian instrumen tes ini harus memenuhi empat kriteria, yaitu validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda. Untuk mengetahui pemenuhan keempat kriteria tersebut, maka instrumen yang digunakan dalam penelitian ini harus melalui pengujian. Berikut ini adalah pengujian yang perlu dilakukan berkaitan dengan kriteria yang harus dipenuhi dalam instrumen penelitian.
a. Uji Validitas
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.14 Dalam penelitian ini digunakan validitas isi (content validity) yaitu suatu tes mempermasalahkan seberapa jauh suatu tes mengukur tingkat pengusaaan terhadap isi suatu materi tertentu yang seharusnya dikuasai sesuai dengan tujuan pengajaran.15
Jika skor butir dikotomi (0,1) maka untuk menghitung koefisien korelasi antara skor butir dan skor total instrumen digunakan koefisien korelasi Point Biserial (rpbi) yang menggunakan rumus : 16
rpbi
q pi S
X Xi
t t
13Daryanto, evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2010), h. 179.
14Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung : CV. Alfabeta, 2012), h. 121
15Ali Hamzah, Evaaluasi Pembelajaran Matematika, (Jakarta : PT. Raja GrafindoPersada, 2014), h. 216
(46)
Keterangan :
rpbi = angka indeks korelasi point biserial
Xi = mean (nilai rata-rata hitung) yang dijawab dengan benar
Xt = mean dari skor total St = standar deviasi total
Pi = proporsi siswa yang menjawab benar terhadap butir item
q = proporsi siswa yang menjawab benar terhadap butir item
Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, maka rpbi dibandingkan dengan rtabel product moment dengan α = 0,05 dengan rtabel sebesar 0,304. Jika rpbi
≥ rtabel maka soal tersebut tidak valid. Perhitungan validitas soal dalam penelitian
ini menggunakan bantuan software Anates versi 4.0. hasil uji coba validitas instrument tes dapat dilihat apda tabel berikut ini :
Intrumen tes hasil belajar yang disusun pada awalnya berjumlah 30 soal, namun setelah melalui proses persyaratan kelayakan jumlah soal valid pada siklus I yaitu 21 soal.
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen Siklus I Statistik
Jumlah Soal 30
Jumlah Siswa 37
Nomor Soal Valid 1, 2, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 23, 24, 25, 26, 29, 30
Jumlah Soal Valid 21
Jumlah Soal yang digunakan 20
Peneliti menggunakan 20 soal valid untuk diujikan pada siklus I ini, satu soal tidak digunakan karena sudah terdapat beberapa soal yang valid pada indikator pembelajaran tersebut.
(47)
Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Siklus II Statistik
Jumlah Soal 30
Jumlah Siswa 37
Nomor Soal Valid 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 15, 16, 18, 19, 20, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30
Jumlah Soal Valid 22
Jumlah Soal yang digunakan 20
Intrumen tes hasil belajar yang disusun pada siklus II berjumlah 30 soal, namun setelah melalui proses persyaratan kelayakan jumlah soal valid pada siklus II yaitu 22 soal. Peneliti menggunakan 20 soal valid untuk diujikan pada siklus II ini, satu soal tidak digunakan karena sudah terdapat soal yang valid pada indikator pembelajaran tersebut .
b. Uji Reliabilitas Soal Tes
Reliabilitas berasal dari kata reliability berarti sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Suatu hasil pengukuran hanya dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok yang sama diperoleh hasil pengukuran yang relatif sama selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah.17 Mencari koefisien reliabilitas dapat menggunakan rumus K-R. 20 :18
r11
2 2
1 S pq S n n Keterangan :
r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan
p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1 - p) ∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q
17Ibid., h.230 18Ibid., h.238
(48)
n = banyaknya item S2 = varians
Selanjutnya pengujian reliabilitas diklasifikasikan sesuai kriteria pada tabel 3.4 berikut ini :
Tabel 3.6 Kriteria Reliabilitas
Kriteria Keterangan
0,91 – 1,00 Sangat Tinggi
0,71 – 0,90 Tinggi
0,41 – 0,70 Sedang
0,21 – 0,40 Rendah
0,00 – 0,20 Kurang
Perhitungan uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan software Anates versi 4.0. Hasil uji reliabilitas instrumen tes dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Siklus I Statistik
rhitung 0,81
Kesimpulan Tingkat reliabilitas tinggi
Tabel 3.8 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Siklus II Statistik
rhitung 0,80
Kesimpulan Tingkat reliabilitas tinggi
c. Uji Taraf Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa
(49)
menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya.19. Rumus mencari P sebagai berikut :20
JS B p Dimana :
P = Tingkat kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab benar JS = Jumlah seluruh siswa
Tolak Ukur untuk menginterprestasikan taraf kesukaran tiap butir soal digunakan kriteria sebagai berikut :21
a). P = 0,00, soal sangat sukar. b). P = 0,00 ˂P ≤ 0,30, soal sukar. c). P = 0,30 ˂ P ≤ 0,70, soal sedang. d). P = 0,70 , ˂ P ≤ 1,00, soal mudah. e). P = 1,00, soal sangat mudah.
Perhitungan pengajuan taraf kesukaran dalam penelitian ini menggunakan bantuan Software Anates versi 4.0. hasil perhitungan tingkat kesukaran instrumen tes dapat dilihat pada tael di bawah ini :
Tabel 3.9 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Siklus I
Kategori Soal Jumlah Soal Presentase
Sangat sukar 2 6,7%
Sukar 3 10%
Sedang 14 46,7
Mudah 4 13,3
Sangat mudah 7 23,3
Jumlah 30 100%
19Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2010), h. 179
20Ibid., hal. 180
21 Ali Hamzah, Evaluasi Pembelajaran Matematika, (Jakarta : PT. Raja GrafindoPersada, 2014), h. 246
(50)
Tabel 3.10 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Siklus II
Kategori Soal Jumlah Soal Presentase
Sangat sukar - -
Sukar 4 13,3%
Sedang 13 43,3%
Mudah 7 23,3%
Sangat mudah 6 20%
Jumlah 30 100%
c. Daya Pembeda
Daya beda butir soal yaitu butir soal tersebut dapat membedakan kemampuan individu peserta didik. Karena butir soal yang didukung oleh potensi daya beda yang baik akan mampu membedakan peserta didik yang memiliki kemampuan rendah atau kurang pandai. Rumus yang digunakan untuk mengetahui daya pembeda setiap butir tes adalah :22
D = Ba Bb Ja Jb Dimana :
D = Daya Pembeda
Ba = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar Bb= Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar Ja = Banyaknya peserta kelompok atas
Jb = Banyaknya peserta kelompok bawah
Klasifikasi interprestasi daya pembeda :23 D = ≤ 0,00 : Sangat Jelek
D = 0,00 ˂Dp ≤ 0,20 : Jelek D = 0,20 ˂Dp ≤ 0,40 : Cukup D = 0,20 ˂ Dp ≤ 0,70 : Baik D = 0,70 ˂Dp ≤ 1,00 : Sangat Baik
22Ibid., hal. 241
(51)
Pengujian daya pembeda dalam penelitian ini menggunakan bantuan Software Anates versi 4.0. Hasil perhitungan daya pembeda dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 3.11 Hasil Uji Daya Pembeda Siklus I
Kategori Soal Jumlah Soal Presentase
Baik sekali 8 26,7%
Baik 10 33,3%
Cukup 5 16,7%
Jelek 7 23,3%
Jumlah 30 100%
Tabel 3.12 Hasil Uji Daya Pembeda Siklus II
Kategori Soal Jumlah Soal Presentase
Baik sekali 11 36,7%
Baik 14 46,7%
Cukup 4 13,3%
Jelek 1 3,3%
Jumlah 30 100%
2. Instrumen Nontes
Pada umumnya data nontes bertujuan untuk mendeskripsikan hasil pengukuran sehingga dapat kecenderungan jawaban responden melalui alat ukut tersebut.24 Penelitian ini menggunakan instrumen nontes berupa pedoman obsevasi. Pengamatan atau Obsevasi adalah teknik penilaian yang dilakukan oleh pendidik dengan menggunakan indra secara langsung. Pengamatan atau observasi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk melihat sejauh mana pelaksanaan suatu tindakan telah dilaksanakan dan untuk mengevaluasi ketepatan tindakan yang dilakukan.25
24Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar , (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), h. 128
(52)
K. Teknik Pengolahan Data
Pada penelitian ini terdapat dua teknik pengolahan data yang digunakan yaitu teknik pengolahan data tes dan teknik pengolahan data nontes. Data yang dihasilkan dari pedoman observasi diolah secara deskriptif untuk mengukur kualitas pembelajaran selama diberi perlakuan berupa penerapan metode eksperimen, sedangkan pada hasil evaluasi berupa soal tes dihitung dengan menggunakan perhitungan sederhana.
1. Teknik Pengolahan Data Tes
Peneliti melakukan penjumlahan yang diperoleh siswa, kemudian dibagi dengan jumlah siswa yang ada dikelas tersebut sehingga dapat diperoleh nilai rata-rata tes.
X =
∑X
∑n Dimana :
X = Nilai rata-rata
∑X = Jumlah seluruh nilai siswa ∑n = Jumlah siswa
2. Teknik Pengolahan Data Nontes
Pengolahan data nontes pada penelitian ini diolah secara kualitatif. Data nontes ini diperoleh dari pedoman oservasi berupa indikator-indikator kegiatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Setelah dianalisis selanjutnya data tersebut dideskripsikan dalam paparan data secara naratif.
Skor rata-rata dari data yang dihasilkan akan dibagi menjadi empat kategori skla ordinal, yaitu baik sekali, baik, cukup, dan kurang seperti klasifikasi pada tabel 3.11 berikut :
(53)
Tabel 3.13 Klasifikasi Kegiatan Guru Dan Siswa
Skor Kategori
5 Sangat Baik
4 Baik
3 Cukup/Sedang
2 Kurang
1 Sangat Kurang
Untuk menghitung persentase kemampuan hasil belajar Sains (KPS) siswa dalam pedoman observasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus :26
x100% SM
R NP
Hasil dari perhitungan persentase di atas dapat dikategorikan sesuai tingakat penguasaanya, dan kategorinya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.14 Kriteria Nilai Persentase Instrumen Nontes27
Rentang Kategori
80 - 100% Sangat Baik
70 - 79% Baik
60 - 69% Cukup/Sedang
50 - 59% Kurang
0 - 40% Kurang Sekali
L. Indikator Keberhasilan
Penelitian ini dikatakan berhasil atau siswa dinyatakan mengalami peningkatan kemampuan hasil belajar IPA apabila mencapai indikator sebagai berikut :
Siswa mencapai ketuntasan minimal : 65 Kelas mencapai ketuntasan belajar : 90%
Indikator keberhasilan ini merupakan ketentuan yang sudah ada di MI Ruhul Ulum Jatinegara Jakarta Timur sebagai acuan keberhasilan proses pembelajaran.
26Yanti Herlanti, Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains, (Jakarta : Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN Haidayatullah Jakarta), h. 32.
27Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : PT. Remaja Rosdakarya, 2007), oct. 13. H. 153.
(54)
41
1. Tindakan Pembelajaran Siklus I a. Tahap Perencanaan
Pembelajaran pada siklus I ini terdiri atas dua pertemuan yang berdurasi 4 x 35 menit dalam satu minggu. Materi yang akan diajarkan pada siklus satu pertemuan pertama adalah menjelaskan bahwa panas dapat dihantarkan dan menjelaskan perpindahan panas secara konveksi, radiasi, konduksi. Pada pertemuan kedua materi yang diajarkan adalah menjelaskan pengertian konduktor dan isolator panas dan menyebutkan contoh konduktor dan isolator panas. Sebelum siklus I dilaksanakan peneliti melakukan beberapa persiapan yaitu : 1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang menggambarkan
penerapan metode eksperimen
2) Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) 3) Menyiapakan alat peraga
4) Menyiapakan lembar observasi guru dan lembar observasi siswa untuk setiap pertemuan
5) Menyiapkan instrumen penilaian
b. Tahap Pelaksanaan 1. Pertemuan Pertama
Tahap pelaksanaan untuk pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 25 November 2014 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Kegiatan pembelajaran dilakukan pada pukul 09.10 – 10.20 dengan jumlah siswa 23 orang. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar, sedangkan yang bertindak sebagai pengamat atau observer adalah rekan peneliti. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (obsevasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Materi yang disampaikan pada pertemuan pertama ini adalah
(55)
menjelaskan bahwa panas dapat dihantarkan dan menjelaskan perpindahan panas secara konveksi, radiasi, konduksi.
Guru dan siswa memulai pembelajaran dengan berdo’a, kemudian guru mengabsen siswa. Pada tahap apersepsi guru mengkondisikan siswa untuk siap mengikuti kegiatan pembelajaran. Guru membangun pengetahuan siswa dengan bertanya tentang pengalaman siswa dalam merasakan panas dari sinar matahari. Pada kegiatan eksplorasi guru membagi siswa menjadi 5 kelompok, kemudian membimbing siswa untuk mempersiapkan alat-alat yang telah dibawa untuk melakukan eksperimen perpindahan panas secara konveksi, radiasi, konduksi serta memperhatikan penjelasan guru tentang tahapan-tahapan eksperimen yang harus dilakukan. Guru membantu menuangkan air panas ke tempat yang telah disediakan sebagai bahan untuk siswa melakukan eksperimen dan mengawasi siswa langkah-langkah yang sedikit berbahaya.
Guru meminta masing-masing kelompok untuk mendiskusikan dan menuliskan hasil eksperimen pada lembar kerja yang telah diberikan. Selanjutnya setiap perwakilan kelompok menyampaikan kesimpulan hasil eksperimen yang telah didiskusikan. Kegiatan diakhiri dengan bersama-sama siswa menyimpulkan meteri pembelajaran dan pemberian penguatan tentang materi yang telah dipelajari.
Gambar 4. 1 Siswa saat melakukan eksperimen perpindahan panas secara radiasi
(1)
6. Rudi memasukan sebagian gagang sendok ke dalam air panas. Ternyata, gagang yang tidak tercelup ikut panas.
Peristiwa ini menunjukan perpindahan panas secara …
a. radiasi b. konduksi
c. konveksi d. adaptasi
7. Es batu yang mencair dalam air panas merupakan peristiwa perpindahan
panas secara …
a. konduksi b. konveksi c. radiasi d. konduktor 8. Perpindahan panas yang tidak memerlukan zat perantara disebut …
a. radiasi b. konduktor c. konduksi d. konveksi
9. Benda disebut konduktor panas jika . . .
a. terbuat dari logam b. dapat menyekat panas c. panas bila terbakar d. dapat menghantarkan panas
10.Panas matahari dapat sampai di bumi padahal melalui ruang hampa. Peristiwa ini disebut …
a. konduksi b. konveksi c. radiasi d. presipitasi 11.Bahan berikut ini yang termasuk isolator diantaranya ....
a. besi dan tembaga b. tembaga dan batu
(2)
12.Pada liburan kenaikan kelas yang lalu, ayah mengajak Dodi berkemah. Ayah mengajari Dodi membuat api unggun dengan ranting-ranting kayu. Dengan api unggun tersebut mereka kemudian juga merebus air dan membakar ubi.
Contoh perpindahan panas secara radiasi ditunjukkan oleh ….
a. rasa hangat di sekeliling api unggun b. perebusan air menggunakan api unggun c. membakar ubi pada api unggun d. penyalaan api unggun
13.Perhatikan tabel di bawah ini! No Peristiwa 1 Radiasi 2 Konveksi 3 adaptasi
4 konduksi
Cara perpindahan panas ditunjukkan oleh nomor…
a. 1, 2 dan 3 b. 1, 3 dan 4 c. 2, 3 dan 4 d. 1, 2 dan 4
14.Berikut ini benda yang merupakan benda penghantar panas terbaik yaitu ....
a. aluminium b. tembaga c. baja d. besi
15.Alat-alat yang bagian utamanya bukan konduktor panas adalah …
a. b.
setrika solder
c. d.
(3)
16.
Perpindahan panas seperti gambar di samping terjadi secara …
a. radiasi b. konduktor c. konduksi d. konveksi
17. Contoh perpindahan kalor secara radiasi terdapat pada peristiwa. …
a. b.
c. d.
18.Kemampuan suatu benda dalam menghantarkan panas tergantung dari.... a. jenis bahan
b. bentuk dan ruang benda c. warna benda
d. tempat benda tersebut
19.Bahan berikut ini yang termasuk konduktor adalah ....
a. tembaga b. batu c. kayu d. plastik 20. Benda yang tidak dapat menghantarkan panas dengan baik disebut …
a. isolator b. konduktor c. radiator d. konvektor
(4)
SOAL SIKLUS II
Nama : Tanggal/Hari :
Kelas : Pelajaran :
Berilah tanda silang (X) huruf a,b,c, atau d pada jawaban yang paling benar ! 1. Bahan yang mempunyai sifat isolator adalah ….
a. kawat b. kain c. tembaga d. alumunium
2. Alat yang menggunakan bahan konduktor adalah ….
a. piring b. ember c. setrika d. baskom
3. Pegangan panci terbuat dari ebonit karena … a. sifatnya tidak menghantarkan panas b. sifatnya menghantarkan panas c. sifatnya memindahkan panas d. sifatnya ringan dan penghantar panas
4. Umumnya gagang pada alat memasak terbuat dari kayu karena …. a. kayu tidak menyerap panas
b. kayu menyerap panas dengan baik
c. kayu dapat meningkatkan panas dari kompor d. kayu membuat alat masak menjadi bagus 5. Benda yang termasuk konduktor adalah …
a. kawat besi, sendok baja, gunting besi b. kain, kayu, udara
c. ruang hampa, kapas, kain d. semua jawaban benar
6. Kelompok isolator berikut ini yang benar adalah …
a. kayu, besi, tembaga b. seng, timbal, kertas c. gabus, kayu, kaca d. emas, tembaga, kayu 7. Benda berikut yang termasuk konduktor panas adalah . . .
(5)
8. Yang termasuk benda isolator panas adalah … a. Paku beton
b. Batang aluminium c. Sendok stainless steel d. Cangkir plastik
9. Bahan berikut yang baik untuk menghantarkan panas adalah . . .
a. plastik b. kayu c. logam d. kain
10. Benda berikut ini yang bukan konduktor panas adalah …
a. wajan b. panci
c. sendok aluminium d. gelas plastik
11.Benda berikut ini yang termasuk isolator panas adalah … a. pisau
b. kunci
c. penggaris plastik
d. gunting aluminium 12.Fungsi lapisan kaca pada termos ialah...
a. menyerap panas b. mengalirkan panas
c. menghasilkan panas d. memantulkan panas 13. Pegangan setrika terbuat dari plastik agar ….
a. terlihat indah b. mudah dipegang
c. tangan kita tidak kepanasan saat menyetrika d. bagian bawah setrika menjadi panas
14.Perhatikan gambar berikut.
Bagian yang berfungsi sebagai konduktor adalah nomor ....
(6)
15.
1. Penggaris besi 2. Pensil
3. Kain 4. Garpu
Benda-benda di atas yang bersifat konduktor adalah ....
a. 1 dan 2 b. 2 dan 3 c. 3 dan 4 d. 1 dan 4
16.Yang merupakan bagian isolator dari alat sendok sayur adalah .... a. Ebonit
b. Sayur c. Almunium d. Api kompor
17.Benda yang menggunakan bahan konduktor dan isolator sekaligus antara lain … a. setrika dan solder
b. sendok dan solder c. piring dan termos d. panci dan oven
18. Agar air dalam wadah cepat panas saat direbus, maka bahan yang dipilih adalah …
a. tanah liat b. alumunium c. kaca d. keramik
19.Benda konduktor yang dapat kita temui sehari-hari adalah …
a. kaca b. panci c. ember plastik d. selimut
20.Alat rumah tangga yang tidak membutuhkan konduktor adalah … a. baskom
b. panci c. penggorengan d. setrika