lain, menggunakan kekerasan dalam mendidik memukul, mencubit, menjewer, dan sebagainya, bahkan terjadinya eksploitasi anak. Pelaku tindak
kekerasan dan eksploitasi anak bukanlah oleh negara sebagaimana terjadi pada masa lalu, tetapi justru dilakukan oleh perorangan dan kelompok
masyarakat atau non state actor. Maka jadilah sebagaimana mudah ditemukan di surat kabar, televisi, atau internet, orangtua dengan mudah
menjual bayinya, keluarga dekat memperdagangkan saudara dekatnya, ayah dan ibu kandung memaksa anak-anaknya mengemis, bahkan melacurkannya.
Seolah-olah tidak ada lagi cinta dalam hubungan orangtua dengan anak, yang ada hanya hubungan kepentingan transaksional. Nilai anak rupanya telah
berubah, dari anak sebagai amanah Allah SWT., menjadi anak sebagai nilai ekonomi.
Padahal dalam
Al- Qur’an dijelaskan janganlah kamu
menghilangkan anakmu karena takut miskin. Sesungguhnya Allah lah Maha Pemberi Rizki. Sebagaimana firman-Nya dalam Q.S. Al-
An’am [6]: 151
“Katakanlah Muhammad: Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu: janganlah kamu
mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak
kamu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka; dan janganlah kamu mendekati perbuatan-
perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan
Allah [membunuhnya] melainkan dengan sesuatu [sebab] yang benar. Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu
supaya kamu memahami [nya]
” Q.S. Al-An’am [6]: 151
Kompleks memang permasalahan kekerasan terhadap anak. Namun penelitian ini tidak akan membahas permasalahan tersebut secara
keseluruhan, yang akan difokuskan adalah bagaimana cara orangtua mendidik anaknya di dalam keluarga dengan baik, sesuai dengan ajaran
agama Islam, lebih mendahulukan kasih sayang dibanding menggunakan kekerasan dalam penyampaiannya. Karena pada dasarnya kembali lagi,
prestasi generasi tua bangsa ini menjadi tidak berarti jika generasi berikutnya tidak terdidik atau salah didik sebagai generasi penerus. Anak-
anak terbentuk karakternya melalui tiga lingkaran pendidikan, seperti dikatakan di paragraf sebelumnya yaitu: keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Salah satu dari ketiga lingkungan pendidikan tadi adalah keluarga. Seperti telah disingung di atas, dewasa ini banyak orangtua yang tidak tahu
bagaimana menyalurkan rasa kasih sayang kepada anak secara baik dan benar atau mendekati tepat. Banyak orangtua mendidik anaknya dengan
kekerasan, meskipun orangtua melakukan itu didasarkan rasa kasih sayang yang amat teramat sangat kepada anaknya agar anaknya menjadi pribadi
yang baik dan dapat menjadi insan kamil serta sebaik-baiknya khalifah di bumi Allah SWT. Anak adalah amanah Allah yang harus dididik dengan
sebaik-baiknya didikan. Tentu akan sangat berbeda ketika dewasa, antara anak yang dididik dengan pola kasih sayang, dan dengan anak yang diasuh
melalui cara kekerasan dan sikap otoriter. Sebait puisi Dorothy Law Nolte tentang pendidikan anak yang
menggugah kesadaran dalam bukunya Children Learn What They Live, sebagaimana dikutip oleh Asadulloh Al-Faruq bertutur sebagai berikut :
Jika anak dibersarkan dengan celaan, ia belajar memaki Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan ketakutan, ia belajar gelisah Jika anak dibesarkan dengan rasa iba, ia belajar menyesali diri
Jika anak dibesarkan dengan olok-olok, ia belajar rendah diri Jika anak dibesarkan dengan iri hati, ia belajar kedengkian
Jika anak dibesarkan dengan dipermalukan, ia belajar merasa bersalah
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai Jika anak dibesarkan dengan penerimaan, ia belajar mencintai.
9
Berangkat dari hal tersebut, menarik sekiranya penulis membahas mengenai bagaimana
”Konsep Pendidikan Anak dalam Keluarga Mendidik Anak Tanpa Kekerasan”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang akan dimunculkan, diantaranya :
1. Sebagian orangtua masih menggunakan kata-kata kasar untuk menasehati
anak 2.
Orangtua kurang memberikan penghargaan terhadap keberhasilan yang anak capai untuk membesarkan hatinya
3. Masih terdapat kekeliruan orangtua dalam memberikan kasih sayang
kepada anak 4.
Perilaku membanding-bandingan kasih sayang dan prestasi anak dengan anak yang lain
5. Menggunakan kekerasan dalam mendidik seperti: memukul atau menyakiti
fisik 6.
Kurang memperhatikan kebutuhan anak di rumah 7.
Kurang memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya atau membuat anak takut bertanya, dan
8. Ada sebagian orangtua yang mengeksploitasi anak.
C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas, karena cukup luasnya mengenai masalah pendidikan anak dalam keluarga, maka penulis membatasi masalah
yang akan diteliti hanya pada masalah menggunakan kata-kata kasar untuk
9
Asadulloh Al-Faruq, Ibu Galak Kasihan Anak, Solo: Kiswah Media, 2011, Cet. I, h.14.
menasehati anak, kurangnya memberikan penghargaan terhadap keberhasilan yang anak capai untuk membesarkan hatinya, dan menggunakan kekerasan
dalam mendidik seperti: memukul atau menyakiti fisik seputar bagaimana sebaiknya perlakuan atau pola asuh orangtua dalam mendidik anak dengan
mengedepankan kasih sayang dibanding menggunakan kekerasan. Kekerasan yang dimaksud yaitu nasehat dengan kata-kata kasar disertai menyakiti fisik
seperti memukul, mencubit, menjewer, dan sebagainya. Anak di sini adalah
bayi yang masih di dalam kandungan hingga anak usia 17 tahun.
Buku-buku yang menjadi acuan pada skripsi ini diantaranya: 1.
Buku karangan Maria Ulfah anshor dan Abdullah Ghalib dengan judul Parenting with Love,
2. Buku karangan Asadulloh Al-Faruk dengan judul “Ibu Galak Kasihan
Anak, 3.
Buku karangan Wendi Zarman dengan judul “Ternyata Mendidik Anak Cara Rasulullah itu Mudah dan Lebih Efektif.,
4. Buku karangan Dr. Musthafa Abu Sa’ad dengan judul Istratijiyyah at-
Tarbiyyah al-Ijabiyyah Judul Terjemahan: Smart Parenting, 30 Strategi Mendidik Anak; Cerdas Emosional, Spiritual, Intelektual yang
diterjemahkan oleh Fatkhurozi dan Nashirul Haq.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukakan di atas, maka dalam penulisan skripsi ini, masalah yang diteliti dapat dirumuskan sebagai
berikut: ”Bagaimana cara mendidik anak dalam keluarga tanpa menggunakan
kekerasan? ”
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk: 1.
Memperoleh informasi tentang berbagai macam perilaku atau pola asuh orangtua dalam mendidik anak di lingkungan keluarga dengan
mengedepankan cinta dan kasih sayang, serta menghindari perilaku kekerasan dari berbagai pendapat para ahli dan media cetak
2. Mengetahui konsep pendidikan anak dalam keluarga tanpa melalui
kekerasan.
F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai berikut : 1.
Memberikan informasi kepada para orangtua dan calon orangtua tentang pentingnya mendidik anak dengan cinta dan kasih sayang serta
menghindari didikan dengan kekerasan 2.
Sebagai informasi kepada umumnya masyarakat, khususnya keluarga atau orangtua maupun calon orangtua tentang pandangan Islam dalam mendidik
anak di keluarga 3.
Memberikan sumbangan dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan dalam lingkungan keluarga.
4. Memberikan kesadaran kepada masyarakat pada umumnya dan orangtua
pada khususnya, bahwa mendidik anak dengan kekerasan akan berakibat buruk bagi perkembangan anak. Dengan demikian orangtua tidak akan
melakukan tindakan yang merugikan anak tersebut.
10
BAB II KAJIAN TEORETIK
A. Acuan Teori
1. Konsep Pendidikan Anak
a. Pendidikan
Pengertian pendidikan telah banyak dikemukakan oleh para pakar pendidikan, salah satunya sebagai berikut
“Pendidikan adalah pemindahan nilai-nilai, ilmu, dan keterampilan dari generasi tua kepada
generasi muda untuk melanjutkan dan memelihara identitas masyarakat tersebut.
”
8
Manusia berbeda dengan makhluk lainnya karena kondisi psikologisnya. Berkat kemampuan-kemampuan psikologis yang lebih
tinggi dan kompleks dibanding dengan binatang inilah yang menjadikan manusia menjadi lebih maju, lebih banyak memiliki kecakapan,
pengetahuan, dan keterampilan. “Kondisi atau kemampuan psikologis yang dimiliki manusia itu
merupakan karakteristik psikofisik seorang sebagai individu, yang dinyatakan dalam berbagai bentuk perilaku dan interaksi dengan
lingkungannya. Perilaku-perilaku tersebut merupakan manifestasi dan ciri-ciri kehidupannya, baik yang tampak maupun yang tidak
tampak, perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor
”.
9
D ilihat dari kacamata individu “Pendidikan adalah upaya
pengembangan potensi-potensi yang terpendam dan tersembunyi, yaitu
8
Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009, h. 163-164.
9
Abudin Nata, Ibid, h. 165.
untuk menggali, mengembangkan, dan memberdayakan kemampuan individual manusia agar ia dapat dinikmati oleh individu dan selanjutnya
oleh masyarakat. ”
10
Dengan kata lain “pendidikan adalah transfer budaya, sementara kebudayaan masyarakat mana pun mengandung unsur
akhlak atau etik, estetika, ilmu pengetahuan, dan teknologi ”
11
tujuan dari adanya pendidikan ini adalah pembentukan pola tingkah laku dan
karakter. Dalam pencapaian pembentukan karakter seseorang, hal-hal yang perlu dijadikan kebiasaan tingkah laku adalah sopan santun atau
etika, kebersihan dan kerapihan, kejujuran serta disiplin. Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha
manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di d
alam masyarakat dan kebudayaan. “Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang
diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. ”
12
Kenyataannya pengertian pendidikan ini selalu mengalami perkembangan, meskipun secara essensial tidak jauh berbeda. Untuk
lebih memperkaya pemahaman tentang pendidikan dikemukakan oleh para ahli pendidikan, antara lain sebagai berikut:
1 “Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang
”.
13
2 “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spirtual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
10
Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Al- Husna, 1987, Cet. I, h. 4.
11
Maria Ulfah Anshor dan Abdullah Ghalib, Op.Cit., h. 25.
12
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006, h. 1.
13
UU Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 1, Lihat Departemen Agama RI Himpunan Peraturan Perundang-undangan Sistem Pendidikan
Nasional, Dirjend. Binbaga Islam, Jakarta , 19911992, h. 3.