Buku yang keempat yaitu buku karangan Dr. Musthafa Abu Sa’ad

stereotype. Setelah anak mulai mengenal lingkungannya, berikan kebebasan kepada anak laki-laki dan perempuan untuk tumbuh dan mengekspresikan keingintahuannya. Dalam hal pendidikan, Islam tidak pernah menganjurkan orangtua untuk mengistimewakan atau mengutamakan anak laki-laki ataupun anak perempuannya. Fakta membuktikan apabila dalam sebuah keluarga anak perempuan dan laki-laki diberikan kesempatan yang sama tidak jarang kemampuan anak perempuan dapat mengungguli saudara lelakinya. 2 Menumbuhkan sikap kritis pada anak Biasakan kepada anak sejak dini untuk diajak mempertanyakan hal-hal yang dilihat, dialami, dirasakan, dan memberikan jawaban dengan logika berpikir yang sesuai dengan usia dan kondisi anak. Pendidikan kritis untuk anak dapat juga diartikan bahwa anak dapat menanyakan apa saja yang ingin diketahuinya tanpa merasa takut dan ragu, dan orangtua atau pengasuh harus mampu menjawab seluruh pertanyaan anak secara tepat dan benar. Jika kemudian pengetahuan yang ia ketahui berbeda dengan pengetahuan baru didapatnya, ia berhak mendapatkan klarifikasi serta dapat mengoreksi menurut pengetahuannya, dan sebaiknya orangtua tidak menyalahkan sikap kritis anak dalam segala sesuatu. 3 Tidak diskriminatif dan menghargai perbedaan Orangtua hendaknya tidak membeda-bedakan perlakuan terhadap anak laki-laki dan perempuan, baik di rumah, sekolah, maupun masyarakat. Baik dalam hal pendidikan, pemilihan minat, dan bakat, maupun dalam memberikan fasilitas kepada anak. Perbedaan perlakuan orangtua terhadap anak laki-laki dan perempuan pada masa anak-anak dapat berdampak langsung pada pembentukan karakter anak. Hal tersebut sering kali tidak disadari oleh orangtua. Apabila orangtua menerapkan pola hidup tidak pilih kasih terhadap anak- anaknya, dengan sendirinya akan tumbuh sikap egaliter diantara mereka satu sama lain saling menghargai dan menghormati. 4 Demokratis Sikap demokratis sangat penting dalam pengasuhan anak, agar anak merasa dihargai dan memiliki konsep diri yang matang. Berikan kesempatan kepada anak untuk mengemukakan pendapatnya, dan orangtua mendengarkan apa yang diungkapkan anak kemudian musyawarahkan bersama-sama. Tanamkan kepada anak bahwa berbeda pendapat tidak berarti salah, tetapi harus saling menghargai perbedaan maupun pendapat orang lain. Pengasuhan yang ramah terhadap anak. Pola asuh yang ramah bagi anak-anak perlu diciptakan oleh orangtua dan didukung dengan lingkungan yang juga ramah terhadap anak. Tidak ada satupun cara yang baku dan ideal untuk dapat mengasuh dan mendidik anak menjadi seperti yang dicita-citakan oleh orangtuanya. Karena masing- masing anak memiliki karakter yang berbeda dan begitu juga setiap orangtua yang memiliki anak secara pribadi mempunyai keunikan masing-masing dalam mengasuh anak-anaknya. Akan tetapi secara umum dapat diciptakan suasana yang kondusif, dengan cara: a Ciptakan suasana yang sarat akan nilai religi di dalam rumah tangga b Jika terjadi perselisihan anatara kedua orangtua suami-isteri hendaknya tidak diselesaikan dengan cara kekerasan, seperti: bertengkar atau saling memaki. Kewajiban orangtua ketika anak- anak berada di rumah adalah memberi contoh yang baik dan memberikan bimbingan sesuai norma agama dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. c Hindari mendidik anak dan mengasuh anak dengan kekerasan. Jika membiasakan mendidik dengan kekerasan, setelah dewasa mereka akan bersikap serupa, bahkan bukan mustahil berani melawan orangtuanya dengan kekerasan pula.