Pengertian Keluarga Konsep Pendidikan Keluarga

5 Fungsi sosialisasi, adalah berkaitan dengan mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik, maupun memegang norma- norma kehidupan secara universal baik inter relasi dalam keluarga itu sendiri maupun dalam menyikapi masyarakat yang pluralistik lintas suku, bangsa, ras, golongan, agama, budaya, bahasa, maupun jenis kelaminnya. Fungsi sosialisasi ini diharapkan anggota keluarga dapat memposisikan diri sesuai dengan status dan struktur keluarga, misalnya dalam konteks masyarakat Indonesia selalu memperhatikan bagaimana anggota keluarga satu memanggil dan menempatkan anggota keluarga lainnya agar posisi nasab tetap terjaga. 6 Fungsi rekreatif, bahwa keluarga merupakan tempat yang dapat memberikan kesejukan dan melepas lelah dari seluruh aktifitas masing-masing anggota keluarga. Fungsi rekreatif ini dapat mewujudkan suasana keluarga yang menyenangkan, saling menghargai, menghormati, dan menghibur masing-masing anggota keluarga sehingga tercipta hubungan harmonis, damai, kasih sayang, dan setiap anggota keluarga merasa “rumahku adalah surgaku”. 7 Fungsi ekonomis, yaitu keluarga merupakan kesatuan ekonomis dimana keluarga memiliki aktifitas mencari nafkah, pembinaan usaha, perencanaan anggaran, pengelolaan, dan bagaimana memanfaatkan sumber-sumber penghasilan dengan baik, mendistribusikan secara adil, dan proporsional serta dapat mempertanggungjawabkan kekayaan dan harta bendanya secara sosial maupun moral. Ditinjau dari ketujuh fungsi keluarga tersebut, maka jelaslah bahwa “keluarga memiliki fungsi vital dalam pembentukan individu. Oleh karena itu keseluruhan fungsi tersebut harus terus menerus dipelihara. Jika salah satu dari fungsi-fungsi tersebut tidak berjalan, maka akan terjadi ketidakharmonisan dalam sistem keteraturan dalam keluarga. ” 35 Terkait dengan pendidikan anak, keluarga sebagai kelompok inti dari masyarakat dan sebagai lingkungan yang alami bagi pertumbuhan dan kesejahteraan, khususnya bagi anak-anak. Melalui keluargalah anak-anak dapat belajar segala hal yang baik untuk bekal kehidupannya kelak.

b. Pendidikan Anak dalam Keluarga

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, keluarga sekurang- kurangnya terdiri atas ayah, ibu orangtua, dan anak. 1 Pengertian orangtua Orangtua dalam kamus bahasa Indonesia diartikan dengan: “1 ayah dan ibu kandung, 2 orang yang dianggap tua cerdik, pandai, ahli, dan sebagainya, 3 orang yang diseganidihormati dikampung. ” 36 Orangtua merupakan sebutan yang umum digunakan bagi bapak dan ibu oleh seorang anak. Sebutan bapak untuk orangtua yang berjenis kelamin laki-laki dan ibu adalah untuk sebutan orangtua yang berjenis kelamin perempuan. Orangtua adalah yang pertama kali bertanggunng jawab penuh untuk membesarkan anaknya hingga tumbuh menjadi besar dan dewasa, dengan memberikan kasih sayang yang tulus baik berupa moril maupun materil, karena adanya pertalian darah yang erat. Dengan harapan kelak anaknya tumbuh menjadi anak yang cerdas, berguna bagi keluarga, agama, bangsa, dan negara. Orangtua dalam hal ini yaitu ayah dan ibu memiliki kedudukan masing-masing. Dimana ayah sebagai kepala keluarga dan ibu sebagai ibu rumah tangga. Namun pada hakekatnya mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sama dalam memelihara, membina, mendidik, dan mematuhi kebutuhan anak-anaknya. 35 Mufidah Ch, Ibid., h. 42-47. Lihat juga Djudju Sudjana, dalam Jalaludin Rahmat, ed, Keluarga Muslim dalam Masyarakat Modern, Bandung: Remaja Rosyda Karya, 1990. 36 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1999, h. 709. “Islam menegaskan bahwa ayah adalah pemimpin keluarga. Tugas pemimpin keluarga adalah memberi dan mengatur ke mana arah biduk rumah tangga ini akan dituju. Dalam pendidikan anak, ayah menempati posisi yang cukup penting. Penelitian di dunia psikologi modern menunjukan bahwa ternyata pola pengasuhan ayah memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk kepercayaan diri dan kecerdasan anak di masa yang kan datang. Menutrut Erik H. Erikson, seorang tokoh psikologi perkembangan anak, pada masa awal kehidupannya, bayi memerlukan kepercayaan dasar basic trust. Kehangatan dan kasih sayang yang diperoleh bayi pada saat ini akan membentuk kepercayaan anak terhadap lingkungannya, apakah ia akan percaya ”atau tidak dengan orang- orang di sekitarnya.” 37 Peran dan kasih sayang orangtua tidak pernah mengenal batas sampai kapanpun, orangtua adalah pendidik yang pertama bagi anak dilingkungan keluarga. Pengorbanan seorang ibu tidak mungkin tergantikan dengan uang sebanyak apapun. Kesulitan semasa hamil, kesakitan melahirkan, serta kesabaran tatkala mengasuh, merawat, dan mendidik anak, semuanya dilakukan dengan penuh ketulusan tanpa mengharap suatu pamrih atau imbalan. Tidak ada keluh kesah dan penyesalan di hatinya. Seperti kata pepatah “Kasih Ibu sepanjang masa hanya memberi tak harap kembali ”. Dari pepatah tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kasih sayang Sang Ibu terhadap anak- anaknya dilakukan dengan tulus murni dan ikhlas tanpa mengharapkan imbalan apapun dari anaknya, walaupun pada saat melahirkan nyawa menjadi taruhannya. Ibu mer upakan “madrasah pertama” bagi anaknya, dan tak ayal lagi ibu menjadi sosok yang sangat dicintai dan dihormati. Dari ibu seorang anak belajar memupuk mimpi tentang masa depan dan berlatih menghadapi kerasnya kehidupan. Seorang ibu memiliki kedudukan yang mulia dan berpengaruh besar terhadap perkembangan anak. 37 Wendi Zarman, Ternyata Mendidik Anak Cara Rasulullah itu Mudah dan lebih Efektif, Bandung: Ruang Kata, 2011, Cet. I, h. 8-10. Begitu pula seorang ayah sebagai orangtua kandung laki-laki dan sekaligus sebagai kepala keluarga pasti juga menginginkan yang terbaik bagi anak-anaknya, karena ayah merupakan sosok manusia yang sangat diandalkan dalam keluarga. Dalam hal ini Ngalim Purwanto menyatakan, bahwa “peran ayah dalam pendidikan anaknya yang lebih dominan sebagai berikut ”: 38 a Sumber kekuasaan di dalam keluarga b Penghubung intern keluarga dengan masyarakat atau dunia luar c Pemberi perasaan aman bagi seluruh anggota keluarga d Pelindung terhadap ancaman dari luar e Hakim atau yang mengadili jika terjadi perselisihan f Pendidik dalam segi rasional. 2 Tugas dan tanggung jawab orangtua Orangtua adalah orang dewasa yang memikul tanggung jawab dalam pendidikan sehingga orangtua yang selalu memperhatikan terhadap pendidikan anaknya pasti ia akan menanamkan pendidikan yang mengarah pada intelegensi juga pendidikan agama moral. Adalah pendidikan akal yang harus diberikan orangtua terhadap anak yang tujuannya untuk meningkatkan kualitas pengetahuan dirinya. Setiap orangtua ingin memberi pelajaran dan pendidikan menurut moral yang dianutnya, agar keturunannya memperoleh kehidupan yang lebih baik. Karena moral itulah yang akan membentuk tingkah laku dalam kehidupannya serta dapat memperoleh kebahagiaan dalam kehidupan dunia dan akhirat. Orangtua amat besar dalam mendidik anak dengan pendidikan jasmani, intelektual, dan mental spiritual, baik melalui teladan yang baik atau pengajaran nasihat-nasihat, sehingga kelak ia dapat memetik tradisi-tradisi yanng benar dan pijakkan moral sempurna. 38 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teorits dan Praktis, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1991, h. 91-92. Orangtua bertanggung jawab atas kelangsungan hidup dan perkemangan anak, dengan dasar bahwa anak adalah titipan yang dipercayakan Allah SWT., untuk dipelihara dan harus dipertanggungjawabkan dihadapan Allah SWT. Jadi tugas dan tanggung jawab orangtua dalam mendidik dan memberikan dukungan motivasi, fasilitas, dan perilaku yang baik agar tertanam dalam diri seorang anak pendidikan yang mengarah kepada intelegensi dan pendidikan agama moral. Menjadi orangtua berarti siap menjadi seorang pendidik, dan siap dengan pengetahuan untuk mendidik. Mendidik berarti membimbing anak kearah kedewasaan, untuk itu diri orangtua sendiri harus telah dewasa, dan harus menyadari akan tanggungjawabnya sebagai pendidik bagi anaknya. 3 Sikap dan gaya orangtua dari perspektif psikologi Sangatlah penting bahwa orangtua atau pendidik menyadari ciri-ciri anak didik manakah yang perlu dipupuk untuk menumbuhkan pribadi- pribadi yang kreatif. Biasanya pendidik atau orangtua kurang menyadari dampak dari sikap mereka terhadap perkembangan kepribadian anak. Beberapa contoh sikap pendidik yang kurang menunjang kreatifitas anak adalah: a Sikap terlalu khawatir atau takut-takut, sehingga anak terlalu dibatasi dalam kegiatan. b Sikap terlalu mengawasi anak. c Sikap yang menekankan pada kebersihan dan keteraturan yang berlebihan. d Sikap menuntut kepatuhan mutlak dari anak tanpa memandang perlu mempertimbangkan alasan-alasan anak. e Sikap yang lebih tahu dan sikap yang lebih benar. f Sikap yang menganggap bahwa berkhayal itu tidak baik, tidak berguna karena membuang-buang waktu. g Sikap mengkritik prilaku dan pekerjaan anak. h Sikap yang jarang memberi pujian atau penghargaan terhadap usaha untuk karya anak. Adapun Santrock, “seorang psikolog pendidikan Universitas Texas mengemukakan ada empat gaya pengasuhan orangtua yang bisa berdampak positif dan negatif terhadap anak. ” 39 Gaya pengasuhan tersebut adalah: a Gaya otoriter Outoritative Parenting b Gaya berwibawa Authoritarian Parenting c Gaya acuh-tak acuh Neglectful Parenting, dan d Gaya pemanja Indulguent Parenting. Orangtua dengan gaya otoriter Outoritative Parenting akan mendesak anak-anaknya untuk mengikuti petunjuk-petunjuk dan menghormati mereka. Untuk itu, mereka tidak segan-segan menghukum anak secara fisik. Orangtua memberi batasan-batasan pada anak-anaknya secara keras mengontrol mereka dengan ketat. Anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga seperti ini mengalami banyak masalah psikologis yang dapat menghambat mereka untuk belajar. Di rumah mereka cenderung cemas dan merasa tidak aman. Di sekolah, mereka juga tidak bisa bersosialisasi dengan baik. Dengan demikian mengalami banyak kesulitan dalam bergaul dengan teman- temannya. Mereka memiliki keterampilan berkomunikasi yang sangat rendah sehingga menimbulkan banyak hambatan psikologis. Orangtua dengan gaya berwibawa Authoritarian Parenting akan mendorong anak-anaknya untuk hidup mandiri. Ketika dibutuhkan mereka memberi pengarahan dan dukungan. Bila anak- anaknya membuat kesalahan, orangtua mungkin menaruh tangan di pundak anaknya dan dengan menghibur berkata “kamu tahu, harusnya kamu tidak melakukan hal itu. Mari kita bicarakan bagaimana kamu 39 Monty P, Satia darma, dan Fidelis F. Waruwu, Mendidik Kecerdasan, Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2003, h. 123-125.