negatif meski karenanya ia diberi hukuman. Anak melakukan hal tersebut untuk menunjukkan pertentangan terhadap sikap
orangtuanya dan untuk menunjukkan tidak suka karena sikap
kasar orangtuanya terhadap dirinya.
2. Bahaya Mendidik Anak dengan Kekerasan
Kekerasan terhadap anak akan berdampak buruk secara fisik, mengakibatkan organ-organ tubuh anak mengalami kerusakan, seperti memar
dan luka-luka. Anak yang mengalami kekerasan fisik. Dampak terhadap psikologis anak adalah timbulnya trauma, rasa takut, rasa tidak aman, dan
dendam. Selain itu dapat menurunkan semangat belajar, daya konsentrasi, kreativitas, hilangnya inisiatif dan tahan mental, menurunkan rasa percaya
diri, inferior, stres, bahkan depresi.dalam lingkungan sosial, anak yang mengalami tindakan kekerasan tanpa penanggulangan bisa menarik diri dari
lingkungan pergaulan karena takut, merasa terancam, dan merasa tidak bahagia. Mereka akan pendiam dan sulit berkomunikasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak kekerasan secara fisik adalah semua kerusakan pada bagian fisik-biologis anak. Biasanya kekerasan
fisik seperti ini akan terlihat nyata oleh pancaindra. Adapun dampak psikis kekerasan terhadap anak adalah dapat mengakibatkan gangguan jiwa, seperti
rasa takut, minder, malu, over acting, dan lain sebagainya.
3. Konsep Pendidikan Anak tanpa Kekerasan
Menyadari kembali bahwa anak adalah amanah Allah SWT., yang harus dipertanggungjawabkan di akhir masa kehidupan setiap individu
orangtua. Prestasi generasi tua bangsa ini menjadi tidak berarti jika generasi berikutnya tidak terdidik atau salah didik sebagai generasi penerus. Anak-
anak terbentuk karakternya melalui tiga lingkaran pendidikan, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dalam persoalan ini keluarga merupakan
pendidikan yang palling utama dan yang pertama diterima anak. Masa depan anak sangat bergantung pada bagaimana orangtua merawat dan memelihara,
serta mendidik anak pada waktu mereka masih kecil, termasuk menanamkan budi pekerti yang luhur al-akhlak al-karimah.
Tidak ada satupun cara yang baku dan ideal untuk dapat mengasuh dan mendidik anak menjadi seperti yang dicita-citakan oleh orangtuanya,
karena masing-masing anak memiliki karakter yang berbeda. Begitu juga orangtua yang memiliki anak, secara pribadi mereka mempunyai keunikan
masing-masing dalam mengasuh anak-anaknya. Akan tetapi, pendidikan yang baik dan seharusnya diberikan kepada anak adalah pendidikan yang ramah,
mengutamakan kelemahlembutan, dan menghindari adanya kekerasan di dalam penyampaiannya. Tidak mudah memang menjalankan pendidikan yang
sempurna, tapi paling tidak mendekati sempurna insya Allah bisa. Kesuksesan mendidik anak mensyaratkan adanya sifat-sifat yang harus
dimiliki oleh orangtua yaitu sabar, penyayang, disiplin, dan tegas. Orangtua sebagai pendidik harus sabar menghadapi berbagai tingkah
laku anak dengan beragam karakter. Apapun kondisinya harus mampu bersikap penuh kasih sayang terhadap anak, bersikap tegas, dan disiplin
terhadap berbagai tindakan pelanggaran yang dapat membahayakan anak, agar anak kelak menjadi anak yang shaleh dan shalihah. Anak yang shaleh
dan shalihah akan menjadi amal jariyah bagi orangtuanya, meskipun orangtua tersebut telah meninggal dunia. pendidikan yang dianjurkan Islam adalah
pendidikan yang berdasarkan cinta dan kasih sayang. Sebagaimana hadis Rasulullah SAW.,
“Tidaklah kelemahlembutan itu ada pada sesuatu kecuali pasti akan memperindahnya, dan tidaklah dicabut dari sesuatu kecuali pasti
memperburuknya ” H.R. Muslim
Konsep mendidik anak tanpa kekerasan dapat dilakukan dengan cara: a.
Mencintai anak karena Allah SWT. b.
Samakan pandangan orangtua c.
Selalu mendoakan kebaikan kepada anak d.
Mendidik dengan keteladanan e.
Menasehati melalui perkataan
f. Jalin komunikasi yang baik antara orangtua dan anak
g. Tidak membedakan jenis kelamin
h. Pendidikan yang demokratis bukan otoriter
i. Hargai perilaku baik anak
j. Memberi hukuman yang tidak kasar dan tidak menyakitkan.
4. Prinsip memberi hukuman
a. Beritahu kesalahannya
Orangtua tidak boleh menerapkan hukuman bila anak tidak diberi peringatan dan pemahaman terlebih dahulu.
b. Hukuman bertahap
Hukuman yang diberikan hendaknya dilakukan secara bertahap, mulai dari yang ringan, hingga yang tegas. Meskipun demikian, sedapat
mungkin hukuman fisik harus dihindadri. c.
Tidak boleh keluar kata kasar Seringkali orangtua terlalu emosi dalam memarahi dan menghukum
anak, sehingga tanpa sadar keluar kata-kata kasar atau caci maki. Hal ini harus dihindari, karena akan melukai jiwa anak. Orang terkadang tidak
menyadari bahwa kata-kata yang menyakitkan terkadang lebih kuat pengaruhnya dibandingkan hukuman fisik.
d. Orangtua ikut andil dalam kesalahan anak
Kesalahan seorang anak hendaklah dijadikan evaluasi bagi orangtua, boleh jadi orangtua ikut andil dalam masalah ini.
e. Hukum atas dasar prilaku
Orangtua harus menunjukkan bahwa anak dihukum karena prilakunya, bukan karena orangtua membencinya. Oleh karena itu dalam
menghukum, orangtua harus fokus pada kesalahan anak, dan tidak mengungkit-ngungkit masalah lain.
f. Adil dalam menghukum
Dalam menerapkan hukuman, oran tua harus benar-benar bijaksana, tidak terlalu lunak atau terlalu keras.
g. Konsisten dalam menghukum
h. Hukuman bertujuan memperbaiki
Pendidikan Islam pada dasarnya bertujuan membentuk anak agar memiliki kepribadian Islami. Oleh karena itu, pemberian hukuman
haruslah bertujuan untuk memperbaiki anak agar memiliki kepribadian Islami.
b. Prinsip memberi penghargaan
a Penghargaan tidak harus berupa materi
Artinya, penghargaan sederhana pun kadang sudah sangat memadai, pujian misalnya. Selain itu jangan segan-segan untuk memberi
penghargaan berupa sentuhan fisik seperti ciuman, pelukan, atau usapan kepala. Dan jangan lupa bahwa doa merupakan penghargaan yang sangat
baik. b
Penghargaan karena proses, bukan hasil Anak harus dihargai atas usaha yang dilakukan, bukan Hanya dinilai dari
sisi keberhasilannya saja. Sesungguhnya, usaha anak lebih penting daripada hasil yang diperolehnya, dan inilah yang lebih patut dihargai.
c Penghargaan tidak harus mengikuti keinginan anak
Penghargaan itu tidak harus mengikuti keinginan Sang anak. Orangtua lebih tahu apa yang terbaik bagi anak, sehingga mempertimbangkan baik
buruknya penghargaan tersebut bagi anak perlu dicermati orangtua. d
Penghargaan harus sepantasnya dan tidak berlebihan Sebaiknya usaha yang sulit, dibalas dengan penghargaan yang lebih
tinggi, dibandingkan usaha yang lebih mudah. Selain itu, penghargaan itu merupakan sesuatu yang bermanfaat bagi perkembangan anak, bukan
sesuatu yang membuat anak menjadi lalai, dan bukan pula menyebabkan anak bermewah-mewahan.
e Penghargaan harus ditepati
Orangtua harus berhati-hati bila berjanji, jangan sampai ia menjanjikan suatu hadiah tetapi tidak dapat memenuhinya. Hal ini akan menimbulkan
pengaruh buruk bagi anak. Pertama, ia akan kecewa sehingga ia tidak
termotivasi lagi melakukan kebaikan. Kedua, anak akan belajar berdusta dari tingkah orangtuanya ini.
f Tidak terlalu mengandalkan hadiah untuk memotivasi anak
Hadiah hendaknya berfungsi sebagai penyempurna atau pelengkap motivasi saja, bukan menjadi alasan utama anak-anak untuk melakukan
kebaikan.
5. Bahaya Mendidik Anak dengan Kekerasan