berupa ungkapan verbal, sikap atau tindakan yang tidak menyenangkan yang menyebabkan seorang korbannya merasa
tertekan, ketakutan, merasa bersalah, depresi, trauma, kehilangan masa depan, bahkan ingin bunuh diri. Pada pasal 7 kekerasan psikis
sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 5 huruf b adalah “perbuatan
yang mengakibatkan ketakutan, kehilangan percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan penderitaan
psikis berat pada seseorang. ”
47
4 Kekerasan ekonomipenelantaran ekonomi, kekerasan ini pada
umumnya berbentuk tidak menjalankan tanggungjawabnya dalam memberikan nafkah dan hak-hak lainnya, terhadap istri, anak, atau
anggota keluarga lainnya dalam lingkup rumah tangga. Pasal 9 1 setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup rumah
tangganya, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan kehidupan,
perawatan, atau pemeliharaan kepada orang tersebut.
c. Faktor-faktor Penyebab Pendidikan dalam Keluarga dengan
Kekerasan
Ada beberapa faktor yang melatar belakangi mengapa orangtua lebih mengedepankan kekerasan dalam pendidikan di keluarga. Mengutip
tulisan Asadulloh Al- Faruq dalam bukunya “Ibu Galak Kasihan Anak”
diantaranya yaitu: 1
Latar belakang pendidikan dan pengalaman orangtua Ada kemungkinan kurangnya pengetahuan orangtua dalam
mendidik anak dan karena masa lalunya. Mungkin dulu orangtua mendidiknya dengan gaya yang otoriter dan selalu menuntut
anaknya untuk menjadi sebagaimana yang diinginkannya. Dari sikap tersebut, sadar atau tidak sadar, suka atau tidak, sikap karakter
orangtua tersebut menurun kepada anaknya. 2
Buah kasih sayang yang berlebihan
47
UU RI Penghapusan Kekerasan dalam rumah Tangga Nomor 23 tahun 2004
Kasih sayang merupakan pola hubungan yang unik antara dua orang atau lebih. Kasih sayang yang berlebihan dari para orangtua kepada
anak merupakan hal yang dapat berdampak negatif bagi anak. Anak yang dibesarkan dalam asuhan kasih sayang yang berlebihan dapat
menjadi anak yang rentan masalah, kehilangan kepercayaan diri, tidak berani mengambil resiko, tidak mau melakukan pekerjaan-
pekerjaan yang penting dan selalu mengharapkan uluran tangan orang lain.
3 Menganggap pendidikan gaya keras lebih efektif
Setiap orangtua memiliki gaya yang berbeda-beda ketika berkomunikasi dan berinteraksi dengan anaknya. Model pendidikan
yang belainan dan dipengaruhi oleh latar belakang serta lingkungan masing-masing. Salah satu yang menjadi pilihan bagi orangtua
adalah pendidikan dengan gaya keras dan otoriter, cenderung memaksa serta mudah memberikan hukuman. Pendidikan semacam
ini pada akhirnya akan melahirkan orangtua yang berkarakter keras, meskipun ada kelebihan dan kekurangan di dalamnya.
4 Adanya tuntutan berlebihan pada anak atau harapan espektasi yang
berlebih pada anak Faktor berikutnya yang dapat menjadikan orangtua memiliki
karakter keras dalam mendidik adalah harapan espektasi yang berlebihan kepada anak. Orangtua sering kali tidak menyadari
manakala melampiaskan obsesi terpendamnya kepada anak, atau keinginan orangtua untuk menjadikan anaknya seperti yang ia
kehendaki tanpa memperdulikan kemauan dan keinginan anak merupakan pemicu paling umum terjadinya stres pada anak.
5 Suka membanding-bandingkan dengan orang lain
Tipe pendidikan gaya keras atau otoriter orangtua disebabkan keirian orangtua kepada orang lain. Orangtua berharap anaknya bisa seperti
orang lain yang sukses. Orangtua yang demikian sering membanding-bandingkan anaknya dengan orang lain. Kemudian