orangtua melanjutkannya dengan memberikan tuntutan agar si anak bisa seperti orang yang dibandingkannya.
6 Pelampiasan dari beban hidupnya
Orangtua adalah manusia biasa yang menjalani hidupnya dengan berbagai macam skenario yang tak luput dari sekian banyak masalah.
Serentetan keadaan yang berbeda-beda setiap harinya harus dihadapi. Terkadang permasalahan itu datang dalam jumlah yang
banyak secara bersamaan dan tiba-tiba. Di saat kondisi seperti itu, emosi menjadi labil dan sering tidak terkontrol. Hal yang sepele
dijadikan sebagai faktor pemicu baginya untuk marah-marah kepada orang lain yang ada di sekitarnya, termasuk anak.
Dari beberapa faktor diatas penulis menyimpulkan bahwa yang menjadi
penyebab orangtua
mengedepankan kekerasan
dalam penyampaian pendidikan kepada anak dibagi menjadi lima garis besar,
yaitu latar belakang pendidikan dan pengalaman orangtua, aplikasi dari rasa kasih sayang yang berlebihan, adanya espektasi atau harapan yang
berlebihan kepada anak, dan pelampiasan dari beban hidup. Belajar dari itu semua hendaknya khususnya penulis sendiri, umumnya orangtua,
calon orangtua, pendidik, atau calon pendidik yang mengemban kewajiban mendidik anak hendaknya mencoba menata masa depannya
untuk memulai perubahan ke arah yang positif.
B. Pandangan Islam Terhadap Kekerasan dalam Keluarga
Islam merupakan agama rahmatan lil alamin yang ramah pada siapapun, melindungi, menyelamatkan, dan memberikan penghargaan pada
semua manusia tanpa kecuali, dari beragam suku, warna kulit, perbedaan kelas sosial ekonomi, hingga laki-laki dan prempuan. Kekerasan dalam
rumah tangga yang tidak mengindahkan nilai-nilai luhur Islam ini seringkali digunakan sebagai alat untuk menjatuhkan Islam karena Islam dianggap
sebagai agama yang melegitimasi kekerasan. Sebagai umat Islam yang konsekuen dan bertanggungjawab dalam mengamalkan nilai-nilai Islam
dengan benar, maka implementasi keagamaannya juga diharapkan bisa memberikan perlindungan terhadap perempuan dan anak-anak dari segala
tindak kekerasan. “Dari Jabir bin Abdullah telah diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW.,
bersabda takutlah kalian semua terhadap kedzaliman karena sesungguhnya kedzaliman itu membawa kesengsaraan di hari
kiamat
”
48
Islam menghendaki seseorang tidak boleh melakukan kekerasan kepada siapapun menjadi pelaku, dan memerintahkan untuk tidak menjadi
korban. Karena itu pelaku kekerasan harus ditindak tegas, demikian pula perlindungan terhadap korban kekerasan harus dilakukan sebagai bentuk
keberkiprahan kepada perempuan atau anak korban kekerasan untuk pulih dan bisa hidup normal.
C. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan “Hubungan Pola Asuh Orangtua
dengan Agresivitas Remaja”
Berdasarkan analisis data dengan metode korelasi seperti yang terdapat dalam jurnal Pendidikan dan Kebudayaan “Hubungan Pola Asuh
Orangtua dengan Agresivitas Remaja ” karya Tarsis Tarmudji disimpulkan
bahwa “setiap pola asuh memberi kontribusi terhadap perilaku agresif.
Kontribusi yang diberikan dapat negatif maupun positif. Oleh karena itu, pada masing-masing tipe pola asuh terdapat sisi kelemahan dan sisi
kekuatannya. ”
49
Berkaitan dengan temuan ini maka orangtua harus semakin menyadari posisinya dan menerapkan pola asuh yang paling sedikit atau
bahkan tidak merangsang potensi agresif pada anak-anak asuhannya. “Disadari bahwa hampir tidak ada orangtua yang mempraktikkan pola asuh
secara murni pada salah satu tipe. Kecenderungan-kecenderungan pada tipe pola asuh tertentu nampaknya lebih banyak digunakan oleh orangtua. Atau
48
Abu Husain al-Qusyairi Al Naisaburi, Shahih Muslim Juz 4, Beirut, Dar Fikr, TT, h. 1996.
49
Tarsis Tarmudji, Hubungan Pola Asuh Orangtua dengan Agresifitas Remaja, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 2002, h. 504-518.