Buku karangan Asadulloh Al-Faruk dengan judul “Ibu Galak Kasihan

bagi anak. Meskipun orangtua normal tidak akan melakukan hal itu, boleh jadi hal itu dilakukannya tanpa sadar. Terkadang orangtua tidak berhati-hati sehingga mengucapkan sesuatu yang buruk, padahal itu bisa menjadi do’a yang dikabulkan oleh Allah SWT. 3 Pujian sebagai motivasi Para orangtua dan pendidik dapat mempraktikan metode motivasi Rasulullah yang sangat sederhana. Dengan sebaris kalimat singkat, Rasulullah mampu memotivasi seorang anak untuk mengerjakan suatu amal kebajikan sepanjang hidupnya. Inilah yang dirasakan sahabat beliau, Abdullah bin Umar atau ibnu Umar. Ibnu Umar bercerita, “Pada masa Rasulullah, ketika aku masih muda dan belum menikah, aku sering tidur di masjid. Dalam tidurku aku bermimpi seakan-akan ada dua malaikat yang membawaku ke neraka.” Ibnu umar kemudian melanjutkan kisahnya,”Kami didatangi oleh malaikat la in yang berkata, „kamu jangan takut’.” Lalu ibnu Umar menceritakan mimpinya kepada Hafshah. Lalu Hafshah menceritakannya kepada Rasulullah SAW., mendengar cerita itu Rasulullah SAW., bersabda, “Sebaik-baiknya lelaki adalah Abdullah, seandainya ia mengerjakan sholat malam”. Sejak saat itu Ibnu Umar senantiasa tidur hanya sebentar di malam hari dan memanfaatkannya untuk mengerjakan shalat malam. Lihatlah, betapa efektifnya cara Rasulullah SAW., memotivasi Ibnu Umar yaitu memujinya setinggi langit kemudian menutupnya dengan nasihat. Pada dasarnya setiap orangtua atau guru berkewajiban mengkritik atau menasehati anak bila mereka melakukan kesalahan atau kebiasaan buruk. Sayangnya ketika mengkritik, orangtua lebih sering melakukan dengan pendekatan menyalahkan atau menyuruh saja. Padahal kritikanpun dapat dilakukan dengan memulainya dengan pujian tanpa menghilangkan esensi nasihat itu sendiri. Tidak ada salahnya orangtua memuji anak di hadapan orang lain saat sang anak berada di dekat sang orangtua. Sudah menjadi tabiat manusia suka di puji, apalagi anak-anak. Berilah pujian secara wajar supaya anak mampu memilliki sifat-sifat terpuji itu dan tidak membuatnya menjadi sombong. Jangan lupa, bahwa perkataan orang lain kepada anak sering kali mempengaruhi pandangan anak terhadap dirinya. Pujian dalam hal ini akan membantu anak untuk mengidentifikasi siapa dirinya. Jika seorang anak sering dipuji sebagai anak pintar, ia akan memandang dirinya memang pintar. Lain halnya jika anak sedikit-sedikit dibilang bodoh atau nakal, ia akan menganggap bahwa dirinya memang demikian adanya. 4 Kasih sayang yang tulus Banyak orangtua yang sebenarnya sayang kepada anak-anak mereka, hanya mereka tidak pandai menunjukkan secara fisik. Ada kesan bahwa ekspresi kasih sayang ini dapat menurunkan wibawa orangtua. Cara seperti ini bukan cara yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Rasulullah SAW., menyuruh setiap orangtua menunjukkan ekspresi kasih sayang mereka kepada anak, seperti mencium, memeluk, merangkul, mengusap rambut, dan sebagainya. Bahkan, sesungguhnya ciuman kepada seorang anak tidak hanya sekedar tanda kecintaan orangtua kepada anaknya, tetapi juga bisa bernilai ibadah yang dapat mengantarkan orangtua menjadi ahli surga, sebagaimana yang pernah disabdakan oleh Rasulullah SAW.,: “Perbanyaklah kamu mencium anak cucumu, karena imbalan dari setiap ciuman adalah surga. ” H.R. Bukhari Ada banyak kebaikan yang diperoleh dari sentuhan kasih sayang ini, diantaranya: a Dapat mendekatkan jiwa orangtua dengan anak. b Adanya kepercayaan yang timbul dari ekspresi kasih sayang ini menjadikan anak selalu terbuka kepada orangtua. c Dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan emosi anak. Anak akan merasa berharga dan memiliki martabat, sehingga menumbuhkan kepercayaan diri. 5 Mendidik dengan keteladanan a Keteladanan sebagai ruh pendidikan Keteladanan adalah ruh dari pendidikan. Dengan keteladanan, pendidikan menjadi bermakna dan tanpa keteladanan pendidikan hanyalah suatu indoktrinasi dan kemunafikan. b Prinsip peneladanan Ada beberapa prinsip yang perlu dipahami mengenai keteladanan agar dapat efektif diterapkan dalam pendidikan anak, diantaranya yaitu: 1 Seseorang yang memberikan teladan adalah seorang yang memiliki kepribadian yang kuat, sehingga pantas untuk diteladani. 2 Anak harus mengenal baik pribadi yang diteladani itu. 3 Keteladanan harus dilakukan secara alamiah, bukan sesuatu yang dibuat-buat. 4 Keteladanan harus dilakukan secara terus-menerus konsisten. c Tidak berlebihan dalam menasehati Sebagai orangtua harus bijak dalam menasehati, sebab jika tidak, nasehat itu bukan semakin tertanam kepada diri anak, tetapi justru menimbulkan penolakan dalam diri anak. Bentuk tidak berlebihan dalam menasehati ada dua yaitu: 1 Tidak terlalu sering menasehati. 2 Dengan cara menasehati anak secara singkat atau tidak berpanjang-panjang. Sebagai mana yang dicontohkan Rasulullah SAW., beliau adalah orang yang singkat dan jelas dalam menyampaikan nasihat. d Pembiasaan secara bertahap Meskipun orang cenderung mempertahankan kebiasaannya sehari-hari, tetapi kebiasaan tersebut dapat diubah menjadi kebiasaan baru. Ini mirip dengan mengubah benda yang tadinya bergerak, menjadi diam atau benda yang tadinya diam menjadi begerak. Syaratnya adalah adanya campur tangan kekuatan dari luar. Peran kekuatan dari luar inilah sebenarnya yang dilakukan oleh orangtua atau pendidik. Tujuannya adalah membentuk anak agar terbentuk kebiasaan yang baik dan meninggalkan kebiasaan buruk. e Antara menghukum dan memberi penghargaan Secara umum pendidikan dalam Islam adalah pendidikan yang menekankan kelemahlembutan dan keramahtamahan. Hal ini dapat dilihat dari cara Rasulullah SAW., dalam mengajar para sahabatnya. “Hendaknya kamu bersifat lemah lembut, kasih sayang, dan hindari sikap keras dan keji. ” H.R. Bukhari. Pemberian hukuman dan penghargaan merupakan metode pendidikan yang berangkat dari dua prinsip dasar, yaitu: 1 Bahwa manusia itu tidak suka terhadap ancaman, kesulitan, dan kerugian, sehingga ia akan beruaha menghindarinya. Disinilah kemudian lahir konsep hukuman. 2 Manusia itu menyukai kesenangan, kenikmatan, dan keinginannya terpenuhi, sehingga ia akan berupaya meraihnya. Dalam konteks pendidikan Rasulullah SAW., terbilang sangat jarang menghukum dan cenderung lebih sering memberi penghargaan. Beliau sangat suka memuji, memberi hadiah, dan mendo’akan para sahabat sebagai alat untuk memotivasinya. Al- Qur’an pun memiliki pola yang sama, mereka yang melakukan kebajikan dibalas dengan balasan yang berlipat ganda. Sedangkan bagi orang yang berbuat dosa akan dibalas setimpal dengan perbuatannya. Ini menunjukkan bahwa meskipun Islam membolehkan memberikan hukuman, tetapi pemberian penghargaan lebih dianjurkan.