UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
a. Demam: biasanya subfebril menyerupai influenza. Namun terkadang
suhu tubuh bisa mencapai 40-41 C. Serangan demam hilang dan timbul,
sehingga penderita selalu merasa tida terbebas dari serangan demam influenza ini. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh
penderita dan banyaknya bakteri TB yang masuk.
b. Batukbatuk darah: batuk terjadi dikarnakan adanya iritasi pada
bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang. Batuk baru ada setelah terjadi peradangan pada paru-paru setelah
berminggu-minggu. Sifat batuk dimulai dari batuk kering kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif menghasilkan sputum.
Keadaan lanjut adalah berupa batuk darah karena pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan terjadi pada kavitas, namun dapat terjadi juga di
ulkus dinding bronkus.
c. Sesak napas: pada penyakit ringan belum dirasakan sesak napas. Namun
akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yaitu pada infiltrasinya sudah meliputi setengah paru.
d. Nyeri dada: nyeri dada ini timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke
pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien inspirasi atau aspirasi.
e. Malaise: gejala ini sering ditemukan berupa anoreksia, berat badan
menurun, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam dan lain-lain. Gejala malaise ini semakin lama semakin berat dan terjadi hilang timbul
secara tidak teratur.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
6. Penegakan Diagnosis
Diagnosis TB ditegakkan atas dasar anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Gejala dan tanda TB paru dapat juga dijumpai pada
penyakit paru lain. Untuk memastikannya, perlu dilakukan pemeriksaan sputum terhadap BTA secara mikroskopik. Pemeriksaan ini merupakan
pemeriksaan penunjang yang tercepat memberikan hasil untuk menegakkan dignosa TB Depkes RI, 2002.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah dengan memeriksa fungsi pernapasan, yaitu frekuensi pernapasan, jumlah dan warna sputum ,
frekuensi batuk serta pengkajian nyeri dada. Pengkajian paru-paru terhadap konslidasi denagn mengevauasi bunyi napas, fremitus, serta hasil
pemeriksaan perkusi. Kesiapan emosional pasien, dan persepsi tentang tuberkulosis juga perlu dikaji Brunner Suddarth dalam Smelzert, 2002.
Menurut Ardiansyah 2012 menyatakan bahwa pemeriksaan diagnostik yang biasa dilakukan adalah:
a. Tes tuberkulin b. Pemeriksaaan rontgen torak
c. Pemeriksaaan CT-scan d. Pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan diagnosis terbaik dengan
pemeriksaan mikrobiologi melalui isolasi bakteri.
Pemeriksaan dahak mikroskopik :
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnostik, menilai keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan
dahak ini dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang