53
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB VI PEMBAHASAN
A. Analisis Univariat
1. Gambaran jenis kelamin
Jenis kelamin adalah istilah yang mengacu pada status biologis seseorang. Terdiri dari tampilan fisik yang membedakan antara wanita dengan pria
Henderson, 2006. Hiswani 2009 mengatakan bahwa keterpaparan infeksi TB pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: status sosial
ekonomi, status gizi, umur, jenis kelamin dan faktor sosial lainnya. Jenis kelamin pasien TB paru cenderung lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan
perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 32 responden sebagian besar
terdiri dari 56,2 responden laki-laki dan sisanya 43,8 responden perempuan. Hasil tersebut menggambarkan bahwa pasien TB paru lebih didominasi oleh
jenis kelamin laki-laki dari pada perempuan. Menurut WHO 2013 insiden
kejadian TB paru lebih tinggi pada jenis kelamin laki-laki mungkin dikarenakan oleh beberapa hal, diantaranya: perbedaan epidemiologi atau paparan, resiko
infeksi, dan perkembangan dari penyakit infeksi, hal ini dikaitkan dengan mengkonsumsi rokok dan alkohol yang dapat menurunkan kekebalan tubuh
sehingga sangat rentan dengan kejadian TB www.who.com
.
Penelitian yang dilakukan oleh Habibah 2013 dan Wadjah 2012
terhadap gambaran karakteristik pasien TB paru, menunjukkan bahwa sebagian
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
besar responden berjenis kelamin perempuan. Gambaran jenis kelamin pada penelitian tersebut tidak sejalan dengan gambaran jenis kelamin pada penelitian
ini. Maka dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin laki-laki dan perempuan sama banyaknya terpajan infeksi TB paru.
2. Gambaran tipe pasien TB paru
WHO 1991 membagi pasien TB Paru ke dalam 4 tipe menurut pengobatannya, yaitu: tipe I adalah pasien dengan kasus baru dengan sputum
positif dan kasus baru dengan bentuk TB berat, tipe II yaitu kasus kambuh dan kasus gagal dengan sputum BTA positif, tipe III adalah kasus BTA negatif
dengan kelainan paru yang tidak luas dan kasus TB ektra paru selain dari yang disebut dalam tipe I. Sedangkan tipe IV ditujukan terhadap TB kronis Sudoyo,
2007. Pada penelitian ini hanya terdapat dua Tipe pasien TB paru, yaitu sebesar
93,8 tipe I dan 6,2 tipe II. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pasien tipe I lebih dominan dari pada pasien dengan tipe lainnya. Menurut
petugas kesehatan yang bertanggung jawab di Puskesmas, Hal tersebut disebabkan pengawasan pengobatan yang ketat dari petugas, keluarga dan
kesadaran pasien sendirei maka pasien TB paru tersebut sembuh dengan pengobatan yang rutin hingga sembuh total, sehingga tidak terdapat pasien tipe
III, atau IV. Wahyuni 2013 menyimpulkan penelitiannya terhadap kejadian
tuberkulosis kambuh terjadi diusia antara 19-55 tahun, sebagian besar laki-laki
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dengan tingkat pendidikan rendah, bekerja di sektor informal dengan tingkat sosial ekonomi rendah, kebiasaan merokok, dengan DM diabetes mellitus,
dan sebagian besar responden tidak memiliki riwayat kontak dengan pasien TB lainnya. Penelitian yang dilakukan oleh Munir 2010 terhadap 101 responden
TB paru. maka didapatkan 22,8 kasus baru tipe I, 17,8 kasus putus obat dan 36,6 kasus kambuh tipe II, 16,9 kasus gagal tipe III, dan 5,9 kasus
kronik.
3. Gambaran pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari mengetahui, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan
terjadi melalui pancaindra, yakni indra penglihayan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan tersebut diperoleh dari mata dan
telinga Notoadmodjo, 2007. Pengetahuan responden yang dikaji dalam penelitian ini terkait dengan pengertian TB paru, etiologi, manifestasi klinis,
penegakan diagnosis, pencegahan penularan, pengobatan dan komplikasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 9,4 responden dengan
pengetahuan kurang, 25 responden dengan pengetahuan cukup, dan 65,6 responden dengan pengetahuan baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
sebagian besar responden berpengetahuan baik. Pasien TB paru dengan pengetahuan yang baik diharapkan dapat berperilaku baik terhadap pencegahan
penularan TB. Kesadaran terhadap pentingnya pencegahan penularan akan tumbuh jika pengetahuan pasien TB paru baik. Pengetahuan tersebut terkait
dengan penyakit TB paru yaitu diantaranya termasuk pencegahan penularan.