UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
c. Kasus setelah putus berobat Default: yaitu pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.
d. Kasus setelah gagal Failure: adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi posistif pada bulan
kelima atau lebih selama pengobatan. e. Kasus pindahan Transfer In: yaitu pasien yang dipindahkan dari
UPK yang memiliki register TB lain untuk melanjutkan pengobatannya.
f. Kasus lain: semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas, termasuk kasus kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih
BTA positif setelah pengobatan ulangan.
c. Pengetahuan
Notoatmodjo 2007 menyatakan bahwa Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris khususnya mata dan telinga
terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka overt behavior. Perilaku
yang didasari pengetahuan umumnya bertahan lama. Pengetahuan seseorang akan mempengaruhi kesehatan seseorang,
sehingga dengan pengetahuan yang cukup maka seseorang tersebut akan berusaha berprilaku hidup bersih dan sehat. Begitu juga dengan penderita
TB setelah mengetahui mengenai penyakitnya, mereka akan mengetahui tujuan dari pengobatan, pencegahan penularan, dan sebagainya.
Pengetahuan penderita TB paru yang kurang akan cara penularan, bahaya, dan cara pengobatan akan berpengaruh terhadap sikap dan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
perilaku sebagai seorang yang sakit dan akhirnya berakibat menjadi sumber penular bagi orang disekelilingnya Suryo, 2010.
Penderita TB paru kebanyakan dari kalangan berpendidikan rendah, akibatnya mereka sering kali tidak menyadari bahwa
penyembuhan penyakit dan kesehatan merupakan hal yang sangat penting. Pendidikan yang rendah sering kali menyebabkan seseorang
tidak dapat meningkatkan kemempuannya untuk mencapai taraf hidup yang baik. Padahal, tingkatan hidup yang baik amat dibutuhkan untuk
penjagaan kesehatan pada umumnya dan dalam menghadapi infeksi dan pencegahan penularan pada umumnya Muttaqin, 2007.
d. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan merupakan public good, artinya merupakan alat pemuas kebutuhan manusia yang pada umumnya penyediaannya
dilakukan oleh pemerintah dengan pertimbangan bahwa barang dan jasa tersebut dibutuhkan oleh orang banyak.
Sarana pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat meliputi: 1. Puskesmas yang dilengkapi tenaga dan fasilitas pemeriksaan sputum
BTA. 2. Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Paru RSP dapat
melaksanakan semua kegiatan tatalaksana pasien TB, dapat merujik pasien kembali ke Puskesmas yang terdekat dengan tempat tinggal
pasien untuk mendapatkan pengobata dan pengawasan selanjutnya. 3. Balai Pengobatan dan Dokter Praktik Swasta DPS, konsep
pelayanann yang ada sama seperti di rumah sakit, dapat merujuk
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pasien dan spesimen ke puskesmas, rumah sakit Pedoman nasional penanggulan TB, 2006.
OAT obat anti tuberkulosis disediakan oleh pemerintah secara gratis disarana pelayanan kesehatan yang telah menerapkan strategi
DOTs Directly Observed Tretment Short course seperti dipuskesmas, balai pengobatan paru dan beberapa rumah sakit Yoga dalam Manalu
2010. Tenaga kesehatan yang ada di pelayanan kesehatan turut
membantu memberikan pelayanan yang dibutuhkan oleh penderita TB. Tenaga kesehatan memantau OAT yang dikonsumsi oleh paien secara
teratur. Seperti halnya perawat mempunyai peran penting dalam merawat pasien TB dan keluarganya seperti memberikan penyuluhan kepada
pasien dan keluarga, mengkaji terhadap reaksi obat, mensurvei tempat tinggal pasien, dan pelayanan-pelayanan lainnya yang diberikan oleh
pelayanan kesehatan Brunner Suddarth dalam Smelzert, 2002.
e. Perilaku Pasien TB
Pasien TB yang patuh terhadap pengobatan dengan OAT yang tepat dapat mencegah penularan terhadap orang lain. Pada umumnya dalam 2
minggu pengobatan penderita TB BTA + tidak dapat menularkan infeksi tersebut kepada orang lain, namun bakteri TB tersebut masih berada dalam
tubuh penderita. Seseorang penderita TB paru dengan BTA + akan sangat mudah menyebarkan infeksi tersebut. Pada waktu batuk, bersin atau
membuang ludah, penderita tersebut menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet percikan dahak Nisa, 2007.