53 Timur. Pada tahun 2004, angka harapan hidup bagi laki-laki adalah 69 tahun
sedangkan bagi wanita adalah 71 tahun. Mayoritas penduduk kota Medan sekarang ialah Suku Jawa, dan suku-
suku dari Tapanuli Batak, Mandailing, Karo. Di Medan banyak pula orang keturunan India dan Tionghoa. Medan salah satu kota di Indonesia yang memiliki
populasi orang Tionghoa cukup banyak. Keanekaragaman etnis di Medan terlihat dari jumlah masjid, gereja dan vihara Tionghoa yang banyak tersebar di seluruh
kota. Daerah di sekitar Jl. Zainul Arifin dikenal sebagai Kampung Keling, yang merupakan daerah pemukiman orang keturunan India. Secara historis, pada tahun
1918 tercatat bahwa Medan dihuni 43.826 jiwa. Dari jumlah tersebut, 409 orang berketurunan Eropa, 35.009 berketurunan Indonesia, 8.269 berketurunan
Tionghoa, dan 139 lainnya berasal dari ras Timur lainnya
http:www.pemkomedan.go.idselayang_informasi.php.
Tabel 2.3 Jumlah Penduduk di Kota Medan
Tahun Penduduk
2001 1.926.052
2002 1.963.086
2003 1.993.060
2004 2.006.014
2005 2.036.018
2007 2.083.156
2008 2.102.105
2009 2.121.053
2010 2.109.339
Sumber: BPS Kota Medan tahun 2010
2.1.5 Kota Medan Secara Kultural
Sebagai pusat perdagangan baik regional maupun internasional, sejak awal Kota Medan telah memiliki keragaman suku etnis, dan agama. Budaya
masyarakat yang ada juga sangat pluralis yang berdampak beragamnya nilai –
54 nilai budaya tersebut tentunya sangat menguntungkan, sebab diyakini tidak
satupun kebudayaan yang berciri menghambat kemajuan modernisasi, dan sangat diyakini pula, hidup dan berkembangnya nilai-nilai budaya yang heterogen,
dapat menjadi potensi besar dalam mencapai kemajuan. Keragaman suku, tarian daerah, alat musik, nyanyian, makanan, bangunan fisik, dan sebagainya, justru
memberikan kontribusi besar bagi upaya pengembangan industri pariwisata di
Kota Medan. Oleh karenanya, tujuannya, sasarannya, strategi pembangunan Kota
Medan dirumuskan dalam bingkai visi, dan misi kebudayaan yang harus
dipelihara secara harmonis.
2.1.6 Kota Medan Secara Sosial
Kondisi sosial yang terbagi atas pendidikan, kesehatan, kemiskinan, keamanan dan ketertiban, agama dan lainnya, merupakan faktor penunjang dan
penghambat bagi pertumbuhan ekonomi Kota Medan. Keberadaan sarana pendidikan kesehatan dan fasilitas kesehatan lainnya, merupakan sarana vital bagi
masyarakat untuk mendapat pelayanan hak dasarnya yaitu hak memperoleh pelayanan pendidikan dan kesehatan serta pelayanan sosial lainnya. Demikian
juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan merupakan salah satu masalah utama pengembangan kota yang sifatnya kompleks dan multi
dimensional yang penomenanya di pengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain : tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, lokasi, gender
dan kondisi lingkungan. Kemiskinan bukan lagi dipahami hanya sebatas ketidak mampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan
55 perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani kehidupan
secara bermartabat.
2.1.7 Sarana dan Prasarana
Sarana transportasi di Kota Medan terdiri dari transportasi laut, udara, dan darat. Transportasi laut dapat ditemukan di Pelabuhan Belawan terletak sekitar 20
km di utara kota. Pelabuhan ini merupakan pelabuhan terbesar dan teramai kedua di Indonesia setelah Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Pelabuhan ini merupakan
yang terpenting di Wilayah Selat Malaka karena aktivitas pelabuhan tersebut yang sangat sibuk dan padat. Transportasi udara dapat ditemukan di Bandar Udara
Internasional Polonia yang terletak tepat di jantung kota, menghubungkan Medan dengan kota-kota besar lainnya di Indonesia seperti Banda Aceh, Padang,
Pekanbaru, Batam, Palembang, Jakarta, Gunung Sitoli serta Kuala Lumpur, Penang, Ipoh, Alor Setar di Malaysia, dan Singapura. Sebuah bandara
internasional baru di Kuala Namu di kabupaten Deli Serdang sedang dalam pembangunan.
Khusus untuk transportasi darat, Kota Medan mempunyai keunikan tersendiri dalam kendaraan bermotor. Keunikan Medan terletak pada becak
bermotornya becak motor yang dapat ditemukan hampir di seluruh Medan. Berbeda dengan becak biasa becak dayung, becak motor dapat membawa
penumpangnya kemana pun di dalam kota. Becak di Medan berbeda dengan becak di Jakarta ataupun di kota-kota Jawa lainnya. Pengemudi becak berada di
samping becak, bukan di belakang becak seperti halnya di Jawa. Ini memudahkan
56 becak Medan untuk melalui jalan yang berliku-liku. Selain itu, ini juga
memungkinkan becak Medan untuk diproduksi dengan harga yang minimal, karena hanya diperlukan sedikit modifikasi saja agar sepeda atau sepeda motor
biasa dapat digunakan sebagai penggerak becak. Desain ini mengambil desain dari sepeda motor gandengan perang Jerman di perang dunia ke-2.
Selain becak, dalam kota juga tersedia angkutan umum berbentuk minibus angkot dan taksi. Penduduk Medan mempunyai sebutan yang khas terhadap
angkutan umum yaitu angkot atau sudako. Sudako pada awalnya menggunakan minibus Daihatsu S38 dengan mesin 2 dua tak
12
12
Mesin dua tak adalah mesin pembakaran dalam, yang dalam satu siklus pembakaran terjadi dua langkah piston, berbeda dengan putaran empat-tak yang mempunyai empat langkah piston
dalam satu siklus pembakaran, meskipun keempat proses intake, kompresi, tenaga, pembuangan juga terjadi http:id.wikipedia.orgwikiMesin_dua_tak.
kapasitas 500cc. Bentuknya merupakan modifikasi dari mobil pick up. Pada bagian belakangnya diletakkan
dua buah kursi panjang sehingga penumpang duduk saling berhadapan dan sangat dekat sehingga bersinggungan lutut dengan penumpang di depannya. Trayek
pertama kali Sudako adalah 01, yang menghubungkan antara daerah Pasar Merah Jl. HM. Joni, Jl. Amaliun dan terminal Sambu, yang merupakan terminal pusat
pertama angkutan penumpang ukuran kecil dan sedang. Sekarang ini Daihatsu S38 500 cc sudah tidak digunakan lagi karena faktor
usia, dan berganti dengan mobil-mobil baru seperti Toyota Kijang, Isuzu Panther, Daihatsu Zebra, dan Espass yang sering disebut Jumbo, karena memuat
penumpang lebih banyak. Istilahnya 86 maksudnya 6 penumpang duduk di bagian kiri, 8 penumpang duduk di bagian kanan. Ongkosnya pun relatif murah,
yaitu Rp 2.000 untuk para pelajar, dan Rp 3.000 untuk penumpang umum.
57 Angkutan umum yang memberikan pelayanan dalam trayek tetap dan
teratur di Kota Medan terdiri dari jenis mobil penumpang umum, bus kecil, bus sedang dan bus besar. Mobil Penumpang Umum MPU jenis angkutan kota
sudah semakin berkembang dan semakin banyak. Jalur angkutan kota di Medan melewati daerah kota sampai batas kota. Jalan-jalan kecil atau gang sempit pun
juga dilewati oleh angkutan kota di Medan. Jaringan jalan yang ada di Kota Medan dan dilewati oleh angkutan kota merupakan bagian dari prasarana yang
telah tersedia. Begitu juga dengan terminal yang bagian dari prasarana yang ada di Kota Medan.
• Jaringan Jalan
Kota Medan memiliki pola jaringan jalan yang berbentuk gridkisi-kisi pada daerah pusat kota dan bentuk radial pada daerah pinggiran kota. Jalan utama
sebagai koridor dalam kota adalah Jalan Thamrin, Jalan Pandu, Jalan Sutomo, Jalan Pemuda, Jalan Ahmad Yani, Jalan Balai Kota, Jalan Haryono MT, Jalan
Cirebon, Jalan Raden Saleh, Jalan Guru Patimpus, dan Jalan Perintis Kemerdekaan, serta Jalan Prof. HM. Yamin, SH, sedangkan koridor luar yang
menghubungkan daerah pinggiran kota dengan pusat kota yaitu Jalan KL. Yos Sudarso, Jalan Putri Hijau, dan Jalan Krakatau sebagai jalan yang
menghubungkan daerah utara dengan pusat kota, Jalan Letda Sujono sebagai jalan
yang menghubungkan daerah bagian barat dengan pusat kota, Jalan Gatot Subroto sebagai jalan yang menghubungkan daerah bagian timur dengan
pusat kota, Jalan S.M. Raja dan Jalan Brigjend Katamso serta Jalan Jamin Ginting merupakan jalan
yang menghubungkan daerah bagian selatan dengan pusat kota. Untuk
58 menghubungkan daerah pinggiran kota secara langsung, tanpa harus melalui pusat
kota disediakan jalan lingkar utara, yaitu Jalan Kapten Sumarsono, Jl. Asrama, Jl.Gagak Hitam, Jl. Industri dan Jl. Ngumban Surbakti yang menghubungkan
daerah bagian utara dengan daerah bagian timur, sedangkan daerah bagian selatan dengan daerah bagian Timur dihubungkan oleh jalan lingkar selatan yaitu Jl.
Bunga Sedap Malam, Jl. AH. Nasution dan Jalan Karya Jasa. Ada juga jalan Tol Belmera Belawan-Medan-Tanjung Morawa yang menghubungkan daerah
bagian selatan Kota Medan yaitu Tanjung Morawa dengan daerah bagian utara Kota Medan yaitu Belawan yang dibangun memanjang pada daerah bagian barat.
Keberadaan Jalan Lingkar dan Jalan Tol ini sangat membantu dalam mengalihkan arus kendaraan menerus yang melalui pusat kota, sehingga
mengurangi kepadatan volume lalu lintas dalam kota serta merangsang pertumbuhan daerah pinggiran kota. Untuk memperlancar arus lalu lintas
dilakukan beberapa manajemen lalu lintas seperti jalan satu arah terutama pada daerah pusat kota yaitu pada Jalan Ahmad Yani, Jalan Balai Kota, Jalan Putri
Hijau, Jalan Diponegoro, Jalan Imam Bonjol sebagian, Jalan Kartini, Jalan Teuku Daud, Jalan Maulana Lubis, Jalan Haryono MT, Jalan Gajah Mada
sebagian, Jalan Zainul Arifin, Jalan Sutoyo, Jalan Perintis Kemerdekaan, Jalan HM Yamin, Jalan Thamrin, Jalan Merbabu, Jalan Sutomo, Jalan Pandu, Jalan
Cirebon, Jalan Gaharu, dan hampir seluruh jaringan jalan dalam wilayah pusat kota. Kota Medan memiliki jalan sepanjang 2.351.36 Km.
Disamping jaringan jalan ini, infrastruktur Kota Medan masih mengalami persoalan. Jalanan masih banyak yang rusak, berlubang dan masih ada yang tidak
59 di aspal, dan belum mengalami perbaikan, walaupun Pemerintah Kota Medan
terus melakukan pengerjaan dan perawatan jalan, hal ini belum juga menyelesaikan persoalan
13
• Terminal Penumpang
. Jalan rusak banyak ditemukan di kawasan pinggiran seperti Medan Utara,
Medan Deli, Belawan Bahari, Medan Belawan, Medan Tembung dan sekitar Jalan Mangan, Kelurahan Mabar Hilir, dan lainnya. Bahkan, di inti kota pun masih ada
jalan yang berlubang. Kondisinya rusak parah itu membentuk kubangan bila hujan dan mengakibatkan kemacaetan. Jalan yang rusak berlubang juga mempengaruhi
kondisi kendaraan, seperti ban yang bocor atau baling, kerusakan spare part, bagian bawah kendaraan ada yang tergores atau terbentur, dan sebagainya.
Jalan rusak juga salah satu faktor terjadinya kecelakaan di jalanan, sebagian besar masyarakat di Medan mengeluh terhadap kondisi jalan yang
seperti ini, begitu juga dengan angkutan kota yang merasa dirugikan karena setiap harinya harus melewati ruas jalan yang rusak tersebut. Supir angkot tidak bisa
melaju dengan cepat untuk mengejar penumpang dan setoran yang dihasilkan pun tidak sesuai yang diharapkan karena kondisi jalan yang rusak.
Terminal sebagai salah satu sarana pelayanan kepada masyarakat pemakai jasa angkutan umum dan merupakan awal pemberangkatan dan akhir perjalanan
angkutan umum sekaligus tempat pergantian armada sangat berperan dalam
13
Kepala Bidang Fisik Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bappeda Kota Medan, Makmur Sitanggang, mengatakan saat ini sekitar 25 atau 730 dari 2.951 kilometer km lebih
jalan Kota Medan dalam keadaan rusak. Kondisi ini sudah berlangsung lama tanpa pembenahan
http:waspada.co.idindex.php?option=com_contentview=articleid=170551:25--jalan-di- medan-rusak-parahcatid=14:medanItemid=27
60 menentukan tingkat kinerja dari pelayanan angkutan umum dalam suatu kota.
Pengaturan lokasi terminal bus ditentukan berdasarkan sifat dan syarat lokasi dari terminal. Untuk terminal bus angkutan komuter Kota Medan ke kota-kota
terdekat lokasinya harus berada pada jalur utama, paling optimal pada wilayah transisi atau pinggiran Terminal Terpadu Amplas, Terminal Terpadu Pinang
Baris dan Terminal Tuntungan, dimensi kendaraan bus yang besar menuntut pelayanan fungsi jaringan tingkat tinggi arteri dan mempunyai kemudahan
pencapaian accessibility yang baik terhadap pusat kota atau seluruh wilayah kota serta berada pada lokasi yang mempunyai paling banyak jalur alternatif ke luar
kota. Kota Medan telah menyediakan 6 enam buah terminal dengan kelas
pelayanan seperti pada Tabel 2.4 antara lain: 1
Terminal Terpadu Amplas, di wilayah Selatan memiliki kapasitas sebesar 80 delapan puluh unit bus dan 160 seratus enam puluh unit mobil
penumpang umum dengan luas sebesar 26.580 m2. 2
Terminal Pinang Baris, di wilayah Barat memiliki kapasitas sebesar 60 enam puluh unit bus, dan 120 seratus dua puluh unit mobil penumpang
umum dengan luas 19.940 m2. 3
Terminal Sambu, di pusat kota berkapasitas sebesar 200 dua ratus unit mobil penumpang umum dengan luas 3.000 m2.
4 Terminal Veteran, di pusat kota berkapasitas sebesar 20 dua puluh unit
bus, dan 60 enam puluh unit mobil penumpang umum dengan luas 2.600 m2.
61 5
Terminal Willem Iskandar, di wilayah Timur berkapasitas sebesar 60 enam puluh unit mobil penumpang dengan luas sebesar 3.500 m2.
6 Terminal Belawan, di wilayah Utara memiliki kapasitas sebesar 24 dua
puluh empat unit bus dengan luas 1.080 m2.
Tabel 2.4 Terminal di Kota Medan No Terminal
Kelas Pelayanan
1 Amplas
Melayani angkutan umum untuk antar kota antar provinsi AKAP, angkutan antar kota dalam propinsi AKDP,
angkutan kota dari wilayah timurselatan ke Kota Medan.
2 Pinang
Baris Melayani angkutan umum untuk angkutan antar kota dalam
propinsi AKDP, angkutan kota dari wilayah baratselatan ke Kota Medan
3 Sambu
Melayani kendaraan umum mobil penumpang dalam Kota Medan ke Inti Kota
4 Veteran
Melayani kendaraan umum mobil bus dalam Kota Medan yang menuju Inti Kota
5 willem
Iskandar Melayani kendaraan umum mobil penumpangmobil bus
dalam kota dan angkutan antar kota yang menuju Percut Sei Tuan dan Tembung
6 Belawan
Melayani kendaraan umum mobil bus dalam Kota Medan yang menuju inti kota
Belawan – Medan.
Sumber : Dinas Perhubungan Kota Medan, 2009
2.2 Berdirinya Koperasi Pengangkutan Umum Medan KPUM