Kasus Antar Supir Angkot KPUM Trayek 65 dengan Supir Angkot Kasus Supir Angkot dengan Pemilik Angkot.

134 perpindahan trayek angkutan kota KPUM 65 jenis lama ini membuat jumlah armada angkutan kota KPUM 65 semakin berkurang. Kasus-kasus yang terjadi tersebut dapat diatasi dengan cara berdamai dan saling menghargai antar sesama supir angkot, bila sesama supir angkot tidak menyelesaiakan masalah yang terjadi maka mandor pun turun tangan. Bila mandor tidak bisa juga menyelesaikan masalah yang ada, si pemilik angkot pun akan turun tangan dan kadang bila berkelanjutan karena kedua belah pihak tidak ada yang mengalah maka pihak kantor KPUM akan turun tangan sampai kedua belah pihak berdamai. Paling penting adalah kesadaran dari pihak yang terlibat untuk mengatasi masalah mereka secara kekeluargaan dan berdamai.

4.3.2 Kasus Antar Supir Angkot KPUM Trayek 65 dengan Supir Angkot

Lainnya Berbeda Organisai. Kasus –kasus yang terjadi di lapangan tidak hanya dengan sesama supir angkot KPUM trayek 65 saja. Para supir angkot KPUM 65 juga mempunyai saingan dengan angkutan kota dari perusahaan lainnya yang satu lintasan dalam mencari penumpang. Contoh: dari Aksara sampai Ayahanda angkot KPUM trayek 45 dan angkot 48 mini bus warna biru merupakan saingan angkot KPUM trayek 65. Persaingan dalam mencari penumpang dan ketidaksenangan di jalan antar sesama angkot juga menimbulkan kasus antar sesama supir tidak heran bila dijalanan para supir saling maki-makian dan mengeluarkan bahasakata-kata kotor. 135 Kasus ini juga mengakibatkan kerusakan angkot yang terlibat, Adanya rasa kesal dan amarah membuat supir angkot saling menghancurkan angkutan kota lawannya. Kerusakan yang ditimbulkan atau ada korban dalam kasus tersebut mengharuskan beberapa pihak turun tangan dalam mengatasi kasus yang terjadi. Kasus ini sering terjadi di lapangan, karena semua supir angkot tidak terkecuali mengejar setoran dan mencari sebanyaknya penumpang. Penyelesaian kasus ini harus ada campur tangan dari aktor yang terlibat, yaitu Pemko, Dishub, dan pengusaha angkutan. Pemko melalui pihak Dishub harus dapat mengatasi jumlah armada dalam satu trayek, dimana satu trayek bisa diisi dengan armada dari berbagai usaha angkutan dan jumlahnya tidak sedikit. Pengusaha angkutan juga harus melakukan peremajaan terhadap armadanya, supaya angkutan yang tidak layak pakai tidak dioperasikan lagi. Alhasil armada angkutan kota dapat berkurang sesuai dengan peminat jasa angkutan, sehingga tidak terjadi lagi persaingan antar sesama angkot dan kasus yang terjadi pun berkurang,

4.3.3 Kasus Supir Angkot dengan Pemilik Angkot.

Kasus yang terjadi antara supir angkot dengan pemilik angkot paling sering terjadi dalam pengoperasian angkot. Kasus ini diawali karena adanya perselisihan antar kedua belah pihak, seperti yang sudah dijelasi diawal bawah hubungan supir angkot dan pemilik angkot tidak selamanya berjalan dengan baik. Kebanyakan kasus yang timbul karena kurangnya kepercayaan antar pemilik dan supirnya. Supir angkot yang tidak bertanggung jawab terhadap kendaraan yang 136 dioperasikannya juga menjadi pemicu kemarahan si pemilik, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa kasus ini timbul dari perselisihan Bab III. Perselisihan juga menyebabkan hubungan pemilik dan supir angkot tidak berjalan dengan baik. Supir angkot yang tidak disiplin, tidak tepat waktu membayar setoran, sering bermasalah di lapangan, dan suka berbohong, pemilik angkot yang tidak mengerti kondisi di lapangan, selalu menuntut dan terlalu banyak aturan adalah pemicu timbulnya kasus diantara kedua belah pihak. Cara mengatasi kasus ini adalah biasanya si pemilik akan memberi kesempatan kepada supir angkotnya untuk berubah, dan saling berusaha untuk menjalin hubungan yang harmonis serta kekeluargaan. Cara lainnya adalah mengganti si supir yang bermasalah tadi dengan supir yang lain, atau secara otomatis si supir tersebut mengundurkan diri. Secara kasat mata, kasus seperti ini dianggap sepele, tapi kenyataannya kasus inilah yang paling sering terjadi, dan terlalu sensitif bila dibahas karena berkaitan dengan pribadi individunya. Kasus ini menyebabkan adanya rasa amarah atau kebencian antar aktor yang terlibat karena dipicu hubungan yang tidak baik tersebut.

4.3.4 Kasus Supir Angkot KPUM Trayek 65 dengan Mandor