38 2.
Bagaimana perilaku pihak-pihak terkait yang menjadi aktor pelaku terhadap aturan-aturan tersebut dan bagaimana bentuk kasus dan
perselisihan yang terjadi serta penyelesaiannya? 3.
Bagaimana respon masyarakat penumpang angkot 65 KPUM terkait dengan pengoperasian angkot serta keberadaan angkutan kota di Kota
Medan?
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Mendiskripsikan tentang situasi kemajemukan hukum yang ada di dalam pengoperasian angkot.
2. Untuk mendeskripsikan perilaku aktor atau pihak-pihak terkait terhadap
aturan-aturan tersebut dan menggambarkan bentuk kasus dan perselisihan yang terjadi serta penyelesaiannya.
3. Untuk menjelaskan ataupun memberitahukan kepada pembaca tentang
respon masyarakat terkait dengan pengoperasian angkot serta keberadaan angkutan kota di Kota Medan.
Penelitian ini diharapkan menambah wawasan keilmuan antropologi, khususnya antropologi hukum yang berkaitan dengan kemajemukan hukum,
dalam memperkaya literatur dan pengetahuan tentang kemajemukan hukum dalam pengoperasian angkutan kota di Medan. Selain itu penelitian ini diharapkan bisa
memberikan wawasan serta menambah pengetahuan bagi mahasiswa atau siapa pun yang membaca skripsi ini. Penelitian ini berguna bagi mahasiswa, dosen, dan
39 pihak-pihak akademis yang memiliki perhatian atau fokus pada masalah-masalah
seputar kemajemukan hukum yang berkaitan dengan pengoperasian angkutan kota. Bagi penulis sendiri sebagai peneliti, penelitian ini merupakan salah satu
media yang tepat untuk mengaplikasikan pengetahuan yang telah penulis peroleh selama masa perkuliahan.
1.6 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif ini memiliki cara berpikir induktif dan bersifat deskriptif, yaitu
memberikan gambaran secara mendalam tentang situasi kemajemukan hukum dalam pengoperasian angkutan kota di Medan yang dapat memicu konflik antar
pihak-pihak yang terlibat akibat adanya aturan main. Dimana dalam proses-proses yang berlangsung terdapat gejala-gejala yang menjadi pokok perhatian atau
melahirkan suatu realitas sosial.
1.6.1 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini ada dua macam data yang dibutuhkan dalam pengumpulan informasi, yaitu :
a. Data Primer Data primer dikumpulkan melalui teknik pengumpulan data sebagai
berikut : •
Observasi pengamatan Observasi Pengamatan adalah metode pengumpulan data yang digunakan
untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan
40 Bungin, 2007:115. Dalam penelitian ini observasi yang digunakan oleh penulis
adalah observasi berpartisipasi. Penulis terjun langsung ke koperasi KPUM untuk memperoleh data yang akurat, penulis terlibat sebagai penumpang angkutan kota
KPUM No. 65 jurusan Pinang Bari-Tembung. Selain itu, observasi ini dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap perilaku sopir angkutan 65 KPUM dalam
mengoperasikan armadanya. Penulis mengamati sesuatu gejala dalam kedudukannya sebagai orang
yang terlibat dalam kegiatan sosial dari supir-supir angkot yang diteliti. Dengan kata lain, penulis berpartisipasi dengan kegiatan-kegaiatan yang penulis amati.
Penulis mengamati dan mencoba memahami yang diamati tersebut dengan menggunakan kaca mata orang-orang yang penulis teliti emic view.
Observasi berpartisipasi ini penulis gunakan juga untuk melakukan pendekatan awal dengan objek pengamatan. Penulis mengamati bagaimana
perilaku mandor, supir angkot, orang-orang yang ada di kantor KPUM, bagaimana proses kerja supir angkot dengan mandor, situasi di lapangan dalam mencari
penumpang dan hubungan supir angkot dengan penumpangnya. Hal ini tentunya penting untuk memudahkan penulis pada awalnya sebelum kegiatan wawancara
dilakukan dan tentu saja untuk menggambarkan kondisi awal penelitian ini di lapangan. Selain itu, observasi berguna untuk menjaring informasi-informasi
empiris yang detail dan actual dari unit analisis penelitian Bungin, 2007:230. Oleh karena itulah, untuk mendukung kelengkapan data yang dapat diperoleh
dengan cara pengamatan maka observasi menjadi pilihan yang tepat dalam penelitian ini.
41 •
Wawancara Wawancara interview adalah cara yang dipergunakan seseorang untuk
tujuan suatu tugas tertentu misalnya penelitian untuk mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang informan dengan bercakap-cakap,
berhadapan muka dengan orang yang diwawancarai. Pertanyaan-pertanyaan awal hingga informasi penting yang dibutuhkan untuk memahami kondisi objektif
sangat efektif dengan metode wawancara. Metode ini dapat mendekatkan diri secara emosional dengan informan, selain itu data-data otentik dari sudut pandang
emic emic view juga dapat dimulai dengan wawancara. Wawancara yang digunakan adalah bentuk wawancara mendalam depth
interview, wawancara bebas dan wawancara sambil lalu. Wawancara mendalam dengan menggunakan alat bantu berupa pedoman wawancara interview guide
yang berhubungan dengan masalah penelitian serta daya ingat dan catatan kecil. Wawancara bebas dan wawancara sambil lalu tanpa pendoman wawancara, tetapi
terlebih dahulu menjalin hubungan baik rapport dengan informan. Wawancara ini dilakukan guna mendapatkan data mengenai situasi dan kondisi apa yang
mendasari adanya kemajemukan hukum dalam pengoperasian angkutan umum di Kota Medan, serta pengaruhnya terhadap masyarakat sebagai penumpang
angkutan umum. Dalam melakukan wawancara, penulis memilih informan untuk diwawancarai. Informan tersebut dibagi dalam tiga jenis yakni informan pangkal,
informan pokok, informan biasa. Informan pangkal, yaitu orang yang mempunyai pengetahuan luas
mengenai berbagai masalah yang ada dalam suatu komunitas atau masyarakat.
42 Dalam hal ini, yang menjadi informan pangkal ialah pemilik angkot, pengurus-
pengurus koperasi angkutan kota, Dinas PerhubunganPetugas Kepolisian dimaksudkan untuk mengetahui aturan–aturan main yang berlaku dalam
pengoperasian angkot, hukum negara yang berkaitan dengan pengoperasian angkot, bentuk-bentuk kasus dan cara penyelesaian kasus atau perselisihanserta
sanksi yang dijatuhkan kepada pelanggarnya. Informan pokok, yaitu orang yang mempunyai keahlian mengenai suatu
masalah yang ada dalam masyarakat tersebut dan menjadi perhatian penulis. Dalam penelitian ini, informan pokok diperoleh dari informan pangkal, dan yang
menjadi informan pokok adalah Supir angkutan trayek 65 KPUM jurusan Tembung-Pinang Baris sebaliknya, mandor untuk mengetahui pengoperasian
angkot di lapangan, kasus dan aturan yang secara langsung terjadi di lapangan, dan situasi atau kondisi yang terjadi akibat kemajemukan hukum. Serta preman
setempat untuk mengetahui aturan main yang telah diberlakukan kepada supir angkutan. Informan biasa, yaitu orang yang memberikan informasi mengenai
suatu masalah dengan pengetahuan yang dimilikinya, namun bukan ahlinya. Dalam hal ini yang menjadi informan biasa antara lain masyarakat yang menjadi
penumpang angkutan umum 65 KPUM. b. Data sekunder
Data sekunder merupakan data pendukung yang dapat melengkapi hasil observasi dan wawancara yang diperoleh dari lembaga-lembaga resmi seperti
kantor koperasi KPUM, Dishub, hasil-hasil penelitian dan berbagai referensi yang relevan dengan permasalahan penelitian. Dan juga diperoleh dengan studi
43 kepustakaan berupa buku-buku teori, artikel, laporan penelitian, jurnal, opini dari
surat kabar, majalah dan dari media Online. Sebagai bahan informasi sekunder, penulis menggunakan dokumentasi
visual untuk lebih menguatkan data dari hasil observasi dan wawancara. Bahan atau peralatan yang digunakan untuk mendukung dokumen visual ini disajikan
dalam bentuk foto. Gambar visual foto yang dihasilkan digunakan sebagai bukti yang dapat dilihat oleh semua orang dan sebagai data pelengkapa yang paling
akhir
1.6.2 Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif yang menganalisa tentang kemajemukan hukum dalam
pengoperasian angkutan kota di Medan. Analisa data dilakukan dengan mengorganisasikan data hasil observasi dan wawancara ke dalam pola, kategori,
dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema. Setelah semua data terkumpul selanjutnya dibandingkan serta di cari hubungan-hubungan yang saling
terkait satu dengan yang lainnya. Dengan cara ini diharapkan akan ditemukan konsep dan kesimpulan yang menjelaskan laporan atau hasil penelitian yang
disusun secara sitematis
1.6.3 Pengalaman dalam Penelitian
Untuk mendukung pengumpulan data yang lebih akurat, penulis mendeskripsikan secara sederhana bagaimana pengalaman dan kendala selama
44 melakukan penelitian. Hal ini merupakan bagian dari penelitian antropologis,
karena pengalaman dalam penelitian dapat membantu penyempurnaan data lapangan. Pengalaman Pengalaman penelitian di lapangan selama penyusunan
skripsi ini memberikan sesuatu hal yang baru bagi penulis, dimana selama penelitian ada serunya dan ada kendalanya.
Penelitian yang dimulai dari pengurusan surat-surat penelitian dan terjun langsung ke lapangan memberi pelajaran baru bagi penulis. Selama melakukan
penelitian, penulis menghadapi orang-orang yang selama ini belum pernah penulis hadapi kecuali supir angkot. Berbicara langsung dengan seketaris KPUM dan
Kepala bagian angkutan darat Dishub memberikan kesan tersendiri bagi penulis, suasana wawancara pun berjalan seperti teman, akrab dan diiringan candaan.
Wawancara dilakukan ketika informan tersebut mempunyai waktu kosong dan tidak menggangu pekrjaannya.
Wawancara dengan supir angkot juga memberikan kesan yang tidak bisa dilupakan. Pagi hari sebelum mengoperasikan angkotnya, penulis diajak ke
pangkalan Tembung untuk dikenali ke sesama supir angkot dan mandor. Penulis juga diajak minum teh manis dan makan pisang goreng gratis. Selama mengikuti
supir angkot di lapangan, penulis tidak membayar ongkos, dan duduk di depan samping supir, hal ini karena supir angkot merasa senang diwawancari dan bagi
mereka orang luar yang bukan berprofesi sebagai supir angkot harus merasakan bagaimana menjadi supir angkot, termasuk penulis. Penulis berpakaian biasa saja
dan menggunakan sandal jepit selama ke lapangan dan sebagai kenek si supir angkot selama mengoperasikan angkotnya. Uang yang diperoleh pun sama-sama
45 kami hitung. Waktu pengisian bensin, penulis yang bertugas memberikan uang
kepada si tukang bensin tersebut. Kondisi yang seperti ini membantu penulis memperoleh informasi yang akurat dan mengalir begitu saja. Selain itu, secara
kebetulan salah satu penumpang yang ada di angkot tersebut adalah mantan preman setempat yang sering mengutip kutipan liar. Penulis pun iseng-iseng
bertanya kepada penumpang tersebut dan akhirnya informsi yang didapat pun sangat bermanfaat.
Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan penelitian yakni pada saat memperoleh data dan wawancara, dimana penulis merasa kesulitan memperoleh
data dari Dinas Perhubungan lantaran informan yang akan penulis wawancarai selalu sibuk karena sedang membuat proyek baru dalam mengatasi kesemrawutan
angkot di Medan. Kesabaran penulis pun diuji, butuh waktu 3 minggu untuk memperoleh data dari Dinas perhubungan. Hal lain yang menjadi kendala adalah,
ikut serta dalam pengoperasian angkot KPUM trayek 65, jadwal operasi yang dimulai dari jam 6 pagi ini lah yang membuat penulis terlambat ikut serta dalam
pengoperasiannya dari awal. Penulis terus berusaha dan akhirnya bisa ikut serta dari awal keberangkatan sampai 3 kali trip, dan penulis pun berusaha untuk
menggunakan bahasa pasaran dalam mewawancari supir angkotnya. Penulis tidak memperoleh banyak data visualisasi foto supir angkot selama mengoperasikan
angkotnya, karena supir angkotnya tidak mau difoto. Hasilnya penulis hanya bisa menggambil gambar secara diam-diam.
Mencari informasi dari mandor juga mengalami kendala, karena para mandor yang akan diwawancarai merasa curiga, bila ditanyai tentang penghasilan
46 atau sistem kerja yang mereka lakukan. Mereka tidak mau diganggu selama
bekerja dan hanya dikasih kesempatan sebentar untuk melakukan wawancara. Butuh cara ekstra untuk menjelaskan tujuan penulis melakukan wawancara
dengan mandor-mandor tersebut. Disamping, kendala tersebut, penulis lebih mudah memperoleh data visualisasi foto dengan mandor selama melakukan
wawancara, karena informan tersebut dengan senang hati di foto.
1.7 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Medan, khususnya angkutan kota tipe KPUM Koperasi Pengangkutan Umum Medan yang berwarna kuning. KPUM
dipilih oleh penulis karena KPUM merupakan usaha angkutan kota yang paling tua atau paling lama di Medan. KPUM mempunyai jumlah armada yang paling
banyak sekitar kurang lebih 7000 unit angkutan, 1 trayek bisa dipenuhi dengan 70 unit angkutan. Setiap trayek mempunyai nomor angkutan, seperti angkot KPUM
No 01, No 02, no 06, No 10, No 12, No 24, No 64, No 65, No 66, No 57, No 51
7
, dan lain sebagainya. Namun Penulis memilih angkutan kota KPUM No 65 jurusan
Pinang Baris-Tembung, karena angkot KPUM No 65 mempunyai aturan yang berbeda dengan angkutan kota KPUM lainnya yaitu bebas aturan waktu. Angkot
KPUM trayek 65 mempunyai jadwal trip yang bebas dan tidak ditentui serta dapat memutar kapan saja sesuai trayek yang dilalaui. Pemilihan nomor trayek
angkutan kota ini sebagai bagian dari penelitian agar lebih fokus dalam memperoleh data lapangan.
47
BAB II GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN DAN KPUM
ANGKUTAN KOTA DI MEDAN
2.1 Kondisi Umum Kota Medan