Perumusan Masalah Ruang Lingkup

36 4. Kondisi kenyamanan di kendaraan angkutan yang sesuai dengan harapan penumpang, 5. Penumpang dan operator mendapatkan keamanan yang terjamin, 6. Kelancaran operasional angkutan umum yang lebih terjamin. Dalam hal mengantisipasimengurangi permasalahan angkutan umum penumpang di Kota Medan yang terjadi saat ini selain dengan melakukan peremajaan, maka perlu juga perbaikanpembenahan melalui kajian: • Penataan trayek dilakukan dengan sistem pengaturan trayek yang terhirarki, sehingga tidak terlalu banyak tumpang tindih pada ruas jalan tertentu. • Sistem manajemen pengusahaan angkutan dan pelatihan untuk operator angkutan. • Penataan operasi di terminal, khususnya terminal transit Terminal Amplas dan Terminal Pinang Baris • Penertiban terminal bayangan dan penataan fasilitas prasarana angkutan seperti halte. • Penegakan hukum dan penertiban terhadap kutipan-kutipan liar serta pengamanan terhadap preman setempat.

1.3 Perumusan Masalah

Pengoperasian angkutan kota didasari oleh berbagai aturan. Aturan-aturan tersebut berupa aturan Negara, aturan organisasi seperti KPUM, dan aturan di lapangan. Aturan lapangan; adanya kutipan resmi, kutipan tidak resmi, terminal 37 liar dan terminal tetap, kebebasan dalam penggunaan sabuk pengaman, ngetem, kecepatan mengemudi. Aturan bersama; berkaitan dengan aturan koperasi dan pihak-pihak yang terlibat adalah si pemilik angkutan, mandor, pengurus koperasi, dan supir. Begitu juga dengan aturan yang dibuat sendiri oleh pihak tertentu. Pada akhirnya semua aturan tersebut akan menimbulkan aturan baru dalam hubungan sosial yang semi otonom antara sopir angkot, pemilik angkot, kepolisian atau Dishub, penumpang, dan mandor. Maka dari itulah, penulis akan membahas secara mendalam bagaimana situasi kemajemukan hukum dalam pengoperasian angkutan kota di Medan. Kemajemukan hukum tersebut muncul dari kondisi aturan formal yang tidak berjalan dengan baik dan tidak sesuai dengan keiinginan aktor yang terlibat. Akhirnya muncul pengaturan sendiri yang memberikan dampak bagi aktor-aktor tersebut.

1.4 Ruang Lingkup

Masalah yang dapat diambil sebagai dasar kajian dalam penelitian yang penulis lakukan adalah mengenai situasi kemajemukan hukum yang akhirnya menimbulkan konflik tertentu antara beberapa pihak yang ada, sehingga kita dapat melihat bagaimana cara penyelesaiannya, serta perilaku pihak-pihak terkait yang menjadi aktor pelaku terhadap aturan-aturan tersebut. Berdasarkan uraian diatas maka yang menjadi pertanyaan penelitian ini adalah : 1. Bagaimana situasi kemajemukan hukum yang ada pada pengoperasian angkutan kota? 38 2. Bagaimana perilaku pihak-pihak terkait yang menjadi aktor pelaku terhadap aturan-aturan tersebut dan bagaimana bentuk kasus dan perselisihan yang terjadi serta penyelesaiannya? 3. Bagaimana respon masyarakat penumpang angkot 65 KPUM terkait dengan pengoperasian angkot serta keberadaan angkutan kota di Kota Medan?

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian