98 Kondisi kerja seperti itulah yang membuat supir angkot kadang merasa
jenuh dan bosan, yang akhirnya mereka menggunakan jasa supir serep supir cadangan untuk menggantikan sementara pekerjaannya. Supir serep diberi
imbalan sebesar Rp 20.000, disamping hasil yang dia peroleh selama beroperasi. Supir angkot tadi hanya menerima uang setoran dan uang yang telah ditentukan
sebelumnya dengan supir serep adanya perjanjian antar kedua belah pihak.
3.3.1 Perselisihan yang Terjadi di Lapangan
Supir-supir angkot KPUM trayek 65 juga pernah mengalami perselisihan atau permasalahan di lapangan. Kondisi fisik lingkungan pekerjaan para sopir
angkot ini seperti jalan yang padat, panas, polusi udara, macet, dan adanya cacian oleh penumpang serta ulah pemerasan oleh aparat juga menjadi pemicu
terjadinya perselisihan atau permasalahan. Adapun perselisihan yang pernah dialami oleh supir angkot KPUM trayek 65
berdasarkan wawancara dengan beberapa supir angkot, yaitu: 1.
Perselisihan dengan angkutan kota lainnya berbeda organisasi. Misalnya disebabkan serempetan kecil yang akhirnya memicu emosi atau amarah
supir angkot yang menjadi korban, sampai terjadi kejar-kejara antar sesama angkot dan maki-makain pun keluar dari mulut para supir angkot.
Hal ini juga terkadang menyebabkan kemacetan, dimana supir angkot kadang mau seenaknya menyelip angkot lain di tengah jalan dan berantem
ditengah jalan. 2.
Perselisihan dengan penumpang, contohnya kalau supir angkot mau minta
99 tambah ongkos terkadang penumpang tidak mau dan tetap ngotot
memberikan ongkos sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan, sehingga terjadi percecokan mulut antara supir angkot dengan penumpangnya.
Sikap ugal-ugalan supir angkot yang mengakibatkan penumpangnya pun tidak menyukai tindakan tersebut supir angkot dimarah-marahi di dalam
angkotnya membuat supir angkot jadi emosi dan tidak terima akhirnya timbul percecokan.
3. Perselisihan supir angkot dengan aparat di lapangan. Supir angkot yang
seenaknya saja mengoperasikan angkotnya, tidak memperdulikan peraturan lalu lintas, menerobos lampu merah yang akirnya supir angkot
ditilang dan terpaksa mengeluarkan uang untuk jalan damai, menaikan atau menurunkan penumpang di tengah jalan yang akhirnya memicu emosi
aparat dilapangan karena tindakan supir angkot itu membuat jalanan semakin macet. Akhirnya timbul percecokan atau perselisihan supir angkot
dengan aparat dilapangan. 4.
Supir angkot dengan mandor pun kadang mempunyai masalah sehingga mengakibatkan adanya perselisihan. Masalah pembayaran iuran atau
masalah pribadi juga menjadi faktor timbulnya perselisihan. Masalah iuran maksudnya adalah ada supir angkot yang tidak membayar atau telat dari
waktu yang telah ditentukan, maka mandor akan mengingatkan supir tersebut, kadang sampai timbul perselisihan di antara keduanya.
5. Pemilik angkot dengan supir angkot, seperti setoran yang tidak sesuai
setoran kurang, waktunya tidak disiplin telat datang dan lama pulang
100 atau terlalu cepat pulangnya. Masalah ketidakdisiplinan supir angkot ini
sering sekali membuat para pemilik angkot kesal dan harus menggantikan supirnya dengan yang baru.
6. Masalah tidak membayar iuran, tidak melunasi utang ke koperasi, ataupun
tidak mematuhi peraturan KPUM juga menjadi penyebab timbulnya permasalahan bagi supir angkot.
3.3.2 Proses Mencari Penumpang.