Hubungan Pemilik Angkutan Kota KPUM Trayek 65 dengan Supir Angkot

115 dengan semua anggotanya agar usaha yang dijalankan dapat terus berkembang dan tetap bertahan.

4.1.3 Hubungan Pemilik Angkutan Kota KPUM Trayek 65 dengan Supir Angkot

Komunikasi dan kepercayaan merupakan salah satu faktor dalam menjalani suatu hubungan agar dapat berjalan dengan harmonis, bertahan lama, dan ideal. Hal ini sudah banyak diketahui oleh masyarakat dan sebagian besar masyarakat sudah menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, seperti dalam hubungan perkawinan, berpacaran, berteman, maupun hubungan relasi atasan dan bawahan, majikan dan pembantu, karyawanpegawai dan bos, pemilik angkutan kota dan supir. Hubungan pemilik angkutan kota dengan supir angkot mempunyai hubungan yang berbeda dengan pegawai kantoran dan bosnya. Pegawai kantoran tergantung akan adanya hubungan kontrak, dimana bila si pegawai tidak nyaman atau tidak suka bekerja dikantor tersebut maka pegawai tidak bisa keluar begitu saja. Bila terjadi kesalahan si bos masih memberikan kesempatan kepada si pegawai dan tidak bisa memberhentikan begitu saja pegawainya, karena adanya ketentuan-ketentuan dalam surat kontrakperjanjian. Berbeda dengan supir angkot dan pemilik angkot, yang tidak terikat oleh hubungan kontrak tapi adanya hubungan yang tercipta satu sama lainnya. Apabila si supir berbuat kesalahan dan terus berulang, maka si pemilik angkutan yang menjadi bosnya akan memecat si supir, begitu juga sebaliknya jika si supir tidak mau bekerja lagi dengan si pemilik 116 maka supir tersebut bisa keluar begitu saja. Meskipun mencari supir angkot tidak sesulit mencari karyawan kantoran, tetap saja perlu adanya seleksi dalam menentukan siapa yang akan menjadi supir angkotnya. Biasanya si pemilik angkot KPUM trayek 65 tidak kesulitan mencari supir angkotnya, seperti yang dikatakan oleh pemilik angkot Pak’Malau: “ Supir angkot dimana-mana bisa dicari, banyak yang mau tapi harus ada sim A lah, yang menjadi masalah biasanya bagaimana menjalankan hubungan dengan supir angkot, karena kadang supir angkot ini pun banyak tingkahnya. Kalau udah ada masalah buat pening aku saja” . M.Malau, September 2010 Berdasarkan informasi yang diperoleh bahwa si supir angkot yang akan mendatangi si pemilik. Salah satu caranya adalah si calon supir angkot tersebut akan mendatangi pangkalan dan mencari tahu apakah ada pemilik angkot yang baru saja memecat supir angkotnya atau sedang mencari supir baru, dan bertanya kepada mandor, sesama supir angkot apakah ada angkutan kota yang baru beroperasi. Setelah menemukan pemilik angkot yang membutuhkan supir, barulah si pemilik melihat bagaimana latar belakang si supir dan apakah dapat dipercaya dan berpengalaman dalam menyupir kendaraan mempunyai sim A umum. Bila semua ketentuan aturan sudah dibahas oleh pemilik angkot dan si supir menyetujinya barulah si supir dapat mengoperasikan angkutan kotanya Dalam hal ini kedua belah pihak berusaha untuk dapat menciptakan hubungan yang baik antar sesama. Begitu juga dengan semua pemilik angkutan kota dan supir angkot sangat mengharapkan adanya hubungan kekeluargaan, agar keduanya saling melengkapi. 117 Berdasarkan hasil penelitian, penulis menemukan bahwa hubungan yang terjalin antar pemilik angkutan kota KPUM trayek 65 dengan supir angkotnya tidak semuanya berjalan dengan baik. Ada yang menjalin hubungan secara harmonis dan ada yang tidak dalam waktu sebentar sudah mengganti supir angkotnya. Suatu hubungan yang harmonis atau berjalan dengan baik dapat dilihat berdasarkan waktu sudah berapa lama si supir bekerja dengan si pemilik angkotnya. Informan yang bernama Pak’Pasaribu supir angkot mengatakan bahwa: “…Memang kalau ada komunikasi yang lancar dan kepercayaan maka semua dapat berjalan lurus-lurus saja. Aku sudah hampir 15 tahun bekerja jadi supir angkot KPUM 65 ini dan aku bekerja dengan si pemilik angkot yang tetap tidak pindah-pindah. Hubungan kami sudah kayak keluarga, aku sudah kenal semua saudara dan keluarga dari si pemilik angkot ini, saudara jauh dan saudara yang dekat pun aku kenal. Si pemilik angkot ini percaya sama aku, dan aku pun mempertahankan kepercayaannya. Masalah setoran pun aku berbeda dengan teman sesama supir angkot yang lain, kalau setoran aku Rp 80.000 sedangkan teman yang lain setoran kepemiliknya ada yang Rp 90.000-Rp 100.000 berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan. Makanya sebagian teman ku iri dengan aku karena setorannya Cuma segitu. Kayak mana lah dibilang ya, aku sama si pemilik ini sudah lama kenal dan udah kayak keluarga kali. Lagian si pemilk angkot ini mengerti keadaan si supir karena dia sendiri pernah jadi supir angkot bertahun-tahun lamanya. Makanya dia tau lah bagaimana di lapangan, kayak mana penumpang kalau di hari libur maupun hari biasa. Maka itu perlu menjalin hubungan yang harmonis, agar sama-sama menguntungkan”. T. Pasaribu, Agustus 2010 Selain itu ada juga pemilik angkot yang memberikan kebebasan dan kepercayaan kepada si supir, dimana khusus angkutan kota KPUM trayek 65 hanya sebagian kecil saja yang mempunyai lebih dari 5 angkot. Selainnya hanya mempunyai kurang lebih 3 angkot. Pemilik angkutan kota KPUM 65 yang mempunyai angkot sebanyak 6 enam unit memberi kebebasan kepada supir angkotnya untuk dapat membawa pulang angkutan kotanya. Si supir angkot bisa dengan bebas mau jam 118 berapa saja beroperasi, bisa sampai jam 12 malam tanpa harus menggangu si pemilik angkutan kota untuk menunggu angkotnya pulang. Bisa juga mulai beroperasi dari siang atau dari jam 6 pagi. Angkotnya pun bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari oleh si supir seperti mengantar anaknya kesekolah atau mengantar si istri ke pasar, dan membawa rombongan asalkan tidak keluar kota atau provinsi. Bagi si pemilik yang terpenting adalah setoran wajib diberikan kepadanya, mau tiga hari diberikan atau mau dua hari baru diberikan tidak masalah bagi si pemilik. Terpenting adalah setoran tetap dihitung perhari, jadi supir angkot dapat memberikan setorannya di hari berikutnya tanpa melupakan setoran sebelumnya. Besar setorannya pun berbeda dengan setoran supir angkot yang membawa pulang kembali angkutannya ke pemilik, kalau supir angkot yang membawa pulang angkot ke rumahnya maka dikenai setoran sebesar Rp 100.000hari. Bagi supir yang biasa membawa pulang angkotnya ke si pemilik dikenai setoran sebesar Rp 80.00090.000. Dalam hal ini, si pemilik angkot tidak akan melepaskan begitu saja angkotnya kepada si supir melainkan dilakukan pemantauan. Si pemilik datang kepangkalan untuk melihat situasi angkotnya apakah ada angkotnya yang tidak beroperasi tanpa sepengetahuan si pemilik atau ada angkot yang bermasalah di lapangan, apakah ada angkot yang membawa rombongan ke luar Medan tanpa izin si pemilik, dan lain-lain. Dalam menghindari hal tersebut komunikasi harus berjalan dengan lancar, dan adanya kepercayaan antar kedua belah pihak. Semua itu dilakukan guna mempertahankan hubungan yang tadinya sudah terjalin. 119 Hubungan yang kurang berjalan dengan baik tidak hanya disebabkan oleh sifat dan tingkah laku si supir angkot saja tapi adanya sifat dari si pemilik yang kurang memahami si supir angkotnya. Menurut informan yang bernama Pak’ Poniman terkadang si pemilik angkot terlalu banyak menuntut ini dan itu, yang mengakibatkan para supir angkot tidak mau lagi menjadi supir angkot. “Aku sudah 3 kali pindah dari pemilik angkot yang satu ke pemilik angkot yang lainnya, ini karena si pemilik angkot yang sebelumnya banyak maunya, yang setoran harus tepat waktu lah, ga boleh lecet angkotnya, ga boleh telat waktu membawa pulang angkotnya, dan lain- lain. Ini dikarenakan si pemilik angkot sama sekali buta terhadap situasi di lapangan, dia hanya tau usaha angkutan kota saja seperti membeli angkutan kota dan mencari supir angkot untuk mengoperasikan angkotnya dan menunggu setoran datang. Hal tersebut membuat aku malas untuk bekerja dengan pemilik angkot kayak itu, makanya aku berhenti aja terus cari pemilik angkot lain yang membutuhkan supir angkot”.Poniman, September 2010 Dalam hal ini, si pemilik angkot hanya memikirkan bagaimana mengembalikan modal angkutan kotanya. Bila setiap hari disetor Rp 90.000 selama kurang lebih 3 tahun bisa kembali modal yang digunakan untuk membeli angkutan kota tersebut. Si pemilik angkot yang tidak berpengalaman di lapangan dan tidak mengetahui kondisi di lapangan tidak akan mengerti bagaimana supir angkot di lapangan berusaha keras bersaing dengan supir angkot yang lainnya untuk memperoleh penumpang. Hal inilah yang membuat hubungan kurang berjalan dengan baik. Tidak hanya masalah dari si pemilik angkot itu saja, tapi juga dari si supir angkot. Kadang supir angkot suka-sukanya membawa angkot membawa rombongan kota seperti kabanjahe, berastagi tanpa ada izin dari si pemilik angkot, tanpa ada SPJ sampai ke luar tidak memberikan setoran ke pemilik angkot dengan berbagai alasan dan terus berulang, dan sering membuat masalah di lapangan seperti konflik dengan supir lain yang mengakibatkan si pemilik angkot 120 turun tangan karena angkotnya yang dipergunakan si supir 18 Kata-kata ini merupakan kutipan yang penulis ambil dari wawancara dengan supir angkot KPUM trayek 65. Kebanyakan mandor angkutan kota dapat menyekolahkan anaknya sampai kejengjang yang paling tinggi kuliah, sedangkan sebagian supir angkutan kota yang kerjanya hanya sebagai supir dan . Berdasarkan hal tersebut lah kepercayaan harus dapat tercipta dan terjalin dengan baik, membangun kepercayaan tidak semudah membalikan telapak tangan, tapi tetap harus tercipta agar hubungan si pemilik angkot dan supir bisa harmonis, dan kedua belah pihak dapat menjalin silaturahmi yang baik.

4.1.4. Hubungan Mandor dan Supir Angkutan Kota KPUM Trayek 65