Masalah dan Latar Belakang

18 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Masalah dan Latar Belakang

Tingginya mobilitas manusia dari satu tempat ke tempat yang lain menyebabkan sektor transportasi memegang peranan yang sangat signifikan di dalam kehidupan rutinitas kota. Hal ini dikarenakan transportasi sebagai salah satu kebutuhan manusia untuk memindahkan orang dan atau barang dari tempat asal ke tempat tujuan, seperti dari rumah ke kantor, ke tempat pertemuan, ke sekolah, ke pasar, dan sebagainya. Sebagian besar masyarakat pengguna transportasi adalah pegawai, pelajar, pedagang, dan sebagainya. Alat transportasi yang digunakan para pemakai jasa tersebut ada dimiliki sendiri, berupa kendaraan pribadi, baik roda dua maupun roda empat, tetapi ada pula yang tidak memilikinya sehingga harus menggunakan angkutan penumpang dengan angkutan umum. Angkutan penumpang dengan angkutan umum adalah angkutan penumpang dengan menggunakan kendaraan umum dan dilaksanakan dengan sistem sewa atau bayar Suwardjoko, 2002: 38. Angkutan umum dengan sistem sewa disebut dengan angkutan umum massal yaitu layanan jasa angkutan yang memiliki trayek dan jadwal tetap; contohnya adalah bus bus besar, bus sedang, mini bus dan kereta api. Jenis angkutan ini bukan melayani permintaan melainkan menyediakan layanan tetap, baik jadwal, tarif maupun lintasannya. Masing-masing mempunyai pola layanan dan kebutuhan yang berbeda-beda. 19 Keduanya dapat berfungsi secara bersama-sama di sebuah kota. Angkutan umum dengan sistem sewa yaitu pelayanan jasa angkutan yang dapat dimanfaatkan oleh setiap orang berdasarkan ciri tertentu, misalnya tarif dan rute 1 , tidak memiliki trayek 2 Angkutan umum yang dimaksud oleh penulis adalah angkutan umum massal jenis mini bus yaitu angkutan kota dan jadwal yang tetap; contohnya adalah Taksi Soegijoko, 1991: 6. 3 Berdasarkan data dari Dinas lalu Lintas dan Angkutan Jalan DLLAJ: 2004 Kota Medan saat ini dilayani oleh angkutan kota angkot sebanyak 8.930 armada dengan melintasi 249 trayek yang beroperasi setiap hari. Jumlah angkutan kota yang ada tidak sebanding dengan jumlah penduduk . Angkutan kota yang kemudian disebut dengan istilah angkot sudah menjadi kebutuhan utama dalam mendukung kehidupan sehari-hari bagi sebagian besar masyarakat di Medan. Angkutan kota mempunyai peranan penting dalam mendukung aktivitas dan mobilitas penduduk sehari-hari di suatu perkotaan. Baik buruknya keadaan angkutan umum dan transportasi di suatu perkotaan merupakan cerminan baik buruknya sistem kota dan pemerintahannya. 4 1 Rute adalah jarak atau arah yang harus diturut ditempuh, dilalaui dan merupakan jalur angkutan di Medan yang yang menghubungkan dua tempat http:kamus.sabda.orgkamusrute 2 Trayek adalah lintasan kendaraan umum untuk pelayanan jasa angkutan orang dengan mobil bus, yang mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap, lintasan tetap dan jadwal tetap maupun tidak berjadwal dalam Peraturan Daerah Kota Medan Nomor: 33 tahun 2002 Tentang Retribusi Pelayanan dan izin di Bidang perhubungan 3 Angkutan Kota adalah pemindahan orang danatau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan angkutan dari satu tempat ke tempat lain dalam satu daerah kota atau wilayah ibukota Kabupaten dengan menggunakan mobil bus umum atau mobil penumpang umum yang terikat dalam trayek Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM. 35 tahun 2003 tentang Penyelenggaraab Angkutan Orang di Jalan Dengan Kendaraan Umum 4 Laju pertumbuhan rata-rata sebesar 0,87 dan jumlah kepadatan penduduk kota Medan per kilometer rata-rata sebesar 7.798 jiwakm2. 20 mencapai 2.067.288 jiwa. Sebagian besar dari jumlah penduduk kota Medan tersebut menggunakan jasa angkutan kota sehingga mengharuskan pemerintah untuk menyediakan armada angkot serta jumlah trayek yang lebih banyak. Banyaknya peminat pengguna jasa angkutan kota disebabkan karena angkutan kota memiliki kriteria ideal Herry Lubis, 2005:14, yaitu: • Keandalan : Setiap saat tersedia, kedatangan dan sampai tujuan tepat waktu, waktu total perjalanan singkat dari rumah, tidak perlu berpindah kendaraan. • Kenyamanan : Pelayanan yang sopan, terlindung dari cuaca buruk di bus stop, mudah turun naik kendaraan, tersedia tempat duduk setiap saat, tidak bersesak-sesak, interior yang menarik, tempat duduk yang enak. • Keamanan : Terhindar dari kecelakaan, badan terlindung dari luka benturan, bebas dari kejahatan. • Murah : Ongkos relatif murah terjangkau. • Waktu perjalanan : Waktu di dalam kendaraan singkat. • Efisiensi: Meliputi kecepatan rata-rata yang tinggi dengan waktu berhenti minimum serta terbebas dari tundaan lalu lintas, jumlah hentian yang memadai untuk jarak berjalan minimum, jadwal dan titik transfer yang terkoordinasi agar tidak repot serta rute yang langsung, jika perlu layanan yang cepat patas atau khusus jika memang layak http:repository.usu.ac.idbitstream123456789166351atr-des2005- 2201oke.pdf. 21 Kriteria angkutan kota ideal dan kebutuhan akan jumlah angkutan kota ini tidak sepenuhnya dijalankan dalam pengoperasian angkot, sehingga mengharuskan pemerintah untuk lebih serius mengelola angkutan kota sebaik mungkin. Salah satunya adalah dengan melakukan peremajaan 5 Tuntutan akan hal tersebut dapat terpenuhi bila penyediaan armada angkutan penumpang umum berada pada garis yang seimbang dengan permintaan jasa angkutan kota dan memiliki terminal yang selayaknya. Pada kenyataan aktualnya, keadaan operasi atau pengoperasian angkot saat ini belum menunjukkan arah perbaikan dan malah menimbulkan kesemrawutan . Peremajaan itu perlu untuk kenyamanan dan melindungi para pengguna angkutan, karena pelayanan dan keselamatan penumpang itu sangat penting. Dalam kondisi seperti ini, pengguna kendaraan angkot yaitu masyarakat menghendaki adanya tingkat pelayanan yang cukup memadai, baik waktu tempuh, waktu tunggu, maupun keamanan dan kenyamanan yang terjamin selama dalam perjalanan. 6 Keadaan ini mendatangkan berbagai reaksi dari banyak pihak, dari hasil . 5 Berita Waspada Online 02112009 menyebutkan bahwa pemerintah kota Medan sudah melakukan peremajaan terhadap angkutan kota angkot. Kepala Bidang Angkutan Umum Dinas Perhubungan Sumatera Utara, Thomas Andrian mengatakan, kendaraan yang sudah berusia 17 tahun harus segera diremajakan dengan batas toleransi peremajaan selama tiga tahun. Banyak angkutan umum di Medan sudah berusia di atas 17 tahun dan masih tetap beroperasi, kendaraan yang sudah berusia 17 tahun harus segera diremajakan. http:www.waspada.co.idindex.php?option=com. Dalam Bisnis Indonesia 21052010 “Angkot Tua Medan mulai diremajakan”, Ketua Umum KPUM T.Ferdinan Simangunsong menyatakan koperasi yang dipimpinnya tahun ini berencana meremajakan angkot yang sudah tua yang diperhitungkan sebanyak 500 unit. 6 Maulana Pohan, mantan Ketua Bappeda Pemkot Medan menegaskan butuh waktu untuk menbenai sistem angkutan kota di Medan, sehingga tidak sesemraut saat ini. Membenahi sistem lalu lintas di Medan butuh waktu minimal 10 tahun. Tidak mungkin seluruh angkutan kota diganti sekaligus dengan angkutan bus bermuatan besar http:www.sumatrabisnis.comindustritransportasi1id5649.html 22 penelitian yang didukung oleh sumber-sumber berita dan dari berbagai media massa penulis menemukan banyak tanggapan akan kesemrawutan angkot yang menggangu kenyamanan masyarakat. Berhenti seenaknya saja, melanggar aturan lampu persimpangan lampu merah kadang diterobos begitu saja, lampu hijau bisa berhenti bila perlu misalnya menaikan penumpang, mendahului kendaraan lainnya tanpa mempertimbangkan lalu lintas, rute yang tumpang tindih tidak sebanding dengan permintaan penumpang, dan ngetem 7 Kesemrawutan angkutan kota ini tidak hanya terjadi di kota Medan saja, tetapi di kota –kota lain yang jumlah penduduknya lebih dari 1.000.000 jiwa. Contohnya saja di Jakarta dan Surabaya di pinggiran jalan. Munculnya terminal bayangan atau terminal liar juga menyebabkan kemacetan lalu lintas. Kondisi seperti ini tentu menggambarkan bagaimana kondisi kota Medan yang semrawut dan didalamnya ada berbagai macam kepentingan oknum- oknum yang terlibat. 8 7 Tem merupakan tempat berhenti angkutan, biasanya tempat dimana banyak calon penumpang. Ngetem istilah yang digunakan untuk menjelaskan tindakan angkot yang berhenti pada suatu tempat tertentu untuk menunggu penumpang. Misalnya di terminal pinang baris, biasanya angkutan 65 KPUM ngetem di terminal untuk menunggu penumpang, di simpang sumber kampus USU angkot banyak ngetem di simpang tersebut karena penumpangnya kebanyakan dari kalangan mahasiswa. . Di Jakarta kesemrawutan lalu lintas tidak lepas dari kurangnya disiplin pengemudi, baik kendaraan pribadi maupun angkutan umum. Banyaknya angkutan umum ngetem di sembarang tempat penyebab kemacetan yang sulit tertangani. Serta pengemudi angkutan yang 8 Angkutan kota di Surabaya memang banyak sekali, sehingga sering terjadi kesemrawutan di sana – sini., seperti keadaan terminal yang semrawutan dan kadang sopir angkot memarkir angkotnya di depan rambu dilarang berhenti http:kompas-saviourmen.blogspot.com 23 membandel, dan membuat masyarakat atau pengendara lainnya gerah http:www.poskota.co.idberita-terkini20100522angkutan-umum-biangkeladi- macet-jakarta 9 Pertama, masalah kesemrawutan angkutan kota berkaitan dengan pengoperasian . Pengoperasian angkutan kota tersebut tidak berjalan sebagaimana dengan semestinya. Masih banyak kekurangan dan kelalaian, seperti dalam penataannya, kedisplinan supir, dan pengoperasian angkotnya. Pengoperasian angkutan kota sering tertuding sebagai penyebab utama kemacetan dan kecelakaan lalu lintas, yang menimbulkan kerugian yang besar dan kepanikan berlalulintas. Pengemudi angkot menganggap mereka sebagai raja jalanan sebab telah terkonsep dalam pikiran mereka bahwa harus kejar setoran tanpa memikirkan tata tertib berlalulintas. Contoh di atas telah banyak terjadi di Medan dan sudah tidak asing lagi bagi pengemudi angkot dan penumpangnya. Angkutan kota, pengoperasian dan organisasi merupakan lingkaran setan yang saling berhubungan dan di dalamnya terdapat aturan-aturan normatif karena adanya relevansi antar sesama. Dari berbagai masalah yang ada penulis menggolongkan kedalam tiga penjelasan: 9 Minimnya kesadaran pengemudi angkutan umum terbukti dari tingginya jumlah kedaraan yang ditindak dalam Operasi Simpatik Jaya 2010 yang digelar jajaran Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya dalam kurun waktu 12 April hingga 1 Mei 2010. Tercatat 33.469 angkutan umum ditilang karena ngetem sembarangan. Sedangan jumlah angkutan umum ada 859.692, terdiri dari bus kecil dan sedang. Kombes Pol Condro Kirono, Dirlantas Polda Metro Jaya, mengatakan, dalam kegiatan rutin itu, aparatnya menilang 56.750 kendaraan dan menegur 29.4754 pengendara. Rincian: 33.469 angkutan umum, 30.140 pengendara sepeda motor dan 17.652 kendaraan pribadi. Juga, 647 motor dan 61 mobil disita. “Jumlah angkutan umum yang ditindak lebih tinggi ketimbang kendaraam lainnya,” jelas Condro, Jumat 215 24 angkotnya yaitu penetapan jalur trayek. Masalah penetapan jalur trayek merupakan salah satu masalah yang sangat penting mengingat pemerintah harus menetapkan jalur trayek yang dapat menjangkau sejauh dan sebanyak mungkin pengguna jasa angkot dengan mempertimbangkan faktor muatan angkot. Misalnya saja jalur ke Belawan yang memang harus melalui Jalan Yos Sudarso, membuat jalur ini penuh oleh semua angkot jurusan Belawan. Kalaupun terjadi kemacetan di ruas jalan tertentu tersebut, di luar tidak disiplinnya pengendara dalam berlalu lintas, juga karena memang banyak permintaan kendaraan dijalur tersebut. Penetapan jalur trayek juga berkaitan dengan masalah biaya angkot. Dalam hal ini pemerintah harus menetapkan sebijaksana mungkin agar perubahan trayek yang ditetapkan tidak menyebabkan masyarakat harus mengeluarkan biaya tambahan atas jasa angkutan yang digunakan. Kedua, masalah yang muncul juga berkaitan dengan bagaimana angkutan kota tersebut dapat beroperasi. Melalui hasil penelitian, penulis memperoleh informasi dari informan Pak’Malau pemilik angkot KPUM trayek 65 bahwa dalam proses operasional angkutan kota, jika seseorang ingin mempunyai usaha dalam bidang angkutan KPUM dengan syarat mempunyai angkutan minimal 1 kendaraan harus terlebih dahulu mendatangi koperasi dan membayar biaya admistrasi yang telah ditetapkan koperasi. Misalnya si pemilik angkot ingin masuk trayek 1 Sambu-Pinang Baris maka pihak koperasi akan mengurus izin trayek kepada Dinas Perhubungan Kota Medan. Setelah itu pihak Dishub akan melakukan survey lapangan untuk melihat apakah trayek tersebut tidak menggangu trayek yang lain. Apabila telah disetujui maka koperasi akan memperoleh izin trayek dan 25 menyerahkannya ke pemilik angkutan. Angkutan trayek KPUM berbeda dengan angkutan Rahayu, Mars, Morina, Nasional, Mini, Mitra. Angkutan KPUM terikat dengan adanya koperasi KPUM Koperasi Pengangkutan Umum Medan, dan ada banyak pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Sedangkan angkutan dengan tipe yang lain tidak mempunyai koperasi dan tidak terikat. Angkot dengan tipe Rahayu masuk dalam PT RMC, angkot trayek MINI masuk dalam CV Mini, begitu juga dengan angkot yang lain. Maka dari itu segala bentuk aturan, setoran ataupun keuntungan semuanya dikuasai oleh perusahaan angkutan kota dan tidak adanya koperasi Ketiga, masalah ini juga berkaitan dengan penyelenggaraan angkutan kota yaitu bagaimana caranya supaya keamanan penggunan angkot tersebut dapat ditingkatkan. Kenyamanan merupakan salah satu unsur yang sering kali tidak diperhatikan. Bagi pengguna jasa sampai di tempat tujuan merupakan hal yang paling penting, sehingga terkadang tidak peduli harus mengalami ketidaknyamanan yang tidak menyenangkan, misalnya harus berdesak-desakan di dalam angkot dan kadang yang tadinya muatan penumpang 86 dijadikan 87 10 10 Istilah yang ada dalam pengoperasaian angkutan umum yang berkaitan dengan muatan jumlah penumpang, maksudnya bangku yang berada di belakang supir muatannya adalah 8 orang sedangkan bangku yang sejajar pintu muatannya 6 orang. Tetapi pada kenyataanya muatan yang seharusnya 6 orang bisa dijadikan menjadi 7 orang . Ada juga yang harus bergelantungan di pintu angkot. Dilain pihak, bagi penyelenggara angkot kenyamanan tidak penting yang paling penting adalah mencapai target setoran yang harus disetor setiap hari, jika masih ada calon penumpang yang membutuhkan angkutan, tetap diangkut. 26 Pada dasarnya para supir angkutan kota merupakan anggota dalam satuan sosial atau organisasi, dan dalam organisasi tersebut berlaku aneka norma yang telah disosialisasikan kepada para anggotanya. Dalam melakukan berbagai peran dalam bertindak para supir angkot dituntut untuk mengikutinya. Akibatnya, pengemudi angkot mempunyai prinsip atau budaya hidup yang berbeda dengan pekerja lain dan mendapat respon yang beragam di masyarakat. Masyarakat umum menginginkan angkutan yang baik, tetapi masyarakat tidak memiliki kemampuan yang sama dalam perjalanan atau akses yang sama dalam sistem transportasi, padahal secara hukum Negara masyarakat mempunyai hak dan kewajiban dalam sistem angkutantransportasi yang tercantum dalam UU No. 22 tahun 2009, paragraf 3 pasal 216 ayat 1 dan 2, pasal 217. Sudah saatnya masyarakat diminta mengevaluasi pelayanan angkutan umum. Keterbatasan semakin tampak nyata sementara problem yang muncul semakin parah, di mana keterlambatan antisipasi dapat menyebabkan dampak yang serius seperti dalam pengoperasian angkot. Pengoperasian angkutan kota ini tidak lepas dengan adanya aturan formal dan non formal aturan main dalam organisasi setiap trayek. Aturan formal, yait aturan Negara yang mengatur tentang pengoperasian angkutan kota ini tercantum dalam Undang-Undang UU No.22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan serta Peraturan Daerah Perda No.12 Tahun 2003 Tentang Lalu Lintas, Kereta Api dan Angkutan Jalan. Aturan Negara yang ada dalam pengoperasian angkot ini pun kadang diabaikan begitu saja oleh pihak-pihak yang bersangkutan, walaupun hukum atau aturan tersebut merupakan aturan yang telah 27 ditetapkan oleh Negara karena pengemudi angkot tersebut juga harus memberikan retribusi organisasinya. Setiap angkutan kota memiliki organisasi yang berbeda-beda dan mempunyai aturan sendiri dan aturan tersebut diberlakukan kepada supir angkot, pemilik angkot dan pihak lainnya. Aturan yang ada merupakan kemajemukan hukum dalam pengoperasian angkutan kota. Secara umum kemajemukan hukum didefinisikan sebagai situasi dimana terdapat dua atau lebih sistem hukum yang berada dalam suatu kehidupan sosial. Kemajemukan hukum dalam pengoperasian angkutan kota tersebut terkait dengan adanya interaksi antara aturan lapangan, aturan bersama dan aturan Negara dalam pengoperasian angkot. Hal-hal tersebutlah yang membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan mengetahui lebih dalam mengenai aturan atau hukum yang berhubungan dengan pengoperasian angkutan kota yang ditetapkan oleh Negara dan hukum di luar hukum formal pengoperasian angkutan kota serta perilaku pihak-pihak terkait terhadap aturan-aturan tersebut.

1.2 Tinjauan Pustaka