Respon Penumpang terhadap Keberadaan Angkutan Kota di Medan

152

4.4.1 Respon Penumpang terhadap Keberadaan Angkutan Kota di Medan

Kota Medan mempunyai armada angkot yang melebihi dari kebutuhan penumpang. Pada tahun 2010 Jumlah armada yang belum direalisasi adalah 15.547 armada, setelah direalisasi jumlah armada adalah 8.552. Jumlah armada yang ada di Medan ini mulai tidak seimbang dengan jumlah penduduk yang menggunakan jasa angkutan kota,dikarenakan penduduk di Medan sudah dominan menggunakan kendaraan pribadi seperti sepeda motor, dimana uang muka untuk membeli sepeda motor sudah murah dan kalangan bawah pun dapat membeli sepeda motor. Belum lagi becak bermotor semakin berkembang di Medan, yang juga menjadi saingan bagi seluruh supir angkot, akibatnya kendaraan di jalanan Kota Medan semakin bertambah dan macet. Masyarakat merespon bahwa keberadaan angkutan kota di Medan sudah tidak terarah lagi dan menimbulkan kesemrawutan, seperti yang dikatakan oleh Widiya: “..kadang benci juga aku lihat keberadaan angkot ini, suka-suka hatinya aja klo dijalanan, contohnya saja disekitar jalan iskandar muda depan Medan Plaza angkot-angkot yang buat macet, padahal sudah dilarang polisi, tapi masih saja ngetem sembarangan. Medan memang terkenal lah dengan kesemrawutan angkutannya dan orang-orangnya tidak mematuhi tata teretib lalu lintas..”Widiya September 2010 Kesemrawutan angkot di Medan semakin merajalela, para supir angkot dengan sesukahatinya menghentikan angkotnya dan mengetem sembarangan. Persaingan antar angkot pun juga menjadi penyebab kesemrawutan di Medan. Bayangkan saja satu trayek terdapat puluhan armada dari berbagai perusahaan angkutan, ini dikarenakan pihak tertentu yaitu Dishub memberikan izin trayek kepada usaha angkutan tanpa memperhatikan kondisi di jalan, dan jumlah angkot dalam trayek tersebut. Hal ini terjadi karena ada hubungan tertentu antara Dishub 153 dengan para pengusaha angkot. Para pengusaha angkot menyediakan armada angkotnya dan menunggu izin trayek dari Pemko melalui pihak Dishub, akibatnya jumlah angkot tidak seimbang dengan masyarakat yang menggunakan jasa angkutan tersebut. Pada akhirnya para supir angkot terpaksa kejar-kejaran dengan angkot lainnya demi mencari penumpang. Keberadaan angkot di Medan harus lebih direalisasikan lagi demi menghindari terjadinya kesemrawutan dan ketidakseimbangan armada. Perkotaan dapat berkembang dengan baik bila sektor transportasi berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya. Sayangnya, keberadaan angkutan kota di daerah pelosok atau pinggiran masih belum terjangkau, masyarakat yang ada di daerah pelosok merasa kesulitan dalam melakukan aktifitasnya sehari-hari. Mereka harus jalan beberapa meter dari tempat tinggalnya untuk memperoleh sarana angkutan kota, contohnya di daerah pinggiran Sunggal, Marelan, dan lain-lain. Angkutan kota merupakan sarana yang terpenting bagi masyarakat yang berada di daerah pelosok atau pinggiran Kota Medan. Kenyataannya malah angkutan kota berkembang dengan pesat di daerah Kota Medan, yang sebagian besar masyarakatnya sudah beralih menggunakan kendaraan pribadi sepeda motor, mobil, becak bermotor, dan taksi.

4.5 Analisa Hasil Penelitian