43 kepustakaan berupa buku-buku teori, artikel, laporan penelitian, jurnal, opini dari
surat kabar, majalah dan dari media Online. Sebagai bahan informasi sekunder, penulis menggunakan dokumentasi
visual untuk lebih menguatkan data dari hasil observasi dan wawancara. Bahan atau peralatan yang digunakan untuk mendukung dokumen visual ini disajikan
dalam bentuk foto. Gambar visual foto yang dihasilkan digunakan sebagai bukti yang dapat dilihat oleh semua orang dan sebagai data pelengkapa yang paling
akhir
1.6.2 Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif yang menganalisa tentang kemajemukan hukum dalam
pengoperasian angkutan kota di Medan. Analisa data dilakukan dengan mengorganisasikan data hasil observasi dan wawancara ke dalam pola, kategori,
dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema. Setelah semua data terkumpul selanjutnya dibandingkan serta di cari hubungan-hubungan yang saling
terkait satu dengan yang lainnya. Dengan cara ini diharapkan akan ditemukan konsep dan kesimpulan yang menjelaskan laporan atau hasil penelitian yang
disusun secara sitematis
1.6.3 Pengalaman dalam Penelitian
Untuk mendukung pengumpulan data yang lebih akurat, penulis mendeskripsikan secara sederhana bagaimana pengalaman dan kendala selama
44 melakukan penelitian. Hal ini merupakan bagian dari penelitian antropologis,
karena pengalaman dalam penelitian dapat membantu penyempurnaan data lapangan. Pengalaman Pengalaman penelitian di lapangan selama penyusunan
skripsi ini memberikan sesuatu hal yang baru bagi penulis, dimana selama penelitian ada serunya dan ada kendalanya.
Penelitian yang dimulai dari pengurusan surat-surat penelitian dan terjun langsung ke lapangan memberi pelajaran baru bagi penulis. Selama melakukan
penelitian, penulis menghadapi orang-orang yang selama ini belum pernah penulis hadapi kecuali supir angkot. Berbicara langsung dengan seketaris KPUM dan
Kepala bagian angkutan darat Dishub memberikan kesan tersendiri bagi penulis, suasana wawancara pun berjalan seperti teman, akrab dan diiringan candaan.
Wawancara dilakukan ketika informan tersebut mempunyai waktu kosong dan tidak menggangu pekrjaannya.
Wawancara dengan supir angkot juga memberikan kesan yang tidak bisa dilupakan. Pagi hari sebelum mengoperasikan angkotnya, penulis diajak ke
pangkalan Tembung untuk dikenali ke sesama supir angkot dan mandor. Penulis juga diajak minum teh manis dan makan pisang goreng gratis. Selama mengikuti
supir angkot di lapangan, penulis tidak membayar ongkos, dan duduk di depan samping supir, hal ini karena supir angkot merasa senang diwawancari dan bagi
mereka orang luar yang bukan berprofesi sebagai supir angkot harus merasakan bagaimana menjadi supir angkot, termasuk penulis. Penulis berpakaian biasa saja
dan menggunakan sandal jepit selama ke lapangan dan sebagai kenek si supir angkot selama mengoperasikan angkotnya. Uang yang diperoleh pun sama-sama
45 kami hitung. Waktu pengisian bensin, penulis yang bertugas memberikan uang
kepada si tukang bensin tersebut. Kondisi yang seperti ini membantu penulis memperoleh informasi yang akurat dan mengalir begitu saja. Selain itu, secara
kebetulan salah satu penumpang yang ada di angkot tersebut adalah mantan preman setempat yang sering mengutip kutipan liar. Penulis pun iseng-iseng
bertanya kepada penumpang tersebut dan akhirnya informsi yang didapat pun sangat bermanfaat.
Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan penelitian yakni pada saat memperoleh data dan wawancara, dimana penulis merasa kesulitan memperoleh
data dari Dinas Perhubungan lantaran informan yang akan penulis wawancarai selalu sibuk karena sedang membuat proyek baru dalam mengatasi kesemrawutan
angkot di Medan. Kesabaran penulis pun diuji, butuh waktu 3 minggu untuk memperoleh data dari Dinas perhubungan. Hal lain yang menjadi kendala adalah,
ikut serta dalam pengoperasian angkot KPUM trayek 65, jadwal operasi yang dimulai dari jam 6 pagi ini lah yang membuat penulis terlambat ikut serta dalam
pengoperasiannya dari awal. Penulis terus berusaha dan akhirnya bisa ikut serta dari awal keberangkatan sampai 3 kali trip, dan penulis pun berusaha untuk
menggunakan bahasa pasaran dalam mewawancari supir angkotnya. Penulis tidak memperoleh banyak data visualisasi foto supir angkot selama mengoperasikan
angkotnya, karena supir angkotnya tidak mau difoto. Hasilnya penulis hanya bisa menggambil gambar secara diam-diam.
Mencari informasi dari mandor juga mengalami kendala, karena para mandor yang akan diwawancarai merasa curiga, bila ditanyai tentang penghasilan
46 atau sistem kerja yang mereka lakukan. Mereka tidak mau diganggu selama
bekerja dan hanya dikasih kesempatan sebentar untuk melakukan wawancara. Butuh cara ekstra untuk menjelaskan tujuan penulis melakukan wawancara
dengan mandor-mandor tersebut. Disamping, kendala tersebut, penulis lebih mudah memperoleh data visualisasi foto dengan mandor selama melakukan
wawancara, karena informan tersebut dengan senang hati di foto.
1.7 Lokasi Penelitian