Analisis daya saing beras pandan wangi dan varietas unggul baru (Oryza sativa) (Kasus Desa Bunikasih Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat)
ANALISIS DAYA SAING
BERAS PANDAN WANGI DAN VARIETAS UNGGUL BARU
(
Oryza sativa
)
(Kasus Desa Bunikasih Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat)
Oleh
RESTU EDIANUR ROHMAN A14105594
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
(2)
“...Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan),
tetaplah bekerja keras (untuk urusan lain). Dan hanya kepada Tuhanmu lah engkau berharap...”
(3)
RINGKASAN
Restu Edianur Rohman. Analisis Daya Saing Beras Pandan Wangi Dan Beras Varietas Unggul Baru (Oryza sativa) Kasus Di Desa Bunikasih, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat (Di Bawah Bimbingan Eka Intan Kumala Putri)
Pada era perdagangan bebas yang semakin kompetitif dewasa ini, pemahaman mengenai daya saing komoditi-komoditi unggulan menjadi penting untuk dipahami oleh setiap negara. Setiap negara harus bersiap diri dengan meningkatkan kualitas maupun kuantitas produk-produk unggulannya guna meningkatkan daya saing produk-produknya. Hal tersebut penting dilakukan, agar produk-produk domestik mampu bertahan dari masuknya produk-produk asing ke dalam negeri. Dimasa mendatang kebijakan ekonomi yang bersifat distorsif secara bertahap akan dihilangkan, sebagai akibatnya adalah banyak produk-produk asing dapat masuk secara bebas ke dalam pasar domestik.
Hal itu pun belaku bagi komoditas beras, sebagai komoditi pangan strategis di Indonesia. Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam AFTA (ASEAN Free Trade Area) harus berusaha meningkatkan daya saing komoditas berasnya, karena beberapa negara wilayah di Asia memiliki keunggulan dalam memproduksi beras. Upaya peningkatan daya saing komoditas beras di Indonesia dapat ditempuh melalui beberapa cara, diantaranya adalah pengembangan varietas unggul lokal dan penggunaan benih unggul nasional dalam usaha budidaya padi. Dengan mengetahui daya saing komoditas kedua komoditas beras tersebut, maka akan diketahui apakah komoditas beras Indonesia dapat bersaing dengan komoditas beras dari negara lain. Kebijakan-kebijakan pemerintah diterapkan dengan tujuan agar komoditas padi memiliki daya saing yang lebih baik. Maka munculah pertanyaan, bagaimana dampak kebijakan pemerintah terhadap pengusahaan padi varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru, khususnya di Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur?.
Di dalam penelitian ini terdapat dua tujuan. Tujuan pertama adalah menganalisis daya saing dan dampak kebijakan pemerintah terhadap usahatani padi varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru. Kemudian tujuan yang kedua adalah menganalisis daya saing usahatani padi varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru akibat adanya perubahan variabel penerimaan dan variabel biaya.
Penelitian ini dilaksanakan di desa Bunikasih Kecamatan Warung-kondang, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan sentra produksi beras Pandan Wangi dan merupakan salah satu desa yang pertama kali mengembangkan budidaya padi varietas Pandan Wangi. Selain budidaya padi Pandan Wangi, di daerah tersebut pun berpotensi untuk membudidayakan padi Varietas Unggul Baru, itu terlihat tidak sedikit petani di tempat penelitian membudidayakannya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Mei 2008. Alat analisis yang digunakan untuk mengetahui dayasaing suatu komoditi dan dampak kebijakan pemerintah terhadap komoditi tersebut yaitu Policy Analysis Matrix (PAM). Analisis sensitivitas digunakan untuk mengetahui dampak perubahan-perubahan variabel biaya dan variabel penerimaan terhadap daya saing kedua komoditi.
Hasil penelitian menunjukkan pengusahaan beras Pandan Wangi dan beras Varietas Unggul Baru di desa Bunikasih Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif. Ini digambarkan dari nilai indikator efisiensi pengusahaan kedua varietas yaitu nilai PCR dan DRC yang bernilai kurang dari satu. Selain itu, pengusahaan kedua komoditi tersebut memberikan keuntungan baik secara finansial dan ekonomi. Ini tercermin dari nilai KP dan KS yang bernilai positif. Nilai KP untuk Pandan Wangi adalah Rp. 19.435.791,94 per hektar per tahun sedangkan
(4)
untuk beras Varietas Unggul Baru adalah Rp. 6.608.066,69 per hektar per tahun. Nilai KS untuk Pandan Wangi Rp. 91.299.286,92 per hektar per tahun, sedangkan pada beras Varietas Unggul Baru mencapai Rp. 42.280.563,87per hektar per tahun. Kebijakan pemerintah terhadap input dan output secara keseluruhan berdampak menghambat produsen untuk berproduksi atau dengan kata lain kebijakan ada belum berjalan secara efektif. Hal tersebut tercermin dari nilai EPC kedua komoditas yang kurang dari satu. Nilai EPC untuk beras Pandan Wangi adalah 0,50 dan untuk beras Varietas Unggul Baru adalah 0,73.
Hasil analisis sensitivitas menunjukkan jika terjadi penurunan output sebesar 20 persen, komoditas beras Pandan Wangi masih tetap memiliki daya saing dan tetap memberikan keuntungan secara finansial maupun ekonomi. Namun, kondisi berbeda dialami oleh komoditas beras Varietas Unggul Baru, komoditas ini kehilangan keunggulan kompetitifnya dan secara finansial komoditas ini tidak memberikan keuntungan pada saat terjadi perubahan. Kondisi demikian pun terjadi pula pada saat terjadi penurunan jumlah output yang diikuti oleh peningkatan harga pupuk anorganik dan penurunan harga output serta penurunan biaya imbangan lahan. Pada kondisi dimana terjadi kenaikan harga input pupuk sebesar 16,67 persen dan pada saat terjadi penurunan harga output dan biaya imbangan penggunaan lahan sebesar 12 persen kedua komoditi masih tetap memiliki daya saing dan tetap layak diusahakan baik secara finansial dan maupun ekonomi.
Hasil analisis sensitivitas berdasarkan perubahan 16 persen pada masing-masing variabel, menunjukan bahwa pengusahaan kedua komoditi beras yang dianalisis lebih peka terhadap perubahan harga jual output. Sedangkan variabel perubahan jumlah output merupakan variabel yang paling berpengaruh kedua setelah perubahan harga output pada pengusahaan beras Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru.
Secara keseluruhan komoditas beras Pandan Wangi memiliki daya saing yang lebih baik jika dibandingkan dengan komoditas beras Varietas Unggul Baru. Selain itu, berdasarkan simulasi-simulasi yang dilakukan, daya saing beras Pandan Wangi lebih tahan terhadap perubahan jika dibandingkan dengan Varietas Unggul Baru. Kondisi demikian terjadi akibat harga output Pandan Wangi yang lebih tinggi dari harga beras Varietas Unggul Baru dan disebabkan pula oleh besarnya biaya total yang digunakan dalam pengusahaan beras Varietas Unggul Baru selama satu tahun lebih tinggi dari biaya total pengusahaan beras Pandan Wangi. Oleh karenanya, tidaklah berlebihan jika beras Pandan Wangi oleh Dinas Pertanian Kabupeten Cianjur disebut dengan Varietas Unggul Tahan Harga (VUTH).
(5)
ANALISIS DAYA SAING
BERAS PANDAN WANGI DAN VARIETAS UNGGUL BARU
(
Oryza sativa
)
(Kasus Desa Bunikasih Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat)
Oleh
RESTU EDIANUR ROHMAN A14105594
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
(6)
Judul : Analisis Daya Saing Beras Pandan Wangi Dan Varietas Unggul Baru (Oryza sativa) (Kasus Desa Bunikasih Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat)
Nama : Restu Edianur Rohman NRP : A 14105594
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, Ms. NIP : 131 918 659
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, MAgr NIP : 131 124 019
(7)
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS DAYA SAING BERAS PANDAN WANGI DAN BERAS VARIETAS UNGGUL BARU (Oryza sativa) (KASUS DI DESA BUNIKASIH, KECAMATAN WARUNGKONDANG, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT)” MERUPAKAN HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SEMUA SUMBER DAN DATA INFORMASI YANG BERASAL ATAU DIKUTIP DARI PENULISAN LAIN TELAH DISEBUTKAN DALAM NASKAH DAN DICANTUMKAN DALAM DAFTAR PUSTAKA.
Bogor, 2008
Restu Edianur Rohman A14105594
(8)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Garut, Jawa Barat, pada tanggal 21 Januari 1985 sebagai anak pertama dari dua bersaudara, putra dari pasangan Bapak Edi Rustandi dan Ibu Neneng Yeti Nurwiati.
Penulis memulai pendidikannya di Sekolah Dasar Negeri VII Gunung Batu pada tahun 1990 dan lulus pada tahun 1996. Penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya di SLTP Pembangunan I Bogor hingga tahun 1999. Sekolah Menengah Umum ditempuh penulis di Sekolah Menengah Umum Kornita Bogor sejak tahun 1999 hingga tahun 2002.
Pada tahun 2002 penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan Program Diploma III di Institut Pertanian Bogor melalui jalur seleksi pada Program Studi Teknologi Benih, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian. Selepas menempuh Program Diploma III, penulis melanjutkan studi pada pendidikan Strata Satu (S1) Program Ekstensi Manajemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor sejak tahun 2005 hingga tahun 2008.
(9)
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanyalah milik Allah Swt., Robb semesta alam yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang telah membimbing hamba-hambanya menuju kebahagian melalui Rasul-Rasul-Nya dan Al-Quran al Karim. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.
Syukur alhamdulillah penulis ucapkan atas terselesaikannya penyusunan skripsi yang berjudul “ Analisis Daya Saing Beras Pandan Wangi Dan Beras Varietas Unggul Baru (Oryza Sativa) (Kasus Di Desa Bunikasih, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat)”. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat kelulusan sarjana pertanian pada Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Upaya memberikan yang terbaik telah dilakukan secara optimal dalam penyusunan skripsi ini, namun kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penelitian selanjutnya dan bagi pembaca pada umumnya. Amin.
Bogor, 2008
(10)
UCAPAN TERIMA KASIH
Proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, diawali dengan ucapan syukur kepada Allah SWT penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Kedua orang tua, Papah dan Mamah tercinta yang senantiasa mendoakan dan mendukung penulis dengan kasih sayang, jerih payah dan doanya, Adik kecilku Reska Yustika D. Rahayu terima kasih selalu menghibur penulis. 2. Para Guru dan Dosen yang telah membagikan ilmu-ilmu yang bermanfaat. 3. Dr. Ir. Eka Intan K. Putri, MS. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar
memberikan bimbingan, dorongan, saran dan perhatiannya yang sangat berarti bagi penulis hingga penyusunan skripsi ini selesai.
4. Ir. Asi Napitupulu, MSc. terima kasih atas kesediaannya menjadi dosen evaluator dalam seminar rencana penelitian yang telah memberikan saran dan masukan dalam penelitian ini.
5. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS. selaku dosen penguji utama dan Arif Karyadi, SP. selaku dosen penguji dari komisi pendidikan yang telah memberikan banyak masukan yang berarti bagi penyempurnaan skripsi ini.
6. Muhammad Firdaus, PhD, yang telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan masukan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
7. Rahmat Yanuar (mas Wai) terima kasih telah memberikan bekal ilmu dan nasihat yang sangat berharga kepada penulis.
8. Bapak H. Pepen dan keluarga yang telah banyak membantu dalam hal fasilitas tempat tinggal dengan lingkungan kekeluargaan yang akrab.
(11)
ANALISIS DAYA SAING
BERAS PANDAN WANGI DAN VARIETAS UNGGUL BARU
(
Oryza sativa
)
(Kasus Desa Bunikasih Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat)
Oleh
RESTU EDIANUR ROHMAN A14105594
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
(12)
“...Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan),
tetaplah bekerja keras (untuk urusan lain). Dan hanya kepada Tuhanmu lah engkau berharap...”
(13)
RINGKASAN
Restu Edianur Rohman. Analisis Daya Saing Beras Pandan Wangi Dan Beras Varietas Unggul Baru (Oryza sativa) Kasus Di Desa Bunikasih, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat (Di Bawah Bimbingan Eka Intan Kumala Putri)
Pada era perdagangan bebas yang semakin kompetitif dewasa ini, pemahaman mengenai daya saing komoditi-komoditi unggulan menjadi penting untuk dipahami oleh setiap negara. Setiap negara harus bersiap diri dengan meningkatkan kualitas maupun kuantitas produk-produk unggulannya guna meningkatkan daya saing produk-produknya. Hal tersebut penting dilakukan, agar produk-produk domestik mampu bertahan dari masuknya produk-produk asing ke dalam negeri. Dimasa mendatang kebijakan ekonomi yang bersifat distorsif secara bertahap akan dihilangkan, sebagai akibatnya adalah banyak produk-produk asing dapat masuk secara bebas ke dalam pasar domestik.
Hal itu pun belaku bagi komoditas beras, sebagai komoditi pangan strategis di Indonesia. Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam AFTA (ASEAN Free Trade Area) harus berusaha meningkatkan daya saing komoditas berasnya, karena beberapa negara wilayah di Asia memiliki keunggulan dalam memproduksi beras. Upaya peningkatan daya saing komoditas beras di Indonesia dapat ditempuh melalui beberapa cara, diantaranya adalah pengembangan varietas unggul lokal dan penggunaan benih unggul nasional dalam usaha budidaya padi. Dengan mengetahui daya saing komoditas kedua komoditas beras tersebut, maka akan diketahui apakah komoditas beras Indonesia dapat bersaing dengan komoditas beras dari negara lain. Kebijakan-kebijakan pemerintah diterapkan dengan tujuan agar komoditas padi memiliki daya saing yang lebih baik. Maka munculah pertanyaan, bagaimana dampak kebijakan pemerintah terhadap pengusahaan padi varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru, khususnya di Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur?.
Di dalam penelitian ini terdapat dua tujuan. Tujuan pertama adalah menganalisis daya saing dan dampak kebijakan pemerintah terhadap usahatani padi varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru. Kemudian tujuan yang kedua adalah menganalisis daya saing usahatani padi varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru akibat adanya perubahan variabel penerimaan dan variabel biaya.
Penelitian ini dilaksanakan di desa Bunikasih Kecamatan Warung-kondang, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan sentra produksi beras Pandan Wangi dan merupakan salah satu desa yang pertama kali mengembangkan budidaya padi varietas Pandan Wangi. Selain budidaya padi Pandan Wangi, di daerah tersebut pun berpotensi untuk membudidayakan padi Varietas Unggul Baru, itu terlihat tidak sedikit petani di tempat penelitian membudidayakannya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Mei 2008. Alat analisis yang digunakan untuk mengetahui dayasaing suatu komoditi dan dampak kebijakan pemerintah terhadap komoditi tersebut yaitu Policy Analysis Matrix (PAM). Analisis sensitivitas digunakan untuk mengetahui dampak perubahan-perubahan variabel biaya dan variabel penerimaan terhadap daya saing kedua komoditi.
Hasil penelitian menunjukkan pengusahaan beras Pandan Wangi dan beras Varietas Unggul Baru di desa Bunikasih Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif. Ini digambarkan dari nilai indikator efisiensi pengusahaan kedua varietas yaitu nilai PCR dan DRC yang bernilai kurang dari satu. Selain itu, pengusahaan kedua komoditi tersebut memberikan keuntungan baik secara finansial dan ekonomi. Ini tercermin dari nilai KP dan KS yang bernilai positif. Nilai KP untuk Pandan Wangi adalah Rp. 19.435.791,94 per hektar per tahun sedangkan
(14)
untuk beras Varietas Unggul Baru adalah Rp. 6.608.066,69 per hektar per tahun. Nilai KS untuk Pandan Wangi Rp. 91.299.286,92 per hektar per tahun, sedangkan pada beras Varietas Unggul Baru mencapai Rp. 42.280.563,87per hektar per tahun. Kebijakan pemerintah terhadap input dan output secara keseluruhan berdampak menghambat produsen untuk berproduksi atau dengan kata lain kebijakan ada belum berjalan secara efektif. Hal tersebut tercermin dari nilai EPC kedua komoditas yang kurang dari satu. Nilai EPC untuk beras Pandan Wangi adalah 0,50 dan untuk beras Varietas Unggul Baru adalah 0,73.
Hasil analisis sensitivitas menunjukkan jika terjadi penurunan output sebesar 20 persen, komoditas beras Pandan Wangi masih tetap memiliki daya saing dan tetap memberikan keuntungan secara finansial maupun ekonomi. Namun, kondisi berbeda dialami oleh komoditas beras Varietas Unggul Baru, komoditas ini kehilangan keunggulan kompetitifnya dan secara finansial komoditas ini tidak memberikan keuntungan pada saat terjadi perubahan. Kondisi demikian pun terjadi pula pada saat terjadi penurunan jumlah output yang diikuti oleh peningkatan harga pupuk anorganik dan penurunan harga output serta penurunan biaya imbangan lahan. Pada kondisi dimana terjadi kenaikan harga input pupuk sebesar 16,67 persen dan pada saat terjadi penurunan harga output dan biaya imbangan penggunaan lahan sebesar 12 persen kedua komoditi masih tetap memiliki daya saing dan tetap layak diusahakan baik secara finansial dan maupun ekonomi.
Hasil analisis sensitivitas berdasarkan perubahan 16 persen pada masing-masing variabel, menunjukan bahwa pengusahaan kedua komoditi beras yang dianalisis lebih peka terhadap perubahan harga jual output. Sedangkan variabel perubahan jumlah output merupakan variabel yang paling berpengaruh kedua setelah perubahan harga output pada pengusahaan beras Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru.
Secara keseluruhan komoditas beras Pandan Wangi memiliki daya saing yang lebih baik jika dibandingkan dengan komoditas beras Varietas Unggul Baru. Selain itu, berdasarkan simulasi-simulasi yang dilakukan, daya saing beras Pandan Wangi lebih tahan terhadap perubahan jika dibandingkan dengan Varietas Unggul Baru. Kondisi demikian terjadi akibat harga output Pandan Wangi yang lebih tinggi dari harga beras Varietas Unggul Baru dan disebabkan pula oleh besarnya biaya total yang digunakan dalam pengusahaan beras Varietas Unggul Baru selama satu tahun lebih tinggi dari biaya total pengusahaan beras Pandan Wangi. Oleh karenanya, tidaklah berlebihan jika beras Pandan Wangi oleh Dinas Pertanian Kabupeten Cianjur disebut dengan Varietas Unggul Tahan Harga (VUTH).
(15)
ANALISIS DAYA SAING
BERAS PANDAN WANGI DAN VARIETAS UNGGUL BARU
(
Oryza sativa
)
(Kasus Desa Bunikasih Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat)
Oleh
RESTU EDIANUR ROHMAN A14105594
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
(16)
Judul : Analisis Daya Saing Beras Pandan Wangi Dan Varietas Unggul Baru (Oryza sativa) (Kasus Desa Bunikasih Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat)
Nama : Restu Edianur Rohman NRP : A 14105594
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, Ms. NIP : 131 918 659
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, MAgr NIP : 131 124 019
(17)
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS DAYA SAING BERAS PANDAN WANGI DAN BERAS VARIETAS UNGGUL BARU (Oryza sativa) (KASUS DI DESA BUNIKASIH, KECAMATAN WARUNGKONDANG, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT)” MERUPAKAN HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SEMUA SUMBER DAN DATA INFORMASI YANG BERASAL ATAU DIKUTIP DARI PENULISAN LAIN TELAH DISEBUTKAN DALAM NASKAH DAN DICANTUMKAN DALAM DAFTAR PUSTAKA.
Bogor, 2008
Restu Edianur Rohman A14105594
(18)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Garut, Jawa Barat, pada tanggal 21 Januari 1985 sebagai anak pertama dari dua bersaudara, putra dari pasangan Bapak Edi Rustandi dan Ibu Neneng Yeti Nurwiati.
Penulis memulai pendidikannya di Sekolah Dasar Negeri VII Gunung Batu pada tahun 1990 dan lulus pada tahun 1996. Penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya di SLTP Pembangunan I Bogor hingga tahun 1999. Sekolah Menengah Umum ditempuh penulis di Sekolah Menengah Umum Kornita Bogor sejak tahun 1999 hingga tahun 2002.
Pada tahun 2002 penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan Program Diploma III di Institut Pertanian Bogor melalui jalur seleksi pada Program Studi Teknologi Benih, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian. Selepas menempuh Program Diploma III, penulis melanjutkan studi pada pendidikan Strata Satu (S1) Program Ekstensi Manajemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor sejak tahun 2005 hingga tahun 2008.
(19)
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanyalah milik Allah Swt., Robb semesta alam yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang telah membimbing hamba-hambanya menuju kebahagian melalui Rasul-Rasul-Nya dan Al-Quran al Karim. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.
Syukur alhamdulillah penulis ucapkan atas terselesaikannya penyusunan skripsi yang berjudul “ Analisis Daya Saing Beras Pandan Wangi Dan Beras Varietas Unggul Baru (Oryza Sativa) (Kasus Di Desa Bunikasih, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat)”. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat kelulusan sarjana pertanian pada Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Upaya memberikan yang terbaik telah dilakukan secara optimal dalam penyusunan skripsi ini, namun kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penelitian selanjutnya dan bagi pembaca pada umumnya. Amin.
Bogor, 2008
(20)
UCAPAN TERIMA KASIH
Proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, diawali dengan ucapan syukur kepada Allah SWT penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Kedua orang tua, Papah dan Mamah tercinta yang senantiasa mendoakan dan mendukung penulis dengan kasih sayang, jerih payah dan doanya, Adik kecilku Reska Yustika D. Rahayu terima kasih selalu menghibur penulis. 2. Para Guru dan Dosen yang telah membagikan ilmu-ilmu yang bermanfaat. 3. Dr. Ir. Eka Intan K. Putri, MS. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar
memberikan bimbingan, dorongan, saran dan perhatiannya yang sangat berarti bagi penulis hingga penyusunan skripsi ini selesai.
4. Ir. Asi Napitupulu, MSc. terima kasih atas kesediaannya menjadi dosen evaluator dalam seminar rencana penelitian yang telah memberikan saran dan masukan dalam penelitian ini.
5. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS. selaku dosen penguji utama dan Arif Karyadi, SP. selaku dosen penguji dari komisi pendidikan yang telah memberikan banyak masukan yang berarti bagi penyempurnaan skripsi ini.
6. Muhammad Firdaus, PhD, yang telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan masukan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
7. Rahmat Yanuar (mas Wai) terima kasih telah memberikan bekal ilmu dan nasihat yang sangat berharga kepada penulis.
8. Bapak H. Pepen dan keluarga yang telah banyak membantu dalam hal fasilitas tempat tinggal dengan lingkungan kekeluargaan yang akrab.
(21)
9. Bapak Machpudin dan keluarga yang telah banyak membantu penulis selama pengumpulan data dan mengajarkan banyak hal tentang cara berfikir petani yang sederhana tetapi luar biasa.
10. Keluarga besar Gabungan kelompok Tani Citra Sawargi khususnya Bapak H. Burhan (ketua kelompok tani), Bapak H. Mansyur, dan seluruh pengurus serta seluruh petani responden yang telah meluangkan waktu untuk memberikan informasi yang sangat berguna dalam penelitian ini.
11. Teh Inggit Rachmiyanti, terimakasih telah memberikan semangat dan motivasinya kepada penulis.
12. Teman-teman di Desa Bunikasih: Kang Aah (Pa Direktur), Ujang, Otoy, Aceng, Kakang serta teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu per satu, 13. Teman-teman satu pembimbing Rika, Teh Vita, dan Topan, serta
teman-teman di kost Pioneer Ubay, Arif, Fajar, Jam’an, Sudarsono, Wawan, Aris, dan Rian.
14. Keluarga Muslim Ekstensi (Kamus), tarima kasih untuk semua perjuangan yang telah kita lalui. Selamat Berjuang!.
15. Teman-teman veteran Tekben : M. Ubaydillah, Rizki, Ole (Ali), Ncep, Timbul, Riki, Sari (Iie), Maria, Sri (‘Nci), Heda, Mba Mini, dan Bang Baim.
16. Teman-teman Ekstensi khususnya Baban (Cimande), Darlin, Topan, Bona, Nde, Dewi, dan teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga ukhuwah kita selalu terjaga dan segala amal kebaikan yang telah dilakukan menjadi hitungan ibadah dan hanya Allah SWT yang dapat menilai dan membalas semuanya, Amin.
(22)
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI ... vii DAFTAR TABEL ... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
I. PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Perumusan Masalah ... 6 Tujuan Penelitian ... 9 Manfaat Penelitian ... 9 Ruang Lingkup Penelitian ... 10 II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11 Tinjauan konseptual ... 11
2.1.1 Varietas Unggul ... 11 2.1.2 Karakteristik Beras Pandan Wangi ... 13 Tinjauan Studi Terdahulu ... 15 Studi Empiris Mengenai Padi Pandan Wangi ... 15 Studi Empiris Mengenai Keunggulan Kompetitif
dan Komparatif ... 21 III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 24 Kerangka Teoritis ... 24
Konsep Dayasaing ... 24 Kebijakan Pemerintah ... 26 3.1.2.1. Kebijakan Output ... 30 3.1.2.2. Kebijakan Input ... 33 3.1.3. Teori Policy Analisys Matriks (PAM) ... 35 3.1.4. Analisis Sensitivitas ... 38 3.2. Kerangka Operasional ... 39 IV. METODE PENELITIAN ... 43
Lokasi dan Waktu Penelitian ... 43 Jenis dan Sumber Data ... 43 Metode Pengumpulan Data dan Jumlah Responden ... 43 Analisis Data ... 44 Penentuan Input Dan Output ... 45 Metode Pengalokasian Komponen Biaya Domestik
dan Asing ... 45 Penentuan Harga Bayangan Input dan Output ... 47 4.4.3.1. Harga Bayangan Output ... 47 4.4.3.2. Harga Bayangan Input ... 47 4.5. Analisis PAM (Policy Analysis Matriks) ... 51
4.5.1. Daya Saing Komoditi Padi Varietas Pandan Wangi Dan
Padi Varietas Unggul Baru ... 52 4.5.2. Kebijakan Pemerintah ... 53
(23)
4.5.2.2. Kebijakan Input ... 54 4.5.2.3. Kebijakan Input-Output ... 55 4.6. Analisis Sensitivitas ... 56 V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 59 5.1. Desa Bunikasih, Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur .. 59 5.2. Karakteristik Petani Responden ... 62 5.2.1. Status Usaha ... 62 5.2.2. Status Kepemilikan Lahan ... 63 5.2.3.Tingkat Pendidikan ... 64 5.2.4. Aspek Usia ... 65 5.2.5. Pengalaman Dalam Usaha Tani Padi ... 65 5.2.6. Luas Areal Usahatani Padi ... 66 5.2.7. Sumber Modal ... 66 5.2.8. Varietas Unggul Baru Yang Dibudidayakan ... 67 5.3. Gambaran Padi Varietas Pandan Wangi Dan
Padi Varietas Unggul Baru ... 67 5.4. Profil Gabungan Kelompok Tani Citra Sawargi ... 68 VI. DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKANBERAS PANDAN WANGI
DAN BERAS VARIETAS UNGGUL BARU ... 70 6.1. Kondisi Usahatani Beras Pandan Wangi Dan Beras Beras
Varietas Unggul Baru ... 70 6.1.1. Teknik Budidaya ... 70 6.1.2. Permasalahan Usahatani ... 73 6.2. Struktur Biaya dan Penerimaan ... 76 6.3. Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan
Beras Pandan Wangi Dan Beras Varietas Unggul Baru ... 81 6.3.1. Keunggulan Kompetitif dan Komparatif
Beras Pandan Wangi Dan Beras Varietas Unggul Baru ... 82 6.3.2. Dampak Kebijakan Pemerintah Pada Pengusahaan Beras Pandan Wangi Dan Beras Varietas Unggul Baru ... 87
6.3.2.1. Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Output ... 87 6.3.2.2. Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Input ... 88 6.3.2.3. Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap
Input-Output ... 91 VII. ANALISIS SENSITIVITAS TERHADAP DAYA SAING
BERAS PANDAN WANGI DAN BERAS VARIETAS UNGGUL BARU .. 95 7.1. Analisis Sensitivitas Berdasarkan Perubahan Yang Terjadi
Di Tempat Penelitian ... 95 7.1.1. Penurunan Jumlah Output ... 95
7.1.2. Peningkatan Harga Pupuk Anorganik ... 97 7.1.3. Perubahan Harga Output ... 98 7.1.4. Perubahan Harga Output Dan Biaya Imbangan
Penggunaan Lahan ... 100 7.1.5. Penurunan Jumlah Outout, Peningkatan Harga Input,
dan Penurunan Harga Output serta Biaya Imbangan
Penggunaan Lahan ... 101 7.2. Analisis Sensitivitas Berdasarkan Perubahan Sebesar 16 Persen.. 103
(24)
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 107 8.1. Kesimpulan ... 107 8.2. Saran ... 108 DAFTAR PUSTAKA ... 110 LAMPIRAN ... 112
(25)
DAFTAR TABEL
No. Halaman 1. Data Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi di Indonesia
Tahun 2003-2007 ... 2 2. Perbandingan Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, Dan
Jumlah Produksi Padi Tahun 2001-2006 di Kabupaten Cianjur ... 4 3. Luasan Sebaran Padi Pandan Wangi di Kabupaten Cianjur
Tahun 2001- 2006 ... 5 4. Kandungan Zat Gizi Beras Pandan Wangi Per 100 Gram ... 14 5. Ringkasan Studi-Studi Terdahulu Tentang Padi Pandan wangi dan
Keunggulan Kompetitif serta Keunggulan Komparatif ... 23 6. Klasifikasi Kebijakan Pemerintah Terhadap Harga Komoditi ... 27 7. Matriks Analisis Kebijakan (PAM) ... 51 8. Prosentase Status Usaha Bertani Di Desa Bunikasihtahun 2007 ... 62 9. Prosentase Status Kepemilikan Lahan Sawah
Di Desa Bunikasih Tahun 2007 ... 63 10. Prosentase Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Di Desa Bunikasih Tahun 2007 ... 64 11. Prosentase Petani Responden Berdasarkan Aspek Usia Di Desa
Bunikasih Tahun 2007 ... 65 12. Prosentase Petani Responden Berdasarkan Luas Areal Usahatani Padi
Di Desa Bunikasih Tahun 2007 ... 66 13. Biaya Dan Pendapatan Mina Padi Di Desa Bunikasih Tahun 2007 ... 81
14. Matrik Analisis Kebijakan pada PengusahaanBeras Pandan Wangi Dan Beras Varietas Unggul Baru di Desa Bunikasih Tahun 2007
(Rp/Ha/Tahun) ... 82 15. Nilai Keuntungan Privat (KP) Dan Rasio Biaya Privat (PCR)
Pengusahaan Beras Pandan Wangi Dan Beras Varietas Unggul Baru Di Desa Bunikasih Tahun 2007 ... 83 16. Nilai Keuntungan Sosial (KS) Dan Rasio Sumberdaya Domestik (DCR)
Pengusahaan Beras Pandan Wangi Dan Beras Varietas Unggul Baru
Di Desa Bunikasih Tahun 2007 ... 84 17. Nilai Transfer Output (TO) dan Nominal Protection Coefficient on Output
(NPCO) Pengusahaan Beras Pandan Wangi Dan Beras Varietas
(26)
18. Nilai Transfer Input (TI), Transfer Faktor (TF) dan Nominal Protection Coefficient on Input (NPCI) Pengusahaan Beras Pandan Wangi
Dan Beras Varietas Unggul Baru Di Desa Bunikasih Tahun 2007 ... 89 19. Koefisien Proteksi Efektif (EPC), Transfer Bersih (TB), Koefisien
Keuntungan (PC) dan Rasio Subsidi bagi Produsen (SRP) Pengusahaan Beras Pandan Wangi Dan Beras Varietas Unggul Baru Di Desa Bunikasih Tahun 2007 ... 92 20. Analisis Sensitivitas Beras Pandan Wangi Dan Beras Varietas
Unggul Baru Bila Terjadi Penurunan Output ... 96 21. Analisis Sensitivitas Beras Pandan Wangi Dan Beras
Varietas Unggul Baru Bila Terjadi Peningkatan Harga Pupuk Anorganik.. 98 22. Analisis Sensitivitas Beras Pandan Wangi Dan Beras
Varietas Unggul Baru Bila Terjadi Penurunan Harga Output ... 98 23. Analisis Sensitivitas Beras Pandan Wangi Dan Beras
Varietas Unggul Baru Bila Terjadi Penurunan Harga OutputDan
Biaya Imbangan Penggunaan Lahan ... 100 24. Analisis Sensitivitas Gabungan pada Beras Pandan Wangi
Dan Beras Varietas Unggul Baru ... 102 25. Analisis Sensitivitas Pada Variabel Output dan Input Dalam
Pengusahaan Beras Varietas Pandan Wangi Dan
(27)
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Dampak Subsidi Positif Pada Produsen Barang Impor Dan Subsidi Positif Pada Konsumen Barang-Barang Impor ... 31 2. Hambatan Perdagangan Pada Produsen Untuk Barang Impor ... 32 3. Subsidi dan Pajak pada Input Tradable ... 33 4. Dampak Subsidi dan Pajak pada Input Non Tradable ... 34 5. Kerangka Pemikiran Operasional ... 42
(28)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Data Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi
Setiap Provinsi di Indonesia Tahun 2007 ... 113 2. Data Produksi Padi Kabupaten/Kotamadya di Jawa Barat pada
Tahun 2001-2003 ... 114 3. Data Ketersediaan Dan Kebutuhan Pangan Beras
Per Kecamatan Kabupaten Cianjur Tahun 2006 ... 115 4. Deskripsi Padi Varietas IR 64 ... 116 5. Deskripsi Padi Varietas Ciherang ... 117 6. Deskripsi Padi Varietas Pandan Wangi Berdasarkan
Keputusan Menteri Pertanian No. 163/Kpts/LB.240/3/2004 ... 118 7. Gambar Tanaman dan Bulir Beras Varietas Unggul Baru
dan Varietas Pandan Wangi ... 119 8. Alokasi Biaya Input dan Output dalam Komponen Domestik dan Asing .. 121 9. Perhitungan Standard Convertion Faktor Dan Shadow Price
Exchange Rate Tahun 2001-2006 (Milyar Rupiah) ... 122 10. Peta Administrasi Kabupaten Cianjur ... 123 11. Biaya Produksi dan Pendapatan Usaha Tani Beras Pandan Wangi dan
Beras Varietas Unggul Baru di Desa Bunikasih, Kecamatan
Warungkondang, Kabupaten Cianjur Tahun 2007 ... 124 12. Analisis Finansial Dan Ekonomi Usahatani Beras Pandan Wangi
Di Desa Bunikasih Tahun 2007 (Per Hektar Per Tahun) ... 125 13. Analisis Finansial Dan Ekonomi Usahatani Beras Varietas
Unggul Baru Di Desa Bunikasih Tahun 2007
(Per Hektar Per Tahun) ... 127 14. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Pandan Wangi Di Desa
Bunikasih Tahun 2007 (Per Hektar Per Tahun) ... 129 15. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Varietas Unggul Baru
Di Desa Bunikasih Tahun 2007 (Per Hektar Per Tahun) ... 129 16. Analisis Finansial Dan Ekonomi Usahatani Beras Pandan Wangi
Jika Terjadi Penurunan Output (Per Hektar Per Tahun) ... 130 17. Analisis Finansial Dan Ekonomi Usahatani Beras Varietas Unggul Baru
(29)
18. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Pandan Wangi Jika
Terjadi Penurunan Output (Per Hektar Per Tahun) ... 134 19. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Varietas Unggul Baru Jika
Terjadi Penurunan Output (Per Hektar Per Tahun) ... 134 20. Analisis Finansial Dan Ekonomi Usahatani Beras Pandan Wangi Jika
Terjadi Peningkatan Harga Pupuk (Per Hektar Per Tahun) ... 135 21. Analisis Finansial Dan Ekonomi Usahatani Beras Varietas Unggul Baru
Jika Terjadi Peningkatan Harga Pupuk (Per Hektar Per Tahun) ... 137 22. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Pandan Wangi Jika
Terjadi Peningkatan Harga Pupuk (Per Hektar Per Tahun) ... 139 23. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Varietas Unggul Baru Jika
Terjadi Peningkatan Harga Pupuk (Per Hektar Per Tahun) ... 139 24. Analisis Finansial Dan Ekonomi Usahatani Beras Pandan Wangi Jika
Terjadi Penurunan Harga Output (Per Hektar Per Tahun) ... 140 25. Analisis Finansial Dan Ekonomi Usahatani Beras Varietas Unggul Baru
Jika Terjadi Penurunan Harga Output (Per Hektar Per Tahun) ... 142 26. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Pandan Wangi Jika
Terjadi Penurunan Harga Output (Per Hektar Per Tahun) ... 144 27. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Varietas Unggul Baru Jika
Terjadi Penurunan Harga Output (Per Hektar Per Tahun) ... 144 28. Analisis Finansial Dan Ekonomi Usahatani Beras Pandan Wangi Jika
Terjadi Penurunan Harga Output dan Penurunan Biaya Imbangan
Penggunaan Lahan (Per Hektar Per Tahun) ... 145 29. Analisis Finansial Dan Ekonomi Usahatani Beras Varietas Unggul Baru
Jika Terjadi Penurunan Harga Output dan Penurunan Biaya Imbangan Penggunaan Lahan Per Hektar Per Tahun) ... 147 30. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Pandan Wangi Jika
Terjadi Penurunan Harga Output dan Penurunan Biaya Imbangan
Penggunaan Lahan (Per Hektar Per Tahun) ... 149 31. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Varietas Unggul Baru Jika
Terjadi Penurunan Harga Output dan Penurunan Biaya Imbangan
Penggunaan Lahan (Per Hektar Per Tahun) ... 149 32. Analisis Finansial Dan Ekonomi Usahatani Beras Pandan Wangi
Untuk Analsisis Sensitvitas Gabungan (Per Hektar Per Tahun) ... 150 33. Analisis Finansial Dan Ekonomi Usahatani Beras Varietas Unggul Baru
(30)
34. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Pandan Wangi
Untuk Analsisis Sensitvitas Gabungan (Per Hektar Per Tahun) ... 154 35. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Varietas Unggul Baru
Untuk Analsisis Sensitvitas Gabungan (Per Hektar Per Tahun) ... 154 36. Analisis Finansial Dan Ekonomi Usahatani Beras Pandan Wangi Jika
Terjadi Peningkatan Harga Pupuk Sebesar 16 persen (Per Hektar
Per Tahun) ... 155 37. Analisis Finansial Dan Ekonomi Usahatani Beras Varietas Unggul Baru
Jika Terjadi Peningkatan Harga Pupuk Sebesar 16 persen
(Per Hektar Per Tahun) ... 157 38. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Pandan Wangi Jika Terjadi
Peningkatan Harga Pupuk sebesar 16 Persen (Per Hektar Per Tahun) .. 159 39. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Varietas Unggul Baru Jika
Terjadi Peningkatan Harga Pupuk Sebesar 16 Persen (Per Hektar
Per Tahun) ... 159 40. Analisis Finansial Dan Ekonomi Usahatani Beras Pandan Wangi Jika
Terjadi Penurunan Harga Output dan Penurunan Biaya Imbangan
Penggunaan Lahan Sebesar 16 Persen (Per Hektar Per Tahun) ... 160 41. Analisis Finansial Dan Ekonomi Usahatani Beras Varietas Unggul Baru
Jika Terjadi Penurunan Harga Output dan Penurunan Biaya Imbangan Penggunaan Lahan Sebesar 16 Persen (Per Hektar Per Tahun) ... 162 42. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Pandan Wangi Jika Terjadi
Penurunan Harga Output dan Penurunan Biaya Imbangan Penggunaan Lahan Sebesar 16 Persen (Per Hektar Per Tahun) ... 164 43. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Varietas Unggul Baru Jika
Terjadi Penurunan Harga Output dan Penurunan Biaya Imbangan
Penggunaan Lahan Sebesar 16 Persen (Per Hektar Per Tahun) ... 164 44. Analisis Finansial Dan Ekonomi Usahatani Beras Pandan Wangi Jika
Terjadi Penurunan Harga Output Sebesar 16 persen (Per Hektar
Per Tahun) ... 165 45. Analisis Finansial Dan Ekonomi Usahatani Beras Varietas Unggul Baru
Jika Terjadi Penurunan Harga Output Sebesar 16 Persen (Per Hektar
Per Tahun) ... 167 46. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Pandan Wangi Jika Terjadi
Penurunan Harga Output Sebesar 16 Persen (Per Hektar Per Tahun) ... 169 47. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Varietas Unggul Baru Jika
Terjadi Penurunan Harga Output Sebesar 16 Persen (Per Hektar
(31)
48. Analisis Finansial Dan Ekonomi Usahatani Beras Pandan Wangi Jika
Terjadi Penurunan Output Sebesar 16 Persen (Per Hektar Per Tahun) .. 170 49. Analisis Finansial Dan Ekonomi Usahatani Beras Varietas Unggul Baru
Jika Terjadi Penurunan Output Sebesar 16 Persen (Per Hektar
Per Tahun) ... 172 50. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Pandan Wangi Jika Terjadi
Penurunan Output Sebesar 16 Persen (Per Hektar Per Tahun) ... 174 51. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Varietas Unggul Baru Jika
Terjadi Penurunan Output Sebesar 16 Persen (Per Hektar Per Tahun) .. 174 52. Kuesioner Daya Saing Beras Pandan Wangi Dan beras Varietas
(32)
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada era perdagangan bebas yang semakin kompetitif, pemahaman mengenai daya saing komoditas-komoditas unggulan menjadi penting untuk dipahami oleh setiap negara. Setiap negara harus bersiap diri untuk menghadapi kondisi tersebut dengan meningkatkan kualitas maupun kuantitas produk-produk unggulan yang dimilikinya guna meningkatkan daya saing dari produk-produknya tersebut. Hal tersebut dilakukan agar produk-produk domestik mampu bertahan dari masuknya produk-produk asing ke dalam negeri. Tidak hanya bertahan, diharapkan produk-produk tersebut mampu menghasilkan devisa bagi negara atau bahkan menjadi ciri khas negara tersebut.
Kondisi itu pun berlaku bagi komoditas beras yang menjadi sumber pangan utama bagi sebagian besar penduduk di Indonesia. Konsumsi beras masyarakat Indonesia mencapai 139,15 kilogram perkapita pertahun1. Sebagai
salah satu negara yang tergabung dalam AFTA (ASEAN Free Trade Area), Indonesia harus berusaha meningkatkan daya saing komoditas berasnya, karena beberapa negara di wilayah Asia memiliki keunggulan dalam memproduksi beras. Upaya peningkatan daya saing komoditas beras di Indonesia dapat ditempuh melalui beberapa cara, diantaranya adalah pengembangan varietas unggul lokal dan varietas unggul baru dalam usaha budidaya padi.
Kondisi produksi padi di Indonesia selama kurun waktu tahun 2003 hingga tahun 2007 cenderung meningkat. Berdasarkan Tabel 1, terjadi pertumbuhan produksi sebesar 3,74 persen pada tahun 2004. Berdasarkan angka ramalan III, pertumbuhan produksi pada tahun 2007 diperkirakan sebesar
1
http://www.depkominfo.go.id/portal/?act=detail&mod=berita&view=1&id=BRT070523180701. Tahun 2030 Konsumsi Beras Diprediksi Mencapai 59 Juta Ton. 25 Agustus 2008.
(33)
4,47 persen. Data lengkap mengenai luas panen, produktivitas dan produksi padi di Indonesia tahun 2003-2007 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Data Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi di Indonesia Tahun 2003-2007
Tahun Luas panen (ha)
Produktivitas (ku/ha)
Produksi (ton)
Pertumbuhan (%) 2003 11.488.034 45,38 52.137.604 1,26 2004 11.922.974 45,36 54.088.468 3,74 2005 11.839.060 45,74 54.151.097 0,12 2006 11.786.430 46,20 54.454.937 0,56 2007*) 12.165.607 46,89 57.048.558 4,47 Keterangan : * Angka ramalan III
Sumber : Badan Pusat Statistik, 20082
Tingkat konsumsi beras masyarakat Indonesia yang mencapai 139,15 kilogram perkapita pertahun menunjukkan bahwa kedudukan beras sebagai sumber bahan pangan pokok belum tergantikan oleh komoditas pangan lainnya. Kebutuhan beras dalam negeri dirasakan belum mampu terpenuhi, walaupun usaha untuk meningkatkan produksi padi dilakukan. Agar kebutuhan beras dalam negeri terpenuhi maka pemerintah melakukan kebijakan impor beras. Berdasarkan data dari Departemen Pertanian pada tahun 2006 hingga bulan September volume impor beras mencapai 281.847.985 kilogram dengan nilai US$ 83.217.040.
Tingginya volume impor beras tersebut tidak menyebabkan potensi Indonesia sebagai negara pengekspor beras tertutup. Ini terbukti dari dikeluarkannya Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 12/M-DAG/PER/4/2008 mengenai ketentuan ekspor dan impor beras. Peraturan tersebut diharapkan dapat memberikan kejelasan hukum soal ekspor dan mengamankan stok beras nasional3.
2
http://www.bps.go.id/sector/agri/pangan/table1.shtml. Data Pertanian. 23 Januari 2008
(34)
Menurut Krisnamurthi (2008) Indonesia bisa memperoleh keuntungan dari ekspor beras tertentu, komoditas beras yang berpotensi untuk di ekspor adalah beras yang berkualitas tinggi, beras yang beraroma dan rasa yang khas, dan beras organik4. Beras yang diperbolehkan untuk di ekspor berdasarkan
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 12/M-DAG/PER/4/2008 meliputi beras berkulit untuk keperluan benih, beras tingkat pecahan paling tinggi lima persen seperti beras organik, beras merah, beras siam, beras pandan wangi, dan beras umum dengan pecahan lima sampai 25 persen serta beras ketan pulut5.
Sentra produksi padi di Indonesia terpusat di Pulau Jawa, khususnya Provinsi Jawa Barat (Lampiran 1). Salah satu kabupaten yang menjadi sentra produksi padi di Jawa Barat adalah Kabupaten Cianjur. Kabupaten Cianjur merupakan salah satu kabupaten yang mempunyai sumbangsih dalam penyediaan stok pangan nasional di Jawa Barat. Selain itu, Kabupaten Cianjur dikenal sebagai daerah penghasil beras dengan kualitas baik. Data mengenai kontribusi Kabupaten Cianjur terhadap penyediaan stok pangan nasional pada tahun 2007 dapat di lihat pada Tabel Lampiran 2.
Selama kurun waktu tahun 2001 hingga 2006 produksi padi di Kabupaten Cianjur cenderung mengalami fluktuasi baik dari segi luas tanam, luas panen, maupun jumlah produksi (Tabel 2). Produksi yang berfluktuasi berpeluang terjadi akibat perubahan iklim yang terjadi setiap tahun, ada tidaknya serangan hama, atau masalah ketersediaan sarana produksi. Pada tahun 2006 ketersediaan beras di Kabupaten Cianjur sebesar 432.393 ton sedangkan kebutuhan konsumsi beras masyarakat Kabupaten Cianjur sebesar 251.837 ton. Ini berarti pada tahun 2006 Kabupaten Cianjur mengalami surplus beras sebanyak 180.556 ton (Lampiran 3).
4
www.detikfinance.com/index.php/detik.kanal/idkanal/4. 20 Ton Beras RI Siap di Ekspor. 20 Juli 2008.
5
(35)
Tabel 2. Perbandingan Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, Dan Jumlah Produksi Padi Tahun 2001-2006 di Kabupaten Cianjur.
Tahun LuasTanam (ha) Luas Panen (ha) ProduktivitasKu/ha produksi Jumlah 2001 125.729 129.349 55,24 714.565 2002 116.479 120.514 55,44 668.186 2003 122.732 113.255 47,80 541.319 2004 137.531 132.942 48,98 651.154 2005 143.611 141.145 49,34 696.340 2006 120.943 137.946 49,60 684.165
Sumber: Laporan Tahunan Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur; tahun 2002, 2004, 2006.
Kabupaten Cianjur sebagai daerah yang berbasis agribisnis, memiliki komoditas prioritas tanaman pangan strategis untuk menunjang pembangunan pertanian tanaman pangan dan hortikultura di Jawa Barat. Komoditas-komoditas tersebut adalah padi, jagung, dan kedele. Khusus untuk komoditas padi, pemerintah Kabupaten Cianjur akan mempertahankan dan mengembangkan swasembada beras dengan memasyarakatkan Varietas Unggul Baru seperti Cimelati, Sintanur, dan Ciherang (Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur, 2006).
Selain mengembangkan padi Varietas Unggul Baru, Kabupaten Cianjur pun memiliki padi Varietas Unggul Lokal yaitu padi varietas Pandan Wangi. Keunggulannya adalah jika dimasak, beras Pandan Wangi akan mengeluarkan aroma pandan yang khas dan rasa yang lebih pulen jika dibandingkan beras jenis lain. Secara khusus Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur menetapkan Pandan Wangi sebagai komoditas unggul utama disamping tanaman palawija, sayuran, buah-buahan, dan tanaman hias. Padi Pandan Wangi dikatakan sebagai Varietas Unggul Tahan Harga (VUTH), karena kualitas beras yang baik dan nilai jual yang cukup tinggi (Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur, et al. 2003).
Padi Pandan Wangi akan tumbuh dan menghasilkan beras dengan kualitas yang baik pada daerah-daerah tertentu saja, diantaranya adalah Kecamatan Warungkondang, Cibeber, Gekbrong, Cugenang, Cianjur, Cilaku, dan Sukaresmi (Tabel 3). Daerah-daerah tersebut merupakan dataran tinggi
(36)
yang terletak di kaki Gunung Gede yang merupakan daerah kaya air. Sehingga jarang ditemui adanya permasalahan yang berkaitan dengan air dalam pembudidayaannya (Rachmawati, 2003).
Tabel 3. Luasan Sebaran Padi Pandan Wangi di Kabupaten Cianjur Tahun 2001- 2006
No. Kecamatan Tahun Sebaran (Ha)
2001 2002 2003 2004 2005 2006 1. Warungkondang 2.467 3.388 3.366 2.396 2.056 1.780
2. Gekbrong - - - 545
3. Cianjur 558 526 496 377 200 225 4. Cilaku 708 703 785 352 150 140 5. Cibeber 1.943 1.890 2.113 1.193 1.100 1.020 6. Cugenang 875 990 1.134 588 641 540 7. Sukaresmi 152 116 168 172 115 105
Jumlah 6.703 7.631 8.062 5.078 4.262 4.355
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur, 2006.
Luas sebaran padi Pandan Wangi di Kabupaten Cianjur selama tahun 2001 hingga 2006 cenderung mengalami penurunan luas lahan (Tabel 3). Kecamatan Warungkondang memiliki luas areal sebaran terbesar dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lainnya. Para petani di daerah ini umumnya membudidayakan tanaman padi, termasuk diantaranya varietas Padi Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru seperti IR64 dan Ciherang.
Pemerintah daerah yang bertindak sebagai regulator memiliki kewe-nangan dalam membentuk kebijakan yang mampu membantu petani dalam usaha perbaikan daya saing komoditas berasnya. Usaha pemerintah Kabupaten Cianjur untuk meningkatkan produksi beras (Pandan Wangi maupun Varietas Unggul Baru) yaitu dengan cara menggalakan kembali pembentukan kelompok tani. Selain itu program tersebut bertujuan untuk mempermudah komunikasi antara petani dan pemerintah. Sebagai realisasinya, khusus di Kecamatan Warungkondang telah dibentuk Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Citra Sawargi. Gapoktan Citra Sawargi dibentuk sebagai media komunikasi antar
(37)
kelompok tani Pandan Wangi dalam menghadapi permasalahan-permasalahan seputar produksi maupun pemasaran beras Pandan Wangi.
Seperti yang telah dijelaskan di awal, kondisi perdagangan internasional yang semakin kompetitif, mendorong Indonesia untuk lebih memahami dan meningkatkan daya saing komoditas berasnya terutama beras Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru. Karena jika kedua varietas tersebut memiliki daya saing, maka varietas-varietas tersebut mampu bersaing dengan komoditas beras dari negara lain. Ini berarti peluang Indonesia untuk menjadi negara pengekspor beras semakin berpeluang besar.
1.2. Perumusan Masalah
Liberalisasi perdagangan menjadi isu yang berpengaruh terhadap daya saing komoditi-komoditi pertanian dalam suatu negara. Di dunia internasional, Indonesia tergabung dalam World Trade Organization (WTO). WTO adalah organisasi internasional yang mengatur perdagangan bebas. Sedangkan di wilayah ASEAN Indonesia tergabung dalam AFTA. AFTA dilaksanakan dengan instrumen CEPT (Common Effective Preferential Tariff) scheme yang diperkenalkan pada Januari 1993. Ditjen Kerjasama ASEAN pada tahun 2002 mengemukakan bahwa komitmen utama dibawah CEPT-AFTA meliputi empat elemen, yaitu:
1. Program pengurangan tarif yang secara efektif sama di antara negara-negara ASEAN hingga mencapai nol sampai lima persen.
2. Penghapusan hambatan-hambatan kuantitatif (quantitative restriction) dan hambatan non tarif (non tariff barriers)
3. Mendorong kerjasama untuk mengembangkan fasilitasi perdagangan terutama di bidang bea masuk serta standar dan kualitas.
(38)
Dimasa mendatang kebijakan ekonomi yang bersifat distorsif secara bertahap akan dihilangkan, sebagai akibatnya adalah banyak produk-produk asing dapat masuk secara bebas ke dalam pasar domestik.
Produk-produk di Indonesia pun harus bersiap-siap dalam menghadapi persaingan perdagangan bebas. Peningkatan daya saing produk-produk pertanian yang berpotensi untuk diekspor atau tidak, diharapkan mampu meredam dampak negatif dari perdagangan bebas. Daya saing suatu komoditi dapat dilihat dari keunggulan yang dimilikinya, baik keunggulan komparatif maupun kompetitif. Dengan keunggulannya diharapkan komoditi tersebut mampu bersaing di pasar dunia.
Pernyataan ini pun berlaku pada komoditas beras Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru. Dengan mengetahui daya saing kedua komoditas beras tersebut, maka akan diketahui apakah komoditas beras Indonesia dapat bersaing dengan komoditas beras dari negara lain.
Kecamatan Warungkondang sebagai salah satu sentra produksi Pandan Wangi memiliki potensi untuk dilakukan pengembangan varietas unggul lokal Pandan Wangi. Namun, karena padi Pandan Wangi hanya berproduksi dua kali dalam setahun menyebabkan para petani beralih ke Varietas Unggul Baru seperti varietas IR64 dan Ciherang yang mampu berproduksi tiga kali dalam setahun. Hal ini lah yang diduga menjadi salah satu sebab menurunnya luas areal penanaman padi Pandan Wangi (lihat Tabel 3). Dengan demikian munculah pertanyaan, varietas manakah yang memiliki daya saing yang lebih baik antara varietas Pandan Wangi dengan Varietas Unggul Baru di Kecamatan Warung-kondang, Kabupaten Cianjur.
Permasalahan yang dihadapi oleh petani padi Pandan Wangi adalah maraknya penjualan beras Pandan Wangi “palsu”. Maraknya beras Pandan Wangi “palsu” ternyata menyebabkan menurunnya kepercayaan konsumen
(39)
terhadap keaslian beras sehingga harga beras Pandan Wangi asli anjlok. Beras campuran dapat dijumpai di supermarket dan toko-toko beras dengan harga berkisar Rp 7.000 hingga Rp 10.000 per kilogram, padahal standar harga beras Pandan Wangi di tingkat konsumen Rp 9.000 hingga 18.000 per kilogram.
Upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cianjur untuk menyelesaikan masalah ini adalah dengan memurnikan kembali varietas padi Pandan Wangi dan telah memperoleh pengakuan di tingkat nasional. Pemerintah setempat juga sedang mengajukan hak paten varietas tersebut dengan tujuan melindungi para petani setempat dari penggunaan label Pandan Wangi untuk beras jenis lain6. Selain itu, upaya yang dilakukan oleh Gapoktan Citra Sawargi adalah dengan memasarkan beras varietas Pandan Wangi asli melalui kerja sama dengan pihak distributor (PT. Quasindo). Jaminan kualitas diberikan agar konsumen percaya akan keaslian produk beras Pandan Wangi yang dipasarkan. Jaminan kulitas tersebut ditunjukkan dengan adanya label ”garansi uang kembali” di setiap kemasannya.
Dari sisi budidaya, para petani padi Pandan Wangi maupun Varietas Unggul Baru dihadapkan pada masalah tingginya harga input produksi, terutama pupuk. Pemerintah kemudian mengeluarkan suatu kebijakan, yaitu dengan memberikan subsidi pupuk untuk petani. Subsidi pupuk diberikan kepada petani agar harga eceran pupuk yang diterima oleh petani dapat terjangkau. Selain itu, pemerintah pun telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 40/Permentan/OT.140/04/2007 Tahun 2007, mengenai rekomendasi pemupukan N, P, dan K pada padi sawah spesifik lokasi. Peraturan Menteri Pertanian ini tujuan agar penggunaan pupuk N, P, dan K pada padi sawah lebih efisien dan mampu meningkatkan pendapatan petani, keberlanjutan sistem produksi,
(40)
kelestarian fungsi lingkungan, dan penghematan sumberdaya energi7. Selain dari
sistem budidaya, untuk melindungi produk padi domestik pemerintah pun melakukan kebijakan perdagangan. Ini terlihat pada di keluarkannya Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 12/M-DAG/PER/4/2008 yang mengatur ketentuan ekspor dan impor beras di Indonesia.
Kebijakan-kebijakan pemerintah tersebut diterapkan dengan tujuan agar komoditas padi memiliki daya saing yang lebih baik. Maka munculah kembali pertanyaan, bagaimana dampak kebijakan pemerintah terhadap pengusahaan padi varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru, khususnya di Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur sebagai salah satu daerah sentra produksi beras Pandan Wangi.
1.3. Tujuan
Berdasarkan permasalahan di atas maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis daya saing dan dampak kebijakan pemerintah terhadap
usahatani padi Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru di Desa Buni-kasih, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur.
2. Menganalisis daya saing usahatani padi Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru akibat adanya perubahan variabel penerimaan dan variabel biaya di Desa Bunikasih, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan yaitu pihak petani, pemerintah, mahasiswa dan perguruan tinggi. Hasil penelelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi mengenai dampak kebijakan yang telah diterapkan oleh pemerintah kepada
7
http://www.litbang.deptan.go.id/regulasi/one/11/. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 40/Permentan/OT.140/04/2007. 29 Januari 2008
(41)
petani padi varietas Pandan Wangi dan padi Varietas Unggul Baru. Diharapkan dengan penelitian ini pemerintah dapat menyusun kebijakan yang menguntung-kan khususnya kepada petani padi selaku produsen beras.
Bagi petani, diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan masukan yang bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan petani dengan cara meningkatkan kualitas yang baik dan produktifitas yang tinggi. Manfaat bagi mahasiswa dan perguruan tinggi adalah diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi atau pembanding bagi studi-studi mengenai komoditas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru selanjutnya.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini adalah:
1. Perhitungan didasarkan pada hasil produksi padi varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru pada musim tanam tahun 2007 di Desa Bunikasih Kacamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur. Periode waktu analisis didasarkan pada waktu petani menanam kedua varietas, tidak membedakan antara musim kemarau dan musim hujan.
2. Produktivitas kedua varietas padi di anggap konstan.
3. Harga yang terjadi dalam usahatani padi varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru, terjadi pada tingkat petani.
4. Nilai tukar resmi dan harga perbatasan (cif dan fob) adalah nilai yang terjadi pada tahun 2006.
5. Harga bayangan output merupakan harga yang terjadi di supermarket, dengan asumsi kondisi pasar tersebut mendekati kondisi pasar persaingan sempurna.
(42)
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Konseptual 2.1.1. Varietas Unggul
Varietas unggul ialah suatu varietas padi yang karena sifat pembawaan-nya dapat memberikan hasil yang tinggi pada satu satuan luas dan pada satu-satuan waktu (Departemen Pertanian, 1977). Penggunaan benih varietas unggul akan menentukan produksi padi yang akan dihasilkan. Benih varietas unggul bermutu merupakan penentu batas atas produktivitas suatu usaha tani dan berlaku bagi semua komoditi pertanian8. Menurut Departemen Pertanian (1977), varietas padi unggul dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
a. Varietas Unggul Nasional (UNGNAS) atau Varietas Unggul Biasa (improved national variety), mempunyai daya produksi sedang yang biasa disebut pula varietas unggul Bogor. Varietas-varietas padi ini dihasilkan oleh Lembaga Pusat Penelitian Pertanian Bogor, sebelum tahun 1965. Contoh varietas ini antara lain adalah Bengawan, Si Gadis, Remaja, dan Jelita.
b. Varietas Unggul Baru mempunyai daya produksi yang tinggi dan responsif terhadap pemupukan tinggi (high yielding variety). Varietas Unggul Baru diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1967 yang diantaranya berasal dari Lembaga Penelitian Padi Internasional (IRRI) di Filipina.
c. Varietas Unggul Lokal ini tidak termasuk Varietas Unggul Nasional, tetapi disuatu daerah tertentu mampu menghasilkan padi lebih tinggi atau menyamai dari produksi padi Varietas Unggul Nasional.
8
http://indoplasma.or.id/artikel/artikel_2006_manfaat_UU_29_2000.htm. Achmad Baihaki. Manfaat Dan
(43)
Keinginan konsumen produk pertanian khususnya padi yang beragam menuntut adanya ragam varietas padi9. Pengembangan variertas padi ditujukan agar tercipta varietas-varietas padi unggul yang mampu memenuhi keinginan petani padi maupun konsumen. Varietas unggul tanaman diperoleh melalui serangkaian penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan varietas dengan sifat-sifat yang diinginkan, seperti potensi hasil tinggi, umur genjah, tahan terhadap tekanan biotik dan abiotik tertentu, sesuai dengan selera konsumen, dan lain-lain10.
Kecocokan varietas dengan lahan yang ada dan musim atau iklim akan memengaruhi produktivitas padi, sehingga penentuan varietas dengan jenis lahan dan ketinggian untuk setiap daerah sangatlah diperlukan. Di Jawa Barat khususnya, banyak petani menggunakan beberapa Varietas Unggul Baru antara lain adalah varietas IR 64, Ciherang, dan Sintanur.
Varietas IR 64 merupakan salah satu Varietas Unggul Baru yang banyak digunakan oleh para petani. Umur tanaman yang cukup singkat yaitu 115 hari menjadi salah satu alasan petani menanam varietas IR 64. Varietas IR 64 termasuk ke dalam golongan Cere, tinggi tanaman kurang lebih 85 cm dengan bobot 1.000 butir benih seberat 24 gram. Deskripsi lengkap mengenai varietas IR 64 dapat dilihat pada Lampiran 4.
Namun, penggunaan varietas IR 64 pada saat ini mulai berkurang karena varietas ini telah mengalami penurunan kualitas. Rata-rata produksi yang dihasilkan hanya 5 ton per hekar11. Salah satu cara yang mampu mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan varietas unggul yang lebih baik agar produksi petani dapat meningkat kembali. Saat ini sebagian petani
9
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/062006/12/11-lapsus01.htm. Padi Unggul, Produksi Oke & Rasa Enak. 29 Januari 2008
10
http://www.litbang.deptan.go.id/varietas. Varietas Unggul. 29 Januari 2008
11
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/082007/02/0404.htm. Dengan Varietas Unggul, Swasembada Beras Akan Terwujud. 29 Januari 2008
(44)
mulai beralih pada varietas Ciherang, alasannya adalah varietas Ciherang mampu berproduksi lebih tinggi. Varietas ini mampu berproduksi hingga 5 – 8,5 ton per hektar. Deskripsi lengkap mengenai varietas Ciherang dapat dilihat pada Lampiran 5.
Dari kasus peralihan penggunaan varietas IR 64 ke varietas Ciherang dapat disimpulkan bahwa pengembangan varietas padi unggulan harus tetap dilakukan. Pengembangan varietas unggul tidak hanya ditujukan pada pemenuhan keinginan konsumen beras seperti rasa yang pulen atau aroma yang wangi, namun juga mampu memenuhi keinginan petani seperti peningkatan produksi hasil dan tanaman yang tahan hama. Sejak tahun 1940 sampai dengan Maret 2004 telah dilepas 201 padi varietas unggul. Namun harus diingat bahwa setiap varietas unggul yang dilepas masing-masing akan memiliki “life
expectancy” tersendiri dan berbeda satu sama lain12.
2.1.2. Karakteristik Beras Pandan Wangi
Perkembangan padi sawah Pandan Wangi di Kabupaten Cianjur dimulai pada tahun 1970. Pada awal tahun tersebut perkembangan padi Pandan Wangi dimulai di Desa Mayak, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur. Kemudian padi Pandan Wangi mulai ditanam di Desa Jambu Dipa dan Bunikasih, kedua daerah tersebut terletak di Kecamatan Warungkondang. Pertanaman Pandan Wangi di ketiga desa tersebut berkembang luas, karena dinilai memiliki keunggulan khusus dari beras yang dihasilkan (Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur et
al.,2003).
Padi varietas Pandan Wangi merupakan varietas padi aromatik yang sudah dikenal luas. Varietas Pandan Wangi merupakan varietas lokal yang
12
http://indoplasma.or.id/artikel/artikel_2006_manfaat_UU_29_2000.htm. Achmad Baihaki. Manfaat Dan
(45)
menjadi ciri khas Kabupaten Cianjur. Sejak tahun 1973 varietas ini dikenal sebagai nama “Pandan Wangi”. Nama Pandan Wangi berasal dari ciri khas aroma pandan yang keluar jika beras Pandan Wangi di masak. Aroma pandan yang terdeteksi dari beras Pandan Wangi merupakan komponen
2-acetyl-1-pyrroline (Natalia, 2007). Menurut Buttery et al. (1983) dalam Natalia (2007) komponen ini juga pada analisis terhadap komponen volatile dari daun pandan (Pandanus amaryllifolius)
Pandan Wangi adalah beras khas Cianjur yang berasal dari padi bulu (javanica) varietas lokal. Deskripsi Pandan Wangi antara lain umur tanaman 150–160 hari, tinggi tanaman 150 sampai 170 cm, bentuk gabah (endosperm) bulat atau gemuk berperut, berbulu, tahan rontok, berat 1.000 butir gabah 30 gram, beraroma pandan, dan potensi hasil 6 hingga 7 ton per hektar malai kering pungut. Deskripsi padi sawah varietas Pandan Wangi berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 163/Kpts/LB.240/3/2004 tanggal 17 Maret 2004 dapat dilihat pada Lampiran 6.
Beras Pandan Wangi mengandung zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh seperti protein, gula pereduksi, dan zat besi. Dalam 100 gram beras Pandan Wangi presentasi gula pereduksi lebih besar jika dibandingkan dengan kadar protein dan lemak, yaitu sebesar 63,39 persen. Kandungan zat gizi beras Pandan Wangi per 100 gram dapat dilihat secara rinci pada Tabel 4.
Tabel 4. Kandungan Zat Gizi Beras Pandan Wangi Per 100 Gram
No. Parameter Hasil Satuan
1. Kadar protein 8,97 %
2. Kadar lemak 0,32 %
3. Kadar gula pereduksi 63,39 %
4. Zat besi (Fe) 4,65 Ppm
5. Cat tembaga (Cu) 6,42 Ppm
6. Kalori 14,81 Kg/gr
(46)
Wilayah penyebaran Pandan Wangi selain di Kabupaten Cianjur dapat ditemui di Kabupaten Sukabumi, Garut, Ciamis, Tasikmalaya, Majalengka, dan Karawang (Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur et al.,2003). Varietas Pandan Wangi umumnya ditanam di dataran sedang dengan ketinggian sekitar 700 meter diatas permukaan laut.
Pusat-pusat produksi beras Pandan Wangi di Kabupaten Cianjur adalah di Kecamatan Warungkondang, Cugenang, Cibeber, Cianjur, Cilaku, dan Campaka. Beras Pandan Wangi Kabupaten Cianjur berbeda dengan beras lainnya karena beras Pandan Wangi pulen nasinya, enak, dan wangi pandan. Salah satu keunikannya adalah jika ditanam diluar daerah Kabupaten Cianjur maka, soal rasa, aroma, kepulenan,dan ciri lain akan berbeda (Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur, 2002). Beras Pandan Wangi khas Cianjur tercipta karena paduan faktor genetik dan lingkungan.
2.2. Tinjauan Studi Terdahulu
2.2.1. Studi Empiris Mengenai Padi Pandan Wangi
Penelitian tentang Analisis Strategi dan Taktik Pemasaran Beras Pandan Wangi dan Manisan Khas Cianjur dilakukan oleh Malinda (2005). Hasil penelitian Malinda (2005) menunjukkan bahwa berdasarkan analisis Biplot didapatkan informasi bahwa untuk beras Pandan Wangi, atribut yang paling kuat mempengaruhi keputusan pembeliannya oleh konsumen adalah promosi produk yang baik dan kemudahan dalam mempengaruhi keputusan pembeliannya oleh konsumen adalah keunikan produk, rasa yang lezat dan khas, keberagaman penampilan produk, kemasan yang menarik serta kemudahan dalam mendapat-kan produk.
Pada kelompok Cluster terpilih untuk konsumen beras Pandan Wangi adalah kelompok dengan pendapatan rata-rata per bulan Rp. 1.000.001 sampai
(47)
Rp.2.000.000 dan pengeluaran Rp. 1.000.001 sampai Rp. 2.000.000 (28 persen). Kelompok Cluster terpilih untuk konsumen manisan adalah kelompok dengan pendapatan rata-rata per bulan Rp. 1.000.001 sampai Rp. 2.000.000 dan pengeluaran Rp. 1.000.001 sampai Rp. 2.000.000 (21 persen). Kelompok-kelompok tersebutlah yang menjadi target pasar bagi masing-masing produk.
Positioning beras Cianjur diantaranya adalah “Beras wangi asli Cianjur, kualitas terjamin”, sedangkan positioning manisan Cianjur diantaranya adalah “Manisan Cianjur oleh-oleh khas unggulan daerah”.
Taktik pemasaran yang disusun untuk beras Pandan Wangi diantaranya adalah melakukan diversifikasi kemasan, mempertahankan kemurnian produk dan karakteristik produknya yang khas, membuat hak paten dengan nama baru, membidik segmen pasar potensial (menengah keatas), dan menyediakan produk pada outlet penjualan khusus untuk produk pangan khas Cianjur. Taktik pemasaran untuk manisan diantaranya adalah melakukan diversifikasi kemasan, mempertahankan karakteristik produk yang khas, menyediakan brosur tentang produk pada outlet-outlet penjualan dan memberikan potongan harga pada transaksi penjualan, serta menyediakan produk pada outlet penjualan khusus produk pangan khas Cianjur.
Banyaknya beras Pandan Wangi palsu menyebabkan kerugian baik dipihak petani dan konsumen. Varietas beras yang digunakan sebagai campuran Pandan Wangi “palsu” diantaranya adalah varietas Morneng dan BTN. Selain cara pencampuran beras, beras Pandan Wangi “palsu” di dapat dengan cara mencampurkan essens pandan pada beras varietas lain pada saat penggilingan. Jika beras dicuci atau saat dimasak maka aroma pandan pada beras Pandan Wangi “palsu” jenis ini pun akan hilang.
Penelitian mengenai kemurnian beras Pandan Wangi perlu dilakukan agar konsumen tidak merasa tertipu oleh beras pandan Pandan Wangi palsu
(48)
yang beredar. Salah satu penelitian tersebut telah dilakukan oleh Annissa (2007) tentang Pengembangan Metode Penentuan Kemurnian Beras Varietas Pandan Wangi Berdasarkan Karakteristik Fisik. Tujuannya adalah untuk mendapatkan metode yang cepat dalam menentukan kemurnian beras berdasarkan karakteristik fisik khususnya varietas Pandan Wangi.
Pada penelitiannya, Annissa (2007) melakukan tiga tahapan, yaitu persiapan sampel yang terdiri dari standarisasi kadar air 14 persen, derajat sosoh 95 persen, dan beras kepala utuh; pengembangan metode dari kelima parameter yang terdiri dari bobot per volume, bobot seribu butir, ukuran panjang butir, bentuk butir, dan chalkiness.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari kelima parameter yang dianalisis fisiknya, diperoleh metode yang paling mudah dan cepat dilakukan untuk mengetahui asli atau tidaknya beras Pandan Wangi yang ada di pasaran yaitu dengan melihat bentuk dan ukurannya serta tipe chalkiness yang terdapat pada beras Pandan Wangi. Beras Pandan Wangi memiliki bentuk butir agak bulat (p/l ≤ 2,0 mm) berdasarkan rasio panjang per lebar dari butir beras dan ukuran butirnya tergolong medium (5,5 sampai 5,99 mm) serta memiliki
chalkiness berupa bintik/garis putih pada bagian yang biasa disebut white belly. Penelitian yang dilakukan oleh Arkanti (2007) tentang Karakterisasi Faktor Fisiko-Kimia dan Sensori Beras Pandan Wangi, Morneng, dan BTN bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan nyata antara karakteristik sifat fisiko-kimia dan sensori beras Pandan Wangi dengan beras Morneng maupun BTN. Penelitian ini terdiri atas beberapa bagian, yaitu analisis fisiko-kimia dan analisis sensori deskriptif. Analisis sensori deskriptif dilakukan dengan menggunakan metode Quantitative Descriptive Analysis (QDA) dengan Uji t.
Beras Pandan Wangi menunjukkan perbedaan pada ukuran, bentuk, suhu gelatinisasi, penyerapan air nasi, dan pengembangan volume nasi dengan
(49)
beras Morneng. Beras Pandan Wangi memiliki panjang 6,04 mm dan nisbah panjang/lebar 2,08 sehingga dapat digolongkan kedalam beras butir panjang dengan bentuk agak bulat. Beras Morneng memiliki panjang 5,61 mm dan nisbah panjang/lebar 1,96 sehingga dapat digolongkan kedalam beras butir sedang dengan bentuk bulat. Suhu gelatinisasi beras Pandan Wangi adalah sebesar 72ºC, sedangkan beras Morneng memiliki suhu gelatinisasi yang lebih rendah, yaitu sebesar 69ºC.
Penyerapan air dan pengembangan volume nasi pada beras Pandan Wangi adalah sebesar 197 persen beras dan 231,25 persen beras, sedangkan beras Morneng 251,5 persen beras dan 320 persen beras. Perbedaan juga ditemukan pada karakteristik sensori, yaitu pada intensitas aroma pandan dan kepulenan. Nasi dari beras Pandan Wangi memiliki intensitas aroma pandan dan kepulenan yang lebih tinggi dari beras Morneng. Intensitas aroma pandan dan kepulenan nasi dari beras Pandan Wangi berturut-turut adalah 51,2 dan 53,9. Intensitas aroma pandan dan kepulenan nasi dari beras Morneng berturut-turut adalah 22,2 dan 26,9.
Perbedaan antara beras Pandan Wangi dan BTN dapat dilihat pada densitas beras, skor intensitas kepulenan, dan aroma pandan. Densitas beras Pandan Wangi yaitu sebesar 788,31 gram/liter lebih rendah dibandingkan densitas beras BTN yaitu sebesar 796,83 gram/liter. Seperti halnya pada beras Morneng, nasi dari beras Pandan Wangi memiliki intensitas kepulenan dan juga aroma pandan yang lebih tinggi dibandingkan nasi dari beras BTN.
Intensitas aroma pandan dan kepulenan nasi dari beras BTN berturut-turut adalah 20,2 dan 33,8. Persamaan antara beras Pandan Wangi, beras Morneng, dan beras BTN dapat diketahui dari bentuk granula pati, kandungan abu, protein, lemak, dan karbohidrat. Beras Pandan Wangi dengan beras BTN memiliki persamaan yaitu pada ukuran, bentuk butir beras, penyerapan air, dan
(50)
pengembangan volume nasi, sedangkan persamaan antara beras Pandan Wangi dan beras Morneng yaitu pada densitas berasnya saja.
Mengestimasi tingkat profitabilitas usahatani Pandan Wangi yang diterima petani pemilik penggarap dan petani penggarap, dan mengidentifikasi saluran dan marjin pemasaran yang terdapat dalam pemasaran komoditas beras Pandan Wangi di Cianjur merupakan tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati (2003). Penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati (2003) yaitu tentang Analisis Usahatani dan Pemasaran Beras Pandan Wangi di Kecamatan Warungkondang dan Cugenang.
Hasil penelitian dari usahatani menunjukkan bahwa pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh petani pemilik penggarap Rp. 16.139.323 per tahun, sedangkan petani penggarap sebesar Rp. 412.394 per tahun. Hal itu disebabkan biaya bagi hasil atas penggunaan lahan yang dikeluarkan penggarap sebesar Rp. 11.328.183 per tahunnya. Pendapatan atas biaya total pemilik penggarap sebesar Rp. 6.795.076 per tahun, sedangkan petani penggarap sebesar Rp. 3.279.444 per tahun.
Nilai rasio R/C atas biaya tunai petani pemilik penggarap 3,14 sedangkan rasio R/C penggarap besarnya 1,19. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani keduanya menguntungkan dan bisa lebih dikembangkan sebagai mata pencaharian. Rasio R/C atas biaya total nilainya masing-masing petani pemilik sebesar 1,35 dan penggarap sebesar 1,18. Dari perhitungan pendapatan dan analisis rasio R/C, tampak bahwa usahatani yang dilakukan oleh kedua jenis strata sama-sama menguntungkan. Namun secara nominal, usahatani yang dilakukan petani pemilik lebih menguntungkan dibanding dengan penggarap.
Dari hasil analisis saluran pemasaran menunjukkan bahwa lembaga yang terlibat dalam pemasaran beras Pandan Wangi diantaranya adalah petani, pedagang pengumpul, pedagang besar daerah/luar daerah dan pedagang
(51)
pengecer daerah/luar daerah serta terdapat 12 saluran pemasaran. Dari kedua belas saluran, ada saluran yang menjual beras murni dan ada beras campuran. Adapun saluran yang menjual beras murni yaitu saluran 9C dan 9D, yang didalamnya terdapat petani – pedagang besar daerah – konsumen. Sisanya merupakan saluran yang menjual beras campuran. Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh masing-masing lembaga pemasaran diantaranya fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas.
Nilai farmer’s share terbesar dan terkecil terdapat pada saluran 9B dan 9C, masing-masing besarnya 42,41 persen dan 27,83 persen. Nilai keuntungan terbesar 48,62 persen diperoleh pedagang besar daerah saluran 9C, sedangkan keuntungan terkecil diperoleh pedagang besar daerah saluran 3. Secara nominal, nilai marjin terkecil terdapat pada saluran 9B sebesar 57,59 persen, karena beras yang dijual berupa beras campuran dengan harga yang relatif lebih murah dibanding beras murni.
Sebaran nilai marjin saluran beras Pandan Wangi campuran yaitu 57,59 persen hingga 67,23 persen dari harga konsumen. Nilai marjin terbesar adalah saluran 9C sebesar 72,17 persen. Rasio R/C terbesar dimiliki pedagang besar daerah saluran 9C sebesar 1,95 persen, artinya setiap Rp. 1,00 yang dikeluarkan akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 1,95. Rasio R/C terkecil adalah pedagang besar daerah (saluran 2 dan 3) dan pedagang besar di Pasar Induk Cipinang Jakarta (saluran 7A dan 11A), masing-masing besarnya 1,01 persen.
Saluran pemasaran yang dinilai sebagai saluran yang efisien adalah saluran 9D, bukan saluran 9B. Hal itu disebabkan saluran yang menjual beras campuran memiliki kemungkinan mendapatkan keuntungan yang lebih besar dibanding saluran yang menjual beras murni, yaitu apabila pencampuran beras yang dilakukan persentase pencampur lebih besar dibandingkan Pandan Wanginya.
(52)
2.2.2. Studi Empiris Mengenai Keunggulan Kompetitif dan Komparatif Penelitian yang mengkaji mengenai keunggulan kompetitif dan komparatif diantaranya dilakukan oleh Kuraisin (2006), mengenai analisis daya saing dan dampak perubahan kebijakan pemerintah terhadap komoditi susu sapi. Metode yang digunakan dalam penelitiannya menggunakan alat analisis Policy Analysis
Matrix (PAM) dan analisis sensitivitas. Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa usaha susu perah pada skala usaha di desa Tajur Halang menguntungkan secara ekonomi dan finansial. Artinya komoditas susu layak untuk diusahakan dan dikembangkan di desa Tajur Halang, baik dengan atau tanpa kebijakan pemerintah. Berdasarkan hasil analisis sensitivitas yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa usaha tani sapi perah pada ketiga skala usaha tetap memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif.
Selain itu, Tarsono (2006) mengkaji mengenai analisis dampak kebijakan pemerintah terhadap daya saing gula (kasus di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat). Berdasarkan hasil penelitiannya, ternyata industri gula di Kabupaten Cirebon untuk kategori TRIS I dan TRIS II menguntungkan secara ekonomi dan finansial. Nilai PRC dan DRC menunjukkan bahwa industri gula di kabupaten Cirebon memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa industri gula tetap memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif walaupun terjadi kenaikan harga BBM sebesar 25 persen dan kenaikan harga gula 20 persen, serta kenaikan BBM sebesar 25 persen dan pada saat yang sama terjadi kenaikan sewa lahan sebesar 20 persen.
Indriyati (2007) meneliti mengenai analisis daya saing buah nenas model tumpang sari dengan karet. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) menganalisis dayasaing pengusahaan buah nenas di Kota Prabumulih dan Kabupaten Ogan Ilir (2) menganalisis dampak kebijakan pemerintah serta perubahan harga input
(53)
dan output terhadap dayasaing pengusahaan buah nenas di Kota Prabumulih dan Kabupaten Ogan Ilir.
Hasil penelitiannya menunjukkan pengusahaan nenas di kedua lokasi penelitian memiliki dayasaing (keunggulan kompetitif dan komparatif). Hal ini ditunjukkan dari nilai PCR dan DRC yang kurang dari satu untuk kedua lokasi penelitian. Nilai PCR untuk kedua lokasi penelitian, yaitu 0,89 untuk Desa Sungai Medang dan 0,88 untuk Desa Payaraman, sedangkan DRC untuk kedua desa, yaitu 0,43 (Desa Sungai Medang) dan 0,40 (Desa Payaraman).
Dampak kebijakan terhadap output-input pada kedua desa belum berjalan dengan efektif atau kebijakan output-input yang ada selama ini kurang menguntungkan bagi petani nenas di kedua desa. Hal ini ditunjukan dari nilai Koefisien Proteksi Efektif (EPC) yang kurang dari satu di kedua desa yaitu sebesar 0,63 (Desa Sungai Medang) dan 0,57 (Desa Payaraman). Berdasarkan hasil analisis sensitivitas yang menggunakan asumsi bila terjadi penurunan harga output, harga input pupuk mengalami peningkatan sebesar 10% dan perubahan nilai tukar rupiah serta analisis gabungan, menunjukkan bahwa pengusahaan nenas di kedua lokasi penelitian masih memiliki dayasaing (keunggulan kompetitif dan komparatif) serta layak untuk diusahakan.
Dari tinjauan penelitian-penelitian terdahulu tersebut, dapat dilihat bahwa penelitian mengenai analisis daya saing padi varietas Pandan Wangi dan padi Varietas Unggul Baru dengan alat analisis Policy Analysis Matrix (PAM) belum yang melakukan. Penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui daya saing kedua komoditas beras tersebut. Desa Bunikasih, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur dipilih sebagai tempat penelitian karena daerah tersebut memiliki potensi sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan sektor pertanian, khususnya komoditi beras varietas Pandan Wangi dan beras Varietas Unggul Baru.
(54)
Tabel 5. Ringkasan Studi-Studi Terdahulu Tentang Padi Pandan wangi dan Keunggulan Kompetitif serta Keunggulan Komparatif
Studi Empiris Mengenai Padi Pandan Wangi
No. Penulis Judul Alat analisis Persamaan Perbedaan
1. Malinda (2005) Analisis Strategi dan Taktik Pemasaran Beras Pandan Wangi dan Manisan Khas Cianjur Analisis
Biplot Komoditas
Alat analisis dan topik penelitian
2. Annissa (2007) Pengembangan Metode Penentuan Kemurnian Beras Varietas Pandan Wangi Berdasarkan Karakteristik Fisik Metode Penentuan Berdasarkan Karakteristik Fisik Komoditas Alat analisis dan topik penelitian
3. Arkanti (2007) Karakterisasi Faktor Fisiko-Kimia dan Sensori Beras Pandan Wangi, Morneng, dan BTN Analisis fisiko-kimia dan analisis sensori deskriptif Komoditas Alat analisis dan topik penelitian
4. Rachmawati (2003)
Usahatani dan Pemasaran Beras Pandan Wangi di Kecamatan Warungkondang dan Cugenang.
Analisis
Usahatani Komoditas
Alat analisis dan topik penelitian
Studi Mengenai Keunggulan Kompetitif dan Komparatif
5. Kuraisin (2006) Analisis Dayasaing dan Dampak Kebijakan Pemerintah terhadap Komoditi Susu Sapi
PAM Alat analisis Komoditas
6. Tarsono (2006) Analisis Dampak Kebijakan Pemerintah terhadap Daya Saing Gula (Kasus Di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat).
PAM Alat analisis Komoditas
7. Indriyati (2007) Analisis Daya Saing Buah Nenas Model Tumpang Sari Dengan Karet.
(1)
Lampiran 50. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Pandan Wangi Jika Terjadi Penurunan Output Sebesar 16 Persen (Per Hektar Per Tahun)
Uraian Penerimaan Biaya Input Keuntungan Tradable Non Tradable
Harga Privat 54.743.241,18 600.536,77 43.419.487,58 10.723.216,84 Harga Sosial 109.486.482,37 1.090.237,06 36.236.817,53 72.159.427,78 Dampak
Kebijakan -54.743.241,18 -489.700,29 7.182.670,05 -61.436.210,94
Hasil Analisis Matriks:
KP : 10.723.216,84 TI : -489.700,29
KS : 72.159.427,78 NPCI : 0,55
TB : -61.436.210,94 TF : 7.182.670,05
PCR : 0,80 EPC : 0,50
DRC : 0,33 SRP : -0,56
TO : -54.743.241,18 PC : 0,15
NPCO : 0,50
Lampiran 51. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Varietas Unggul Baru Jika Terjadi Penurunan Output Sebesar 16 Persen (Per Hektar Per Tahun)
Uraian Penerimaan Biaya Input Keuntungan Tradable Non Tradable
Harga Privat 58.783.528,44 782.358,24 59.790.340,29 -1.789.170,09 Harga Sosial 80.947.717,88 1.421.674,32 49.864.466,83 29.661.576,72 Dampak
Kebijakan -22.164.189,44 -639.316,08 9.925.873,46 -31.450.746,81
Hasil Analisis Matriks:
KP : -1.789.170,09 TI : -639.316,08
KS : 29.661.576,72 NPCI : 0,55
TB : -31.450.746,81 TF : 9.925.873,46
PCR : 1,03 EPC : 0,73
DRC : 0,63 SRP : -0,39
TO : -22.164.189,44 PC : -0,06
(2)
a) SD c) SMU e) lainnya : … b) SLTP d) perguruan tinggi : ... Lampiran 52. KuesionerDaya Saing Beras Varietas Pandan Wangi Dan Beras
Varietas Unggul Baru
Kuesioner ini digunakan sebagai bahan penyusun skripsi ”Analisis Daya Saing Beras Varietas Pandan Wangi Dan Beras Varietas Unggul (Oryza sativa) Di Kabupaten Cianjur Jawa Barat Kasus Desa Buni Kasih, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat” oleh Restu Edianur Rohman (A14105594), Mahasiswa Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
KUESIONER DAYA SAING
BERAS VARIETAS PANDAN WANGI DAN BERAS VARIETAS UNGGUL BARU *) coret yang tidak perlu
A. Karakteristik Petani Responden
1. Nama :
2. Jenis kelamin : L / P*
3. Umur : Tahun
4. Pendidikan terakhir :
5. Pengalaman bertani padi :………..tahun 6. Luas lahan yang diusahakan : ………….ha
7. Status kepemilikan lahan? (Penggarap/Pemilik dan penggarap)*sewa lahan? Rp………
8. Luas total lahan usahatani yang dimiliki :……… 9. Sifat usahatani : utama / sampingan*
10. Pekerjaan diluar usahatani padi :…….
11. Varietas yang digunakan : (Pandan Wangi/ciherang/IR64/ )*
12. Musim tanam :……….
13. Sumber modal usahatani : sendiri / pinjam ke petani lain / lainnya……* 14. Kemana hasil panen dijual ? (pedagang pengumpul/lainnya………)* 15. Permasalahan yang sering dihadapi dalam usahatani padi (budidaya,
teknologi, modal, hama, lainnya...) Uraiansingkat:
... ...
(3)
Lanjutan Lampiran 52
16. Apakah Bapak/Ibu mendapat bantuan langsung dari pemerintah? (ya/tidak)* 17. jika ya, dalam bentuk apa bantuan tersebut? ... B. Penggunaan input usahatani padi (Pandan Wangi/IR 64/Ciherang/...)
Uraian Satuan Jumlah
fisik
Harga per satuan
Nilai total
(Rp) Keterangan
Pupuk kimia Pupuk padat
• Urea
• TSP
• KCl
• SP-36
• … • …
Kg Kg Kg Kg Kg Kg Pestisida kimia
Pestisida padat
• Furadan
• ...
Kg Kg Pestisida cair
• ...
• ...
• ...
• ...
• ...
ml ml ml ml Ml
(4)
Lanjutan Lampiran 52
C. Penggunaan tenaga kerja No
Periode
Kebutuhan Tenaga Kerja Hari
TKDK TKLK
L P T M L P T M
1. Pengolahan tanah I
• Membajak
• Memopok
• ……….
2. Pembibitan
3. Pengolahan tanah II
• Meratakan
4. Menaplak
5. Menanam/tandur
6. Pemeliharaan
• penyiangan I
• pemupukan I dan II
• penyemprotan
(………)
• penyiangan II
• pembersihan pematang :
9 nyopak
9 ngabutik
• ………
• ………
7. Panen
8. Pasca panen
• Penggilingan
• ……...
• ………
9. Mengangkut hasil panen
Keterangan: TKDK (tenaga kerja dalam keluarga); TKLK (tenaga kerja luar keluarga)
L = laki-laki; P = perempuan; T = ternak; M = mesin Upah Kerja (HKP/HKW/Sewa):
• Laki-laki = Rp...(...jam/hari) • Perempuan = Rp...(...jam/hari) • Ternak = Rp...(...jam/hari) • Mesin = Rp...(...jam/hari)
(5)
Lanjutan Lampiran 52
D. Peralatan yang digunakan dalam usahatani padi
No. Jenis alat Jumlah
(buah)
Harga beli (Rp)
Masa pakai (th)
Estimasi umur ekonomis
(th)
1. Cangkul 2. Kored
3. Parang/Bedog 4. Handsprayer 5. Garokan 6. Capalakan 7. Karung 8. Terpal
9. Garukan/perata tanah
10. Ani-ani 11. 12. 13. 14. 15.
E. Pengeluaran usahatani lainnya
No. Jenis pengeluaran Jumlah (Rp) Keterangan
1 Pajak
2 Sewa lahan
3 Bunga modal
4 5
Total F. Penerimaan hasil produksi
No. Produksi Total produksi
(kg)
Harga (Rp/Kg) 1.
2.
3.
Total Produksi
(6)
Lanjutan Lampiran 52 H. Analisis Sensitivitas
1. Selama Bapak/Ibu bertani, berapa hasil panen yang terendah yang didapat? ... 2. Sedangkan jumlah panen tertinggi berapa?
... 3. Harga beli tertinggi yang pernah bapak/ ibu tarima berapa?
... 4. Sedangkan untuk harga beli terendah barapa?
... 5. Berapa harga pupuk/benih tertinggi yang Bapak/Ibu beli?
Pupuk: Benih :
6. Berapa harga yang terendah untuk membeli pupuk/benih? Pupuk :
Benih :
7. Apa yang paling sering menyebabkan perubahan harga jual padi?
... ... ...