Peningkatan Harga Pupuk Anorganik Penurunan Harga Output

Berbeda dengan Varietas Unggul Baru, komoditas beras Pandan Wangi tetap memiliki keunggulan kompetitif dan komparatifnya walaupun telah terjadi perubahan. Hal tersebut tergambar dari nilai PCR dan DRC setelah perubahan yang tetap bernilai kurang dari satu Tabel 20. Walaupun demikian, akibat adanya perubahan tersebut daya saing dari komoditas ini pun melemah. Setelah terjadi perubahan, keuntungan privat komoditas beras Pandan Wangi menurun hingga mencapai Rp.8.545.073,06 per hektar per tahun, begitu pula keuntungan sosialnya menurun hingga Rp. 67.374.462,99 per hektar per tahun.

7.1.2. Peningkatan Harga Pupuk Anorganik

Pupuk merupakan salah satu input produksi yang berperan penting dalam pengusahaan beras Pandan Wangi dan beras Varietas Unggul Baru. Permasalahan yang terjadi adalah kelangkaan pupuk yang selalu terjadi pada saat musim tanam. Pada daerah penelitian kelangkaan pupuk tersebut menye- babkan harga pupuk meningkat sebesar 16.67 persen. Tabel 21 menyajikan data hasil analisis sensitivitas jika terjadi kenaikan harga pupuk anorganik sebesar 16.67 persen. Peningkatan harga pupuk anorganik tidak menyebabkan nilai Keuntungan Privat dan Keuntungan Sosial pada pengusahaan kedua komoditias bernilai negatif. Ini berarti walaupun terjadi kenaikan harga pupuk hingga mencapai 16,67 persen kedua komoditas beras tersebut masih layak untuk diusahakan baik secara finansial atau ekonomi. Kedua komoditas masih tetap memiliki daya saing walaupun terjadi kenaikan harga pupuk hingga 16,67 persen. Ini terbukti dari nilai PCR dan DRC setelah perubahan yang bernilai kurang dari satu Tabel 21. Jadi pengusahaan beras Pandan Wangi dan beras Varietas Unggul Baru di desa Bunikasih tetap memilki keunggulan kompetitif dan komparatif walaupun terjadi peningkatan harga pupuk sebesar 16,67 persen. Tabel 21. Analisis Sensitivitas Beras Pandan Wangi Dan Beras Varietas Unggul Baru Bila Terjadi Peningkatan Harga Pupuk Anorganik Indikator Pandan Wangi Varietas Unggul Baru Sebelum perubahan Setelah perubahan Sebelum perubahan Setelah perubahan KP 19.435.791,94 19.160.515,57 6.608.066,69 6.222.708,25 PCR 0,70 0,70 0,90 0,91 KS 91.299.286,92 90.742.517,30 42.280.563,87 41.527.708,91 DRC 0,29 0,30 0,55 0,56 Keterangan: Kenaikan harga pupuk sebesar 16.67 persen.

7.1.3. Penurunan Harga Output

Penurunan harga output akan berdampak terhadap daya saing dari kedua varietas beras yang dianalisis. Setelah terjadi perubahan ternyata daya saing kedua beras mengalami penurunan, baik pada sisi keutungan yang diperoleh maupun sisi efisiensi pengusahaan. Hasil analisis sensitivitas jika terjadi penurunana harga output pada beras varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Analisis Sensitivitas Beras Pandan Wangi Dan Beras Varietas Unggul Baru Bila Terjadi Penurunan Harga Output Indikator Pandan Wangi Varietas Unggul Baru Sebelum perubahan Setelah perubahan Sebelum perubahan Setelah perubahan KP 19.435.791,94 11.615.328,92 6.608.066,69 -1.789.580,23 PCR 0,70 0,80 0,90 1,03 KS 91.299.286,92 75.658.360,86 42.280.563,87 30.716.604,18 DRC 0,29 0,33 0,55 0,63 Keterangan : Penurunan harga output sebesar 12 persen. Berdasarkan Tabel 22, Setelah terjadi penurunan harga output sebesar 12 persen Keuntungan Privat KP dari pengusahaan beras Varietas Unggul Baru bernilai negatif. Nilai KP beras Varietas Unggul Baru setelah terjadi perubahan adalah negatif Rp. 1.789.580,23. Nilai tersebut menunjukan bahwa jika terjadi penurunan harga beras Varietas Unggul Baru hingga 12 persen menyebabkan pengusahaan beras tersebut mengalami kerugian dan tidak layak untuk diusahakan. Selain itu, pengusahaan beras Varietas Unggul Baru pun kehilangan keunggulan kompetitifnya akibat dari perubahan tersebut. Kondisi demikian tercermin dari nilai PCR beras Varietas Unggul Baru yang bernilai lebih dari satu yaitu 1,03. Walaupun demikian, pengusahaan beras Varietas Unggul Baru tetap memberikan keuntungan secara sosial meskipun telah terjadi penurunan harga output sebesar 12 persen. Nilai keuntungan Sosial untuk beras Varietas Unggul Baru setelah terjadi perubahan adalah Rp. 30.716.604,18. Beras Varietas Unggul Baru pun tidak kehilangan keunggulan komparatifnya yang tercermin dari nilai DRC beras Varietas Unggul Baru yang bernilai kurang dari satu. Nilai DRC setelah perubahan untuk beras tersebut adalah 0,63. Kondisi berbeda terjadi pada pengusahaan beras varietas Pandan Wangi. Berdasarkan Tabel 22 , pengusahaan beras Pandan Wangi tetap memberikan keuntungan baik secara privat maupun sosial meskipun terjadi penurunan. Kondisi demikian terlihat dari nilai KP dan KS beras Pandan Wangi yang bernilai positif walaupun telah terjadi penurunan harga output. Nilai KP dan KS beras Pandan Wangi setelah terjadi penurunan harga output sebesar 12 persen secara berturut-turut adalah Rp. 11.615.328,92 dan Rp. 75.658.360,86. Berdasarkan Tabel 22 ternyata daya saing beras varietas Pandan Wangi melemah. Maskipun demikian, beras varietas Pandan Wangi tetap memiliki daya saing. Hal tersebut tergambarkan dari nilai PCR dan DRC beras Pandan Wangi yang tetap bernilai kurang dari satu meskipun telah terjadi perubahan pada harga output.

7.1.4. Perubahan Harga Output Dan Biaya Imbangan Penggunaan Lahan

Dokumen yang terkait

Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L.) Di Desa Bakaran Batu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai

12 108 56

Uji Stabilitas Varietas Padi (Oryza sativa L.) Pada Lahan Salin dan Sulfat Masam Menggunakan Analisis AMMI dan Sidik Lintas Komponen Produksi Dengan Produksi Gabah

4 55 75

Pertumbuhan Dan Produksi Empat Varietas Unggul Padi Sawah (Oryza Sativa L) Terhadap Berbagai Tingkat Genangan Air Pada Berbagai Jarak Tanam

0 30 181

Perancangan Buku Informasi Beras Pandan Wangi Di Kabupaten Cianjur

1 8 28

Analisis ekuitas merek produk beras pandan wangi:kasus di Kota Cianjur

0 13 219

Analisis Usahatani dan Tataniaga Padi Varietas Unggul (Studi Kasus Beras Pandan Wangi di Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur)

6 31 188

Analisis usahatani padi jenis ketan putih (Oryza Sativa Glutinosa (Studi Kasus Desa Jatimulya, Kecamatan Compreng, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat)

3 10 169

Penerapan Metode Quality Function Deployment (QFD) dan Analisis Sensitivitas Harga Pada Pengembangan Padi Varietas Unggul Hibrida (Kasus : Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur Jawa Barat)

1 10 174

Analisis sifat fisikokimia dan sifat fungsional beras (Oryza sativa) Varietas Beras Hitam dan Beras Merah asal Cianjur, Solok, dan Tangerang

1 12 67

ANALISIS PENDAPATAN DAN TATANIAGA BERAS VARIETAS PANDAN WANGI DAN VARIETAS UNGGUL BARU (Kasus Kelompok Tani Nanggeleng Jaya Desa Songgom Kecamatan Gekbrong Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat)ANALISIS PENDAPATAN DAN TATANIAGA BERAS VARIETAS PANDAN WANGI

0 0 6