dan penurunan biaya imbangan penggunaan lahan. Bila diperhatikan, walaupun terjadi perubahan, nilai DRC dari komoditas ini tetap bernilai kurang dari satu. Ini
menunjukan bahwa komoditas beras Varietas Unggul Baru tetap memilki keunggulan komparatif walaupun terjadi perubahan.
Nilai KP yang menunjukkan angka negatif setelah terjadi perubahan menujukkan bahwa komoditas beras Varietas Unggul Baru tidak layak
diusahakan secara finansial pada saat terjadi penurunan jumlah output yang diikuti oleh peningkatan harga pupuk anorganik dan penurunan harga output
serta penurunan biaya imbangan penggunaan lahan. Nilai KP untuk beras Varietas Unggul Baru adalah negatif Rp. 8.788.017,09. Sedangkan di sisi lain,
nilai KS untuk komoditi ini tetap bernilai positif yaitu bernilai Rp. 18.706.745,39 setelah terjadi perubahan. Kondisi demikian menunjukkan bahwa komoditas
beras Varietas Unggul Baru masih layak untuk diusahakan secara ekonomi walaupun terjadi perubahan.
7.2. Analisis Sensitivitas Berdasarkan Perubahan Sebesar 16 Persen
Perubahan merupakan kondisi yang mau tidak mau harus dihadapi oleh setiap produsen beras dalam berproduksi. Analisis sensitivitas cara kedua ini
dilakukan untuk mengetahui variabel-variabel manakah yang berpengaruh terhadap daya saing kedua varietas beras. Tabel 25 merangkum hasil analisis
sensitivitas pada variabel output maupun input dalam pengusahaan beras varietas Pandan Wangi dan beras Varietas Unggul Baru. Prosentase perubahan
yang terjadi sebesar 16 persen untuk masing-masing variabel. Berdasarkan Tabel 25, secara umum perubahan sebesar 16 persen pada
masing-masing variabel menyebabkan melemahnya daya saing pengusahaan beras varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru. Hal tersebut tercermin
dari nilai keuntungan privat dan keuntungan sosial yang mengalami penurunan
setelah terjadi perubahan pada setiap variabelnya. Selain itu, nilai PCR dan DRC dari pengusahaan kedua beras itu pun meningkat setelah terjadi perubahan.
Tabel 25. Analisis Sensitivitas Pada Variabel Output dan Input Dalam
Pengusahaan Beras Varietas Pandan Wangi dan Beras Varietas Unggul Baru
Variabel KP KS
PCR DRC
Beras Pandan Wangi Sebelum perubahan
19.435.791,94 91.299.286,92
0,70 0,29
Peningkatan harga pupuk 19.171.579,46
90.764.894,96 0,70
0,30 Penurunan harga output dan biaya
imbangan penggunaan lahan 11.371.825,42
72.808.036,36 0,79 0,33 Penurunan jumlah output
10.723.216,84 72.159.427,78
0,80 0,33
Penurunan harga output 9.008.507,91
70.444.718,85 0,83
0,35
Beras Varietas Unggul Baru Sebelum perubahan
6.608.066,69 42.280.563,87
0,90 0,55
Peningkatan harga pupuk 6.238.196,56
41.557.967,63 0,91
0,56 Penurunan harga output dan biaya
imbangan penggunaan lahan -1.650.211,64
30.584.315,55 1,03 0,62 Penurunan jumlah output
-1.789.170,09 29.661.576,72
1,03 0,63
Penurunan harga output -4.588.795,87
27.645.731,32 1,08
0,66 Keterangan: Perubahan Masing-Masing Variabel Sebesar 16 Persen.
Bila diperhatikan pada Tabel 25, perubahan pada masing-masing variabel sebesar 16 persen tidak menyebabkan komoditas beras Pandan Wangi
kehilangan daya saingnya. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai indikator keuntungan dan efisiensinya setelah terjadi perubahan. Bardasarkan pada Tabel
25 nilai keuntungan privat dan sosial untuk pengusahaan beras Pandan Wangi tetap bernilai positif walaupun telah terjadi perubahan. Ini menunjukan bahwa
walaupun setelah terjadi perubahan pada masing-masing variabel pengusahaan beras Pandan Wangi tetap memberikan keuntungan, baik secara privat maupun
sosial. Nilai efisiensi pengusahaan beras Pandan Wangi PCR dan DRC setelah terjadi perubahan pun masih tetap benilai kurang dari satu. Kondisi demikian
menunjukkan bahwa komoditas beras Pandan Wangi masih tetap memiliki daya saing keunggulan kompetitif maupun komparatif walaupun telah terjadi
perubahan pada masing-masing variabelnya.
Kondisi berbeda dialami oleh komoditas beras Varietas Unggul Baru. Dampak perubahan pada beberapa variabel menyebabkan pengusahaan beras
Varietas Unggul Baru kehilangan keunggulan kompetitifnya. Hilangnya keunggulan kompetitif dari pengusahaan beras Varietas Unggul Baru diantaranya
disebabkan oleh pernurunan harga output, penurunan jumlah output, serta penurunan harga output yang diikuti oleh penurunan biaya imbangan
penggunaan lahan. Pada Tabel 25 terlihat bahwa perubahan ketiga variabel tersebut menyebabkan nilai keuntungan privat dari pengusahaan beras Varietas
Unggul Baru bernilai negatif. Selain itu, perubahan ketiga variabel itu pun menyebabkan nilai PCR beras jenis ini pun bernilai lebih dari satu.
Disisi lain, pengusahaan beras Varietas Unggul Baru tetap memiliki keunggulan komparatif walaupun telah terjadi perubahan pada masing-masing
variabelnya. Nilai keuntungan sosial dari pengusahaan beras Varietas Unggul Baru tetap benilai positif dan nilai DRC-nya pun tetap benilai kurang dari satu
setelah terjadi perubahan. Bila dicermati pada Tabel 25, daya saing pengusahaan beras Pandan
Wangi dan Varietas Unggul Baru lebih peka terhadap penurunan harga output jika dibandingkan dengan perubahan pada variabel-variabel lain. Kondisi
demikian ditunjukan dari nilai indikator keuntungan KP dan KS setelah terjadi penurunan harga output yang benilai paling rendah jika dibandingkan dengan
nilai indikator keuntungan pada perubahan variabel-variabel yang lain. Selain itu, setelah terjadi penurunan harga output nilai PCR dan DRC beras Pandan Wangi
dan Varietas Unggul Baru pun benilai paling besar jika dibandingkan dengan nilai PCR dan DRC pada kondisi perubahan variabel-variabel yang lainnya.
Pada kondisi penurunan harga output yang di ikuti oleh penurunan biaya imbangan penggunaan lahan, daya saing keuntungan dan efisiensi dari
pengusahaan kedua varietas beras tersebut menjadi lebih baik jika dibandingkan
dengan kondisi penurunan harga output Tabel 25. Hal tersebut menujukan bahwa penurunan biaya imbangan lahan sedikit banyak mampu meredam
dampak negatif penurunan harga output terhadap daya saing pengusahaan kedua beras tersebut.
Penurunan jumlah output pun berpengaruh pada daya saing pengusaha- an beras varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru. Pada Tabel 25,
ternyata setelah terjadi penurunan keuntungan privat dan sosial, baik pada pengusahaan beras Pandan Wangi maupun beras Varietas Unggul Baru. Nilai
PCR dan DRC kedua varietas pun meningkat setelah terjadi penurunan jumlah output. Jika diperhatikan kembali pada Tabel 25, nilai KP dan KS setelah terjadi
penurunan jumlah output pada pengusahaan kedua varietas beras memiliki nilai terendah kedua setelah nilai KP dan KS pada kondisi penurunan harga output.
Selain itu, nilai PCR dan DRC-nya pun bernilai terbesar kedua setelah nilai PCR dan DRC pada kondisi penurunan harga output. Kondisi demikian menggambar-
kan bahwa perubahan jumlah output merupakan variabel yang paling berpe- ngaruh kedua setelah perubahan harga output pada pengusahaan beras Pandan
Wangi dan Varietas Unggul Baru. Dari Tabel 25 terungkap pula bahwa peningkatan harga input sebesar 16
persen tidak menyebabkan pengusahaan beras Pandan Wangi dan beras Varietas Unggul Baru kehilangan daya saingnya. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa, pengusahaan beras varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru relatif tidak teralu peka terhadap perubahan harga input pupuk anorganik.
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
8.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang ada, maka penelitian mengenai analisis daya saing beras Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru Oryza
sativa di Desa Bunikasih, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, dapat disimpulkan bahwa:
1. Pengusahaan beras Pandan Wangi dan beras Varietas Unggul Baru di desa Bunikasih Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur memiliki
keunggulan kompetitif dan komparatif. Ini digambarkan dari nilai indikator efisiensi pengusahaan kedua varietas yaitu nilai PCR dan DRC yang
bernilai kurang dari satu. Pengusahaan kedua komoditi tersebut memberikan keuntungan baik secara finansial dan ekonomi. Ini tercermin
dari nilai KP dan KS yang bernilai positif. Kebijakan pemerintah terhadap input dan output secara keseluruhan berdampak menghambat produsen
untuk berproduksi atau dengan kata lain kebijakan ada belum berjalan secara efektif. Hal tersebut tercermin dari nilai EPC kedua komoditas
yang kurang dari satu. 2. Hasil analisis sensitivitas berdasarkan kejadian yang terjadi di tempat
penelitian menunjukkan bahwa jika terjadi penurunan output sebesar 20 persen, komoditas beras Pandan Wangi masih tetap memiliki daya saing
dan layak diusahakan secara finansial maupun ekonomi. Kondisi berbeda dialami oleh komoditas beras Varietas Unggul Baru, komoditas ini
kehilangan keunggulan kompetitifnya dan secara finansial komoditas ini tidak memberikan keuntungan pada saat terjadi perubahan. Kondisi
demikian pun terjadi pula pada saat terjadi penurunan jumlah output dan pada kondisi penurunan jumlah output yang diikuti oleh peningkatan