2.2.2. Studi Empiris Mengenai Keunggulan Kompetitif dan Komparatif
Penelitian yang mengkaji mengenai keunggulan kompetitif dan komparatif diantaranya dilakukan oleh Kuraisin 2006, mengenai analisis daya saing dan
dampak perubahan kebijakan pemerintah terhadap komoditi susu sapi. Metode yang digunakan dalam penelitiannya menggunakan alat analisis Policy Analysis
Matrix PAM dan analisis sensitivitas. Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa usaha susu perah pada skala usaha di desa Tajur Halang
menguntungkan secara ekonomi dan finansial. Artinya komoditas susu layak untuk diusahakan dan dikembangkan di desa Tajur Halang, baik dengan atau
tanpa kebijakan pemerintah. Berdasarkan hasil analisis sensitivitas yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa usaha tani sapi perah pada ketiga
skala usaha tetap memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif. Selain itu, Tarsono 2006 mengkaji mengenai analisis dampak kebijakan
pemerintah terhadap daya saing gula kasus di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Berdasarkan hasil penelitiannya, ternyata industri gula di Kabupaten Cirebon
untuk kategori TRIS I dan TRIS II menguntungkan secara ekonomi dan finansial. Nilai PRC dan DRC menunjukkan bahwa industri gula di kabupaten Cirebon
memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa industri gula tetap memiliki keunggulan kompetitif dan
komparatif walaupun terjadi kenaikan harga BBM sebesar 25 persen dan kenaikan harga gula 20 persen, serta kenaikan BBM sebesar 25 persen dan
pada saat yang sama terjadi kenaikan sewa lahan sebesar 20 persen. Indriyati 2007 meneliti mengenai analisis daya saing buah nenas model
tumpang sari dengan karet. Tujuan dari penelitian ini adalah 1 menganalisis dayasaing pengusahaan buah nenas di Kota Prabumulih dan Kabupaten Ogan
Ilir 2 menganalisis dampak kebijakan pemerintah serta perubahan harga input
dan output terhadap dayasaing pengusahaan buah nenas di Kota Prabumulih dan Kabupaten Ogan Ilir.
Hasil penelitiannya menunjukkan pengusahaan nenas di kedua lokasi penelitian memiliki dayasaing keunggulan kompetitif dan komparatif. Hal ini
ditunjukkan dari nilai PCR dan DRC yang kurang dari satu untuk kedua lokasi penelitian. Nilai PCR untuk kedua lokasi penelitian, yaitu 0,89 untuk Desa
Sungai Medang dan 0,88 untuk Desa Payaraman, sedangkan DRC untuk kedua desa, yaitu 0,43 Desa Sungai Medang dan 0,40 Desa Payaraman.
Dampak kebijakan terhadap output-input pada kedua desa belum berjalan dengan efektif atau kebijakan output-input yang ada selama ini kurang
menguntungkan bagi petani nenas di kedua desa. Hal ini ditunjukan dari nilai Koefisien Proteksi Efektif EPC yang kurang dari satu di kedua desa yaitu
sebesar 0,63 Desa Sungai Medang dan 0,57 Desa Payaraman. Berdasarkan hasil analisis sensitivitas yang menggunakan asumsi bila terjadi penurunan harga
output, harga input pupuk mengalami peningkatan sebesar 10 dan perubahan nilai tukar rupiah serta analisis gabungan, menunjukkan bahwa pengusahaan
nenas di kedua lokasi penelitian masih memiliki dayasaing keunggulan kompetitif dan komparatif serta layak untuk diusahakan.
Dari tinjauan penelitian-penelitian terdahulu tersebut, dapat dilihat bahwa penelitian mengenai analisis daya saing padi varietas Pandan Wangi dan padi
Varietas Unggul Baru dengan alat analisis Policy Analysis Matrix PAM belum yang melakukan. Penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui daya saing
kedua komoditas beras tersebut. Desa Bunikasih, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur dipilih sebagai tempat penelitian karena daerah tersebut
memiliki potensi sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan sektor pertanian, khususnya komoditi beras varietas Pandan Wangi dan beras
Varietas Unggul Baru.
Tabel 5. Ringkasan Studi-Studi Terdahulu Tentang Padi Pandan wangi dan Keunggulan Kompetitif serta Keunggulan Komparatif
Studi Empiris Mengenai Padi Pandan Wangi
No. Penulis Judul
Alat analisis
Persamaan Perbedaan
1. Malinda
2005 Analisis Strategi
dan Taktik Pemasaran Beras
Pandan Wangi dan Manisan
Khas Cianjur Analisis
Biplot Komoditas
Alat analisis dan topik
penelitian
2. Annissa
2007 Pengembangan
Metode Penentuan
Kemurnian Beras Varietas Pandan
Wangi Berdasarkan
Karakteristik Fisik Metode
Penentuan Berdasarkan
Karakteristik Fisik
Komoditas Alat analisis
dan topik penelitian
3. Arkanti
2007 Karakterisasi
Faktor Fisiko- Kimia dan
Sensori Beras Pandan Wangi,
Morneng, dan BTN
Analisis fisiko-kimia
dan analisis sensori
deskriptif Komoditas
Alat analisis dan topik
penelitian
4. Rachmawati
2003 Usahatani dan
Pemasaran Beras Pandan Wangi di
Kecamatan Warungkondang
dan Cugenang. Analisis
Usahatani Komoditas
Alat analisis dan topik
penelitian
Studi Mengenai Keunggulan Kompetitif dan Komparatif
5. Kuraisin
2006 Analisis
Dayasaing dan Dampak
Kebijakan Pemerintah
terhadap Komoditi Susu
Sapi PAM Alat
analisis Komoditas
6. Tarsono
2006 Analisis Dampak
Kebijakan Pemerintah
terhadap Daya Saing Gula
Kasus Di Kabupaten
Cirebon, Jawa Barat.
PAM Alat analisis
Komoditas
7. Indriyati
2007 Analisis Daya
Saing Buah Nenas Model
Tumpang Sari Dengan Karet.
PAM Alat analisis
Komoditas
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Konsep Daya Saing
Simanjuntak 1992 dalam Novianti 2003 menyatakan bahwa daya saing adalah kemampuan suatu produsen untuk memproduksi suatu komoditi dengan
biaya yang cukup rendah sehingga pada harga-harga yang terjadi di pasar internasional kegiatan produksi tersebut menguntungkan. Daya saing suatu
komoditi dapat diukur melalui dua pendekatan yang berbeda. Kedua pendekatan tersebut adalah tingkat keuntungan yang dihasilkan dan efisiensi pengusahaan
komoditi. Pendekatan pertama adalah tingkat keuntungan yang dihasilkan. Tingkat
keuntungan yang dihasilkan dapat dilihat dari dua sisi yaitu keuntungan privat dan keuntungan sosial. Pendekatan kedua adalah efisiensi pengusahaan
komoditi. Pendekatan ini pun dapat dilihat dari dua indikator yaitu keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif.
Pada tahun 1817 David Ricardo dalam bukunya yang berjudul Principles of Political Economi and Taxation, menjelaskan mengenai Hukum Keunggulan
Komparatif The Law of Comparative Advantage. Hukum keunggulan komparatif model Recardian menyatakan bahwa sekalipun suatu negara mengalami
ketidakunggulan absolut dalam memproduksi suatu komoditi jika dibandingkan dengan negara lain, namun perdagangan yang saling menguntungkan masih
dapat berlangsung. Negara yang yang kurang efisien akan berspesialisasi dalam produksi dan mengekspor komoditi yang mempunyai kerugian absolut lebih kecil
Salvatore, 1997. Komoditi yang diusahakan suatu negara akan memiliki keunggulan komparatif jika komoditi tersebut memiliki ketidakunggulan absolut