Jumlah Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel Karakteristik Petani Varietas Granola dan Atlantic

35 Data sekunder digunakan dalam mendukung dan mempertajam analisis yang dikumpulkan dari instansi dan dinas terkait, seperti Badan Pusat Stastistik Kabupaten Garut, Direktorat Jendral Hortikultura, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Garut, Lembaga Sumber Informasi IPB, penelitian terdahulu, buku, literatur internet, dan berbagai sumber lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

4.3. Jumlah Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Jumlah sampel yang diambil sebanyak 30 petani kentang varietas Granola dan 30 petani varietas Atlantic karena jumlah sampel tersebut dianggap dapat menggambarkan kondisi usahatani kentang varietas Granola dan Atlantic di Desa Cigedug. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan sampel tidak acak nonrandom sampling, yaitu teknik snowball sampling dikarenakan keterbatasan kondisi lapang yang belum terdapat data petani yang menanam kentang varietas Granola dan varietas Atlantic di Desa Cigedug. Penulis dibantu oleh pembimbing lapang yang mengetahui kondisi masyarakat Desa Cigedug untuk memilih responden yang menanam kentang varietas Granola dan Atlantic. Kemudian, responden tersebut menunjukkan responden lain yang menanam kentang varietas Granola ataupun Atlantic. Pemilihan responden tersebut merupakan pihak yang dianggap paling baik dalam memberikan informasi dan dapat menjelaskan mengenai usahatani kentang varietas Granola dan varietas Atlantic. Pengumpulan data primer, peneliti menggunakan metode observasi pengamatan langsung, metode kuesioner angket yang diisi langsung oleh peneliti dengan hasil yang diperoleh dari proses wawancara dengan pihak responden, dan wawancara mendalam untuk memperoleh informasi lain yang dibutuhkan di luar pertanyaan yang ada dalam kuesioner. Pengamatan langsung dilakukan dengan turun lapang beberapa kegiatan dalam budidaya kentang varietas Granola dan varietas Atlantic di lokasi penelitian. Pengumpulan data sekunder, peneliti berkunjung langsung ke dinas atau instansi tekait, seperti Badan Pusat Statistik, BP3K Kecamatan Cigedug, Direktorat Jenderal Hortikultura, dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Garut yang kemudian melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini. 36

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan melalui pendekatan deskriptif untuk melihat keragaan dan gambaran usahatani kentang varietas Granola dan varietas Atlantic di daerah penelitian dan untuk mendukung data kuantitatif. Sementara itu, analisis data secara kuantitatif antara lain analisis pendapatan usahatani, RC rasio untuk membandingkan efisiensi pendapatan kedua varietas tersebut, dan fungsi produksi Cobb-Douglas untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kentang. Data yang dianalisis secara kuantitatif akan diolah dengan bantuan software Microsoft Office Excel 2007 dan MINITAB 14.

4.4.1. Analisis Pendapatan Usahatani

Hernanto 1989 menjelaskan bahwa pendapatan usahatani dibedakan menjadi pendapatan atas biaya tunai dan biaya total. Pendapatan atas biaya tunai adalah pendapatan atas biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh petani. Sedangkan pendapatan atas biaya total adalah pendapatan dimana semua input milik keluarga juga diperhitungkan. Secara matematis, perhitungan penerimaan total, biaya, dan pendapatan menurut Soekartawi 1995 dirumuskan sebagai berikut : TR = P y . Y TC = FC + VC Pd = TR - TC dimana : TR = Total penerimaan usahatani Rp P y = Harga output Rp Y = Jumlah output kg TC = Total biaya usahatani Rp FC = Total biaya tetap Rp VC = Total biaya variabel Rp Pd = Pendapatan Rp Kriteria yang digunakan adalah: TR TC, maka usaha untung TR = TC, maka usaha impas TR TC, maka usaha rugi 37 Analisis RC rasio merupakan alat analisis dalam usahatani yang berfungsi untuk mengukur efisiensi dari kegiatan usahatani yang dilaksanakan dengan membandingkan nilai output terhadap nilai inputnya atau dengan kata lain membandingkan penerimaan usahatani dengan pengeluaran usahataninya. Adapun rumus RC rasio atas biaya tunai menurut Soekartawi 1995 adalah sebagai berikut: R C atas Biaya Tunai = Penerimaan Tunai Biaya Tunai Sedangkan rumus RC rasio atas biaya total adalah sebagai berikut: R C atas Biaya Total = Total Penerimaan Total Biaya Analisis RC rasio dilakukan untuk mengetahui besarnya penerimaan yang dihasilkan dari setiap rupiah yang dikeluarkan pada suatu kegiatan usahatani. Jika rasio RC bernilai lebih dari satu RC 1, maka usahatani layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya jika rasio RC bernilai kurang dari satu RC 1, maka usahatani tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. Namun, apabila rasio RC sama dengan satu RC = 1, maka usahatani tersebut impas, tidak memberikan keuntungan maupun kerugian. Tabel 4. Ringkasan Perhitungan Penerimaan, Biaya, dan Pendapatan Usahatani A Penerimaan tunai Harga x hasil panen yang dijual kg B Penerimaan yang dihitungkan Harga x hasil panen yang dikonsumsi atau dijadikan benih kg C Total penerimaan A + B D Biaya tunai a. Biaya sarana produksi: - Benih, pupuk kandang, pupuk kimia, obat-obatan b. Biaya tenaga kerja luar keluarga TKLK c. Pajak d. Sewa lahan E Biaya diperhitungkan a. Benih b. Biaya tenaga kerja dalam keluarga TKDK c. Lahan milik sendiri d. Penyusutan peralatan F Total biaya D + E G Pendapatan atas biaya tunai A – D H Pendapatan atas biaya total C – F I RC atas biaya tunai AD J RC atas biaya total CF 38 Biaya penyusutan alat-alat pertanian diperhitungkan dengan membagi selisih antara nilai pembelian dengan nilai sisa yang ditafsirkan dengan lamanya modal pakai dan disumsikan tidak laku apabila dijual. Metode yang digunakan adalah metode garis lurus straight line method. Metode garis lurus menggunakan dasar pemikiran bahwa benda yang dipergunakan dalam usahatani menyusut dalam besaran yang sama setiap tahunnya. Secara matematis penyusutan tersebut dirumuskan menurut Suratiyah 2006 sebagai berikut: Penyusutan per tahun = Cost – Nilai sisa Umur ekonomis

4.4.2. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kentang

Soekartawi 2005 menjelaskan bahwa fungsi produksi merupakan hubungan antara faktor produksi input dan produksi output. Variabel Y digambarkan sebagai hasil produksi dan variabel X i adalah faktor produksi i, maka besarnya Y dipengaruhi oleh besarnya X 1 , X 2 , X 3 , ..., X m yang digunakan pada fungsi tersebut. Hubungan faktor produksi dan produksi tersebut mengikuti kaidah tambahan hasil yang semakin berkurang law of diminishing returns untuk semua variabel X, dimana tiap tambahan unit faktor produksi akan mengakibatkan proporsi unit tambahan produksi yang semakin kecil dibanding unit tambahan faktor produksi tersebut Soekartawi 1986. Oleh karena itu, model fungsi produksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah fungsi produksi Cobb- Douglas. Faktor produksi Cobb-Douglas harus memenuhi beberapa persyaratan Soekartawi 1990, diantaranya: 1 Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol, sebab nilai logaritma dari bilangan nol adalah suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui. 2 Memerlukan asumsi bahwa tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan. Hal ini menggambarkan jika fungsi Cobb-Douglas yang akan dipakai dalam suatu bentuk persamaan dan bila diperlukan analisa yang mempunyai lebih dari satu model, maka model tersebut terlertak pada intercept dan bukan pada kemiringan garis model tersebut. 3 Perbedaan lokasi seperti iklim sudah tercakup pada faktor kesalahan u Pengidentifikasin variabel dilakukan dengan mendaftar faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh dalam proses produktivitas kentang. Faktor- 39 faktor yang dipakai dalam penelitian ini antara lain jumlah benih, dummy varietas, pupuk kandang, unsur Nitrogen, unsur Fosfat, unsur Kalium, fungisida, insektisida, perekat, dan tenaga kerja yang dihitung per hektar. Pendugaan faktor tersebut berdasarkan pada penggunaan input yang sering digunakan dalam usahatani kentang di lokasi penelitian. Di samping itu, penentuan variabel dapat dilihat pada hasil penelitian terdahulu, seperti pada penelitian Andarwati 2011 yang menggunakan variabel faktor produksi kentang antara lain benih, pupuk organik, unsur N, unsur P, unsur S, fungisida, insektisida, dan tenaga kerja yang dihitung per hektar. Pada penelitian ini, penggunaan pupuk kimia pada model fungsi produksi berdasarkan unsur kandungan yang diaplikasikan, seperti ZA yang mengandung unsur Nitrogen, TSP yang mengandung unsur Fosfat, KCl yang mengandung Kalium, dan pupuk NPK Mutiara dan Phonska yang mengandung unsur Nitrogen, Fosfat, dan Kalium yang dihitung per hektar. Pengaplikasian pestisida setiap petani sebagian besar merek dagangnya berbeda antara petani yang satu dengan petani yang lainnya. Namun, penggunaan tersebut memiliki tujuan yang sama, yaitu memberantas ataupun mengurangi hama-penyakit yang menyerang pada tanaman kentang. Hama yang menyerang seperti, Liriomyza huidobrensis yang dikenal petani dengan sebutan aro, Myzus persicae kutu daun, Thrips hama bodas, dan Phthorimaea operculella penggorok umbi. Sementara itu, penyakit yang sering menyerang yang disebabkan cendawan seperti, Phytophthora infestans yang menyebabkan penyakit busuk daun dan Fusarium penyebab tanaman layu. Pada musim hujan, semua petani menggunakan perekat yang berguna untuk meratakan dan mempercepat penyerapan pestisida yang disemprotkan, sehingga kandungan pestisida tersebut tidak semua terbawa air hujan. Berdasarkan penjelasan di atas, maka model fungsi produksi Cobb- Douglas untuk usahatani kentang secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: Y = b X 1 b1 X 3 b3 X 4 b4 X 5 b5 X 6 b6 X 7 b7 X 8 b8 X 9 b9 X 10 b10 e u + b2X2 Fungsi Cobb-Douglas tersebut kemudian ditransformasikan ke dalam bentuk linear logaritma untuk memudahkan pendugaaan terhadap fungsi produksi tersebut, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut: 40 Ln Y = ln b + b 1 ln X 1 + b 3 ln X 3 + b 4 ln X 4 + b 5 ln X 5 + b 6 ln X 6 + b 7 ln X 7 + b 8 ln X 8 + b 9 ln X 9 + b 10 ln X 10 + u + b 2 X 2 Keterangan: Y = Produktivitas kentang tonha b = Intersept b 1 , b 2 , b 3 , ... , b 6 = Parameter variabel u = Unsur sisa galat X 1 = Benih kgha X 2 = Dummy Varietas, dimana 1 = varietas Granola dan 0 = varietas Atlantic X 3 = Pupuk kandang kgha X 4 = Unsur N kgha X 5 = Unsur P kgha X 6 = Unsur K kgha X 7 = Fungisida kgha X 8 = Insektisida literha X 9 = Perekat literha X 10 = Tenaga kerja HOKha Metode yang digunakan adalah metode kuadrat terkecil Ordinary Least Square OLS. Metode ini terlebih dahulu diuji dengan uji F, uji t, dan R-sq. Kemudian, kelayakan model tersebut akan diuji berdasarkan asumsi OLS yang meliputi uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, uji otokorelasi, dan normalitas error. Apabila asumsi tersebut dapat terpenuhi maka koefisien regresi parameter yang diperoleh merupakan penduga tak bias linear terbaik BLUE Gujarati 2006a. Pengujian multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antar variabel bebas. Sebuah model dinyatakan terbebas dari masalah multikolinearitas apabila memiliki nilai VIF Variance Inflation Factor di bawah 10 Lind et al. 2007. Asumsi OLS lainnya adalah bersifat homoskedastisitas yang berarti semua memiliki varians yang sama. Pengujian ini dapat menggunakan uji grafis residu yang melihat ada atau tidaknya pola sistematis antara e i 2 dan X. Apabila tidak ada pola yang sistematis maka dapat dikatakan sifat homoskedastisitas terpenuhi Gujarati 2006b. Model yang dibangun juga harus terbebas dari masalah otokorelasi. Hal ini diketahui berdasarkan statistik nilai Durbin-Watson seperti yang dapat dilihat pada Gambar 3. Otokorelasi ini didefinisikan sebagai korelasi di antara anggota 41 observasi yang diurut menurut waktu seperti data deret berkala atau ruang seperti lintas-sektoral Gujarati 2006b. Gambar 3. Daerah Statistik d Durbin-Watson Sumber : Gujarati 2006b

4.4.3. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis merupakan pengujian-pengujian yang dilakukan dalam pengujian model penduga dan pengujian terhadap parameter regresi, antara lain: 1 Pengujian terhadap model penduga Pengujian ini untuk mengetahui apakah faktor produksi yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produktivitas kentang. Menurut Gujarati 2006a, pengujian hipotesis secara statistik adalah sebagai berikut: Hipotesis: H : b 1 = b 2 = . . . = b 10 = 0 H 1 : salah satu dari b ada ≠ 0 Uji statistik yang digunakan adalah uji F: ℎ� �� = �2 −1 1− �2 �− Keterangan: k = jumlah variabel termasuk intercept n = jumlah pengamatan atau responden Kriteria uji: Tolak H = F hitung F tabelk-1, n-k pada taraf nyata α Terima H = F hitung F tabelk-1, n-k pada taraf nyata α Apabila tolak H berarti secara bersama-sama variabel yang digunakan berpengaruh nyata terhadap produksi, namun apabila terima H maka variabel yang digunakan secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap produksi. Setelah itu dihitung besarnya koefisien determinasi R 2 untuk mengukur tingkat Bukti otokorelasi positif Daerah meragukan Tidak ada otokorelasi positif atau negatif Daerah meragukan Bukti otokorelasi negatif dL dU 2 4-dU 4-dL 4 d 42 kesesuaian model dugaan, yang merupakan ukuran deskriptif tingkat kesesuaian antara data aktual dengan ramalannya. Koefisien regresi mengukur besarnya keragaman total data yang dapat dijelaskan oleh model dan sisanya 1-R 2 dijelaskan oleh komponen error. Semakin tinggi nilai R 2 berarti model dugaan yang diperoleh semakin akurat untuk meramalkan variabel tidak bebas Y atau dengan kata lain tingkat kesesuaian antara data aktual dengan ramalannya semakin tinggi. Menurut Gujarati 2006a koefisien determinasi dapat dituliskan sebagai berikut: R 2 = jumlah kuadrat regresi jumlah kuadrat total 2 Pengujian untuk masing-masing faktor produksi Pengujian untuk masing-masing faktor produksi yaitu dengan menggunakan uji-t. Hal ini bertujuan untuk melihat apakah setiap faktor produksi berpengaruh nyata terhadap produktivitas kentangpengaruh nyata dari setiap faktor produksi X yang digunakan secara terpisah terhadap parameter tidak bebas Y. Menurut Gujarati 2006a, hipotesis pengujian secara statistik adalah sebagai berikut: Hipotesis: H : b i = 0 H 1 : b i ≠ 0 Uji statistik yang digunakan adalah uji t: ℎ� �� = � − 0 � � � = �− Dimana: b i = koefisien regresi se b i = standard error dari koefisien regresi n = jumlah pengamatan sampel k = jumlah koefisien regresi dugaan termasuk konstanta Kriteria uji: Tolak H = t hitung t tabel pada taraf nyata α berpengaruh nyata Terima H = t hitung t tabel pada taraf nyata α tidak berpengaruh nyata Jika tolak H artinya variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas dari nilai produksi dalam model dan sebaliknya bila terima H maka 43 variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas produksi. Apabila tidak menggunakan tabel, maka dapat dilihat dari nilai P, dengan kriteria sebagai berikut: a P-value α, maka variabel yang diuji faktor produksi berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas produksi b P-value α, maka variabel yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas. Hipotesis yang diajukan terhadap setiap faktor produksi adalah seluruh faktor produksi berpengaruh positif terhadap tingkat produksi kentang per hektar. Kondisi ini diperkirakan karena seluruh komponen faktor produksi tersebut merupakan kebutuhan dalam kegiatan produksi kentang. Adapun penjelasan hipotesis tersebut adalah sebagai berikut: a Benih X 1 b 1 0 artinya semakin banyak benih yang digunakan dalam proses produksi, maka akan semakin tinggi produksi kentang yang dihasilkan. b Dummy Varietas X 2 Menganggap nilai 1 untuk kentang varietas Granola dan 0 untuk kentang varietas Atlantic, dimana petani yang menanam varietas Granola memiliki tingkat produksi yang lebih tinggi dari pada petani yang menanam varietas Atlantic. c Pupuk kandang X 3 b 3 0 artinya semakin banyak pupuk kandang yang digunakan dalam proses produksi, maka akan semakin tinggi produksi kentang yang dihasilkan. d Unsur N X 4 b 4 0 artinya semakin banyak unsur Nitrogen yang digunakan dalam proses produksi, maka akan semakin tinggi tingkat produksi kentang yang dihasilkan. e Unsur P X 5 b 5 0 artinya semakin banyak unsur Phosphor yang digunakan dalam proses produksi, maka akan semakin tinggi tingkat produksi kentang yang dihasilkan. 44 f Unsur K X 6 b 6 0 artinya semakin banyak unsur Kalium yang digunakan dalam proses produksi, maka akan semakin tinggi tingkat produksi kentang yang dihasilkan. g Fungisida X 7 b 7 0 artinya semakin banyak fungisida yang digunakan dalam proses produksi, maka akan semakin tinggi tingkat produksi kentang yang dihasilkan. h Insektisida X 8 b 8 0 artinya semakin banyak insektisida yang digunakan dalam proses produksi, maka akan semakin tinggi tingkat produksi kentang yang dihasilkan. i Perekat X 9 b 9 0 artinya semakin banyak perekat yang digunakan dalam proses produksi, maka akan semakin tinggi tingkat produksi kentang yang dihasilkan. j Tenaga kerja X 10 b 10 0 artinya semakin banyak tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi, maka akan semakin tinggi tingkat produksi kentang yang dihasilkan.

4.5. Definisi Operasional

Pada penelitian ini, variabel yang diamati adalah data dan informasi usahatani kentang varietas Granola dan varietas Atlantic yang diusahakan oleh petani di Desa Cigedug. Variabel tersebut terlebih dahulu didefinisikan untuk mempermudah pengumpulan data yang mengacu pada pengertian di bawah ini: 1 Produktivitas kentang adalah total produksi pada sebidang tanah dengan luasan tertentu dalam periode tanam dan diukur dalam satuan ton per hektar tonha. 2 Benih adalah jumlah benih kentang yang digunakan oleh petani luasan lahan tertentu dalam satu periode tanam dan diukur dalam satuan kilogram per hektar kgha. 45 3 Pupuk kandang adalah jumlah pupuk kandang yang digunakan selama proses produksi dalam satu periode tanam dan diukur dalam satuan kilogram per hektar kgha. 4 Unsur N adalah jumlah unsur Nitrogen yang digunakan dalam satu periode produksi dalam satuan kilogram per hektar kgha. 5 Unsur P adalah jumlah unsur Fosfat yang digunakan dalam satu periode produksi dalam satuan kilogram per hektar kgha. 6 Unsur K adalah jumlah unsur Kalium yang digunakan dalam satu periode produksi dalam satuan kilogram per hektar kgha. 7 Fungisida adalah jumlah obat yang digunakan untuk membasmi ataupun mengurangi serangan hama dan penyakit dalam proses produksi kentang dalam satu periode tanam dan diukur dalam satuan kilogram per hektar kgha. 8 Insektisida adalah jumlah obat yang digunakan untuk membasmi ataupun mengurangi serangan hama dalam proses produksi kentang dalam satu periode tanam dan diukur dalam satuan liter per hektar ltha. 9 Perekat adalah jumlah obat yang digunakan untuk meratakan dan mempercepat penyerapan pestisida yang disemprotkan dalam proses produksi kentang dalam satu periode tanam dan diukur dalam satuan liter per hektar ltha. 10 Tenaga kerja merupakan jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi dalam satu periode tanam, baik yang berasal dari dalam keluarga maupun luar keluarga. Tenaga kerja yang digunakan diukur dalam satuan Hari Orang Kerja HOK. Biaya tenaga kerja dianalisis berdasarkan tingkat upah per HOK yang berlaku di lokasi penelitian. 11 Biaya total adalah jumlah biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, yang meliputi biaya tunai dan biaya diperhitungkan dan diukur dalam satuan rupiah Rp. 12 Biaya tunai adalah besaranya nilai uang tunai yang dikeluarkan petani dan diukur dalam satuan rupiah Rp. 46 13 Biaya diperhitungkan adalah biaya faktor produksi milik sendiri yang digunakan dalam usahatani. Biaya ini sebenarnya tidak dibayarkan secara tunai hanya diperhitungkan saja untuk melihat pendapatan petani bila faktor produksi milik sendiri dibayar dan dinyatakan dalam satuan rupiah Rp. Biaya diperhitungkan terdiri dari benih, biaya penyusutan, nilai tenaga kerja dalam keluarga, dan sewa lahan. 14 Biaya penyusutan adalah biaya yang dikeluarkan karena adanya penyusutan alat-alat pertanian yang dihitung dengan metode garis lurus dan dihitung dengan menggunakan satuan rupiah Rp. 15 Harga produk adalah harga jual rata-rata kentang varietas Granola dan varietas Atlantic yang diterima oleh petani dalam setiap kali panen dan diukur dalam satuan rupiah per kilogram Rpkg. 16 Harga input adalah harga rata-rata dari setiap faktor produksi input yang diperoleh petani dalam satuan rupiah Rp 17 Penerimaan tunai adalah nilai produksi kentang yang dijual petani dalam satu kali panen yang dikalikan dengan harga jual kentang yang diterima petani dan diukur dalam satuan rupiah Rp. 18 Penerimaan diperhitungkan adalah nilai produksi kentang yang digunakan petani tetapi tidak dijual dalam satu kali panen yang dikalikan dengan harga jual kentang yang diterima petani dan diukur dalam satuan rupiah Rp. 19 Pendapatan atas biaya tunai adalah selisih antara penerimaan tunai usahatani dan biaya tunai usahatani kentang dalam satuan rupiah Rp. 20 Pendapatan atas biaya total adalah selisih antara penerimaan tunai usahatani dan biaya total usahatani kentang dalam satuan rupiah Rp. V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Wilayah dan Sosial Ekonomi Kemasyarakatan 5.1.1. Letak dan Kondisi Geografis Lokasi Penelitian Data monografi Desa Cigedug menunjukan bahwa luas wilayah secara keseluruhan adalah sebesar 1138,2 hektar sebagian besar merupakan lahan kering yakni sebesar 67,50 persen dan tanah hutan sebesar 16,36 persen. Umumnya lahan kering dan tanah hutan ditanami komoditas kentang, tomat, cabai, kubis, dan jagung. Lahan perkebunan yang sebesar 6,80 persen didominasi oleh komoditas tembakau dan teh. Pemanfaatan lahan lainnya seperti pemukiman, kolam, fasilitas umum, dan lain-lain sebesar 3,08 persen, 0,62 persen, 0,36 persen, dan 5,28 persen. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Distribusi Pemanfaatan Lahan Desa Cigedug Tahun 2011 Fungsi Lahan Luas Lahan Ha Persentase Lahan sawah 0,00 0,00 Lahan kering 768,24 67,50 Perkebunan 77,39 6,80 Tanah hutan 186,21 16,36 Kolam 7,00 0,62 Fasilitas umum 4,14 0,36 Pemukiman 35,10 3,08 Lain-lain 60,12 5,28 Total 1138,20 100,00 Sumber: Desa Cigedug 2012a Desa Cigedug terletak di pusat Kecamatan Cigedug sehingga akses ke pusat pemerintahan desa dan kecamatan dapat dijangkau dengan mudah. Hal tersebut mempermudah koordinasi dan penerimaan informasi antara pihak pemerintah dan masyarakat desa. Batas wilayah sebagai berikut: sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Cikajang, sebelah Timur berbatasan dengan Gunung Cikuray, sebelah Utara berbatasan dengan Desa Barusuda, dan sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sukahurip. Lokasi penelitian dapat dicapai dari pusat pemerintahan Kecamatan Cigedug sejauh 3 m, Kabupaten Garut sejauh 30 km, Ibukota Provonsi Jawa Barat sejauh 90 km, dan Ibukota Negara sejauh 215 km. Lokasi penelitian yang jauh tersebut menyebabkan harga input produksi seperti pupuk kandang, pupuk kimia, 48 obat-obatan, dan alat pertanian akan relatif lebih tinggi daripada lokasi yang lebih dekat dengan pusat pemerintahan. Desa Cigedug termasuk dataran tinggi dengan ketinggian tempat 1.300 meter dari permukaan laut dengan pH rata-rata lahan darat sebesar 5 – 7. Suhu udara rata-rata di daerah ini mencapai 18 °C – 29 °C, dengan curah hujan mencapai 1432,20 mmtahun. Curah hujan tertinggi dicapai pada bulan April yaitu 416,20 mm. Hal ini menyebabkan pada bulan ini tanaman mudah terserang penyakit busuk akar dan busuk daun akibat udara yang sangat lembab. Kondisi geografis di lokasi penelitian ini sangat menunjang untuk budidaya tanaman hortikultura, khususnya sayuran.

5.1.2. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Desa Cigedug terdiri dari 3 dusun, 12 RW, dan 53 RT. Jumlah penduduk sebanyak 10.360 jiwa hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Distribusi Penduduk Desa Cigedug Tahun 2012 RW Kampung Laki-laki Perempuan 1 Kebon Satu 286 267 2 Ciredey 466 452 3 Areng 828 837 4 Barukai 627 618 5 Sukarame 497 503 6 Babakan I 473 460 7 Ds. Kolot 485 498 8 Situgede 380 383 9 Cigedug Tonggoh 349 328 10 Babakan II 285 271 11 Sindangwargi 297 270 12 Cicurug 249 251 Jumlah 5.222 5.138 Sumber : Desa Cigedug Maret 2012b Sarana infrastruktur Desa Cigedug dinilai cukup baik, hal ini dilihat dari kondisi jalan raya yang sudah diaspal, tersedianya sarana ibadah Masjid dan Mushola di setiap kampung hingga sarana olahraga lapangan sepak bola, bulutangkis, dan bola voli. Sarana desa tersebut dapat digunakan oleh masyarakat untuk berinteraksi setelah bekerja di ladang, sehingga suasana kekeluargaan terjalin dengan baik. 49 Tabel 7. Distribusi Penduduk Desa Cigedug Berdasarkan Pendidikan Tahun 2011 No. Pendidikan Terakhir Jumlah Orang Persentase 1. Belum sekolah 1.638 19,61 2. Tidak tamat Sekolah Dasar 1.466 17,55 3. Sekolah Dasar SD 3.925 46,98 4. Sekolah Menengah Pertama SMP 930 11,13 5. Sekolah Menengah Atas SMA 335 4,01 6. D I 11 0,13 7. D 3 16 0,19 8. S1 34 0,41 Total 8.355 100,00 Sumber: Desa Cigedug 2012a Tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Desa Cigedug mengenyam pendidikan sampai Sekolah Dasar 46,98 persen, sedangkan Sekolah Menengah Pertama sebesar 11,13 persen, Sekolah Menengah Atas sebesar 4,01 persen, dan tidak tamat Sekolah Dasar sebesar 17,55 persen. Hal ini perlu mendapat perhatian dari pemerintah karena secara keseluruhan dapat diketahui bahwa kualitas pendidikan penduduk di lokasi penelitian sangat rendah. Tabel 8. Distribusi Penduduk Desa Cigedug Berdasarkan Pekerjaan Tahun 2011 No. Pekerjaan Jumlah Orang Persentase 1. PNS 51 1,26 2. Petani 357 8,85 3. Buruh Tani 1778 44,08 4. Wiraswasta 353 8,75 5. Pedagang 297 7,36 7. Industri Rumah Tangga 712 17,65 8. Wiraswasta 353 8,75 9. Tukang Ojeg 70 1,74 10 Supir 4 0,10 11. TNI 1 0,02 12. Pensiunan 2 0,05 13. Pengrajin 37 0,92 14. POLRI 3 0,07 15. Montir 13 0,32 16. Dokter 1 0,02 18. TKW 2 0,05 Jumlah 4034 100,00 Sumber: Desa Cigedug 2012a Berdasarkan data pada Tabel 8, komposisi penduduk berdasarkan matapencahariaan sebagian besar adalah buruh tani yang umumnya memiliki tingat pendidikan rendah. Dengan kualitas pendidikan tersebut, maka sebagian 50 besar matapencahariaan penduduk menjadi buruh tani mengikuti jejak orang tua mereka. Pemerintah perlu mengadakan sosialisasi dan penyuluhan tentang pentingnya pendidikan bagi masyarakat. Sarana pendidikan yang tersedia di Desa Cigedug ini hanya Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama, sedangkan Sekolah Menengah Atas belum tersedia.

5.2. Karakteristik Petani Varietas Granola dan Atlantic

Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa sebesar 46,67 persen petani responden menggunakan lahan pribadi dan 53,33 persen menggunakan lahan sewa. Sementara itu, petani responden varietas Atlantic sebesar 73,33 persen menggunakan lahan pribadi dan 26,67 persen menggunakan lahan sewa. Berdasarkan pemaparan tersebut, penggunaan lahan pribadi lebih banyak digunakan oleh petani responden varietas Atlantic daripada varietas Granola, hal tersebut dikarenakan petani responden varietas Atlantic di Desa Cigedug sebagian besar lahan yang digunakan merupakan lahan turun temurun dan telah lama dimiliki, Sebesar 80 persen petani responden varietas Granola dan 63,33 persen petani responden varietas Atlantic menggarap lahan kentang kurang dari sama dengan setengah hektar ≤ 0,5 ha, dan 20 persen petani responden varietas Granola dan 36,67 persen petani responden varietas Atlantic menggarap lahan lebih dari setengah hektar 0,5 – 2 ha. Banyaknya petani yang menggarap usahatani kurang dari dari sama dengan setengah hektar disebabkan keterbatasan modal yang dimiliki petani. Hal tersebut dikarenakan kebutuhan biaya usahatani kentang relatif lebih besar daripada komoditas lain, seperti wortel, sawi, dan kubis sehingga semakin besar luas lahan kentang, maka kebutuhan biaya usahatani akan semakin besar pula. Sebesar 76,67 persen petani responden kentang varietas Granola mempunyai pekerjaan pokok sebagai petani kentang varietas Granola dan sebesar 17,65 persen lainnya memiliki pekerjaan utama seperti dosen, wiraswasta, pegawai di perusahaan swasta, maupun petani komoditas lain. Sementara itu, sebesar 90 persen petani responden varietas Atlantic memiliki pekerjaan utama sebagai petani kentang varietas Atlantic dan 10 persen lainnya memiliki pekerjaan utama sebagai pengajar maupun wiraswasta. Dengan demikian, sebagian besar 51 petani responden baik varietas Granola maupun Atlantic menggantungkan hidupnya dari pertanian. Alasan petani responden menaman varietas Granola yaitu, benih dapat digunakan dari hasil seleksi panen sebelumnya dan tanaman lebih tahan terhadap hama-penyakit daripada varietas Atlantic. Sementara itu, alasan petani responden menanam varietas Atlantic yaitu, harga jual yang relatif lebih tinggi daripada varietas Granola, kepastian pasar, dan terdapat pinjaman modal dari perusahaan mitra PT IFM berupa benih yang dapat dibayar setelah panen atau yang dikenal dengan istilah yarnen bayar setelah panen. Selain itu, petani juga mendapat pembinaan terkait teknlogi budidaya yang baru dari pihak agrofield PT IFM. Tabel 9. Distribusi Petani Responden Varietas Granola Menurut Usia di Desa Cigedug No. Usia Jumlah Orang Persentase 1. 21 – 30 7 23,33 2. 31 – 40 9 30,00 3. 41 – 50 10 33,33 4. 51 – 60 2 6,67 5. 61 – 70 2 6,67 Total 30 100 Berdasarkan Tabel 9 dapat terlihat sebagian besar petani responden varietas Granola berusia antara 41 – 50 tahun sebanyak 33,33 persen. Hal tersebut juga terjadi pada petani responden varietas Atlantic yang sebagian besar petani responden berusia 41 – 50 tahun Tabel 10. Usia 41 – 50 tahun termasuk dalam usia produktif, yang merupakan usia ketika seseorang masih mampu bekerja dan menghasilkan sesuatu 9 . Tabel 10. Distribusi Petani Responden Varietas Atlantic Menurut Usia di Desa Cigedug No. Usia Jumlah Orang Persentase 1. 21 – 30 3 10,00 2. 31 – 40 6 20,00 3. 41 – 50 11 36,67 4. 51 – 60 7 23,33 5. 61 – 70 3 10,00 Total 30 100,00 9 Kamus Besar. http:www.kamusbesar.com59391usia-produktif [diakses pada 12 Juli 2012] 52 Pada umumnya petani responden baik varietas Granola maupun Atlantic dalam penelitian ini memiliki tingkat pendidikan yang rendah Tabel 11 dan Tabel 12. Berdasarkan Tabel 12, sebesar 56,67 persen petani kentang varietas Granola di Desa Cigedug mengenyam pendidikan sampai tingkat SD. Responden yang menamatkan pendidikan hingga SMP dan SMA masing-masing sebesar 30,00 persen dan 10,00 persen. Sementara itu, responden yang mencapai jenjang pendidikan S1 sebesar 3,33 persen. Tabel 11. Distribusi Petani Responden Varietas Granola Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Cigedug No Tingkat Pendidikan Jumlah Orang Persentase 1 SD 17 56,67 2 SMP 9 30,00 3 SMA 3 10,00 4 S1 1 3,33 Total 30 100,00 Sama halnya dengan petani responden varietas Granola, petani responden varietas Atlantic sebagian besar menempuh pendidikan hingga tingkat sekolah dasar Tabel 13. Rendahnya pendidikan yang ditempuh sebagian besar petani responden baik varietas Granola maupun Atlantic dikarenakan keterbatasan modal yang dimiliki untuk menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi, tidak tersedianya tingkat pendidikan yang ingin ditempuh di lokasi penelitian, dan petani responden merasa telah tercukupi akan pendidikan yang ditempuh sampai tingkat sekolah dasar saja. Namun, tinggi pendidikan yang ditempuh bukan merupakan satu-satunya tolak ukur untuk menilai keberhasilan seseorang. Tabel 12. Distribusi Petani Responden Varietas Atlantic Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Cigedug No Tingkat Pendidikan Jumlah Orang Persentase 1 SD 20 66,67 2 SMP 6 20,00 3 SMA 2 6,67 4 S1 2 6,67 Total 30 100,01 Berdasarkan pengalaman usahatani kentang varietas Granola, sebagian besar petani responden memiliki pengalaman kurang dari 11 tahun 56,67 persen Tabel 13. Hal tersebut dikarenakan terdapat beberapa responden yang baru 53 menanam varietas Granola dan juga ada yang sempat berhenti lalu mulai menanam kembali secara rutin minimal satu tahun sekali kurang dari 11 tahun ini. Namun demikian, pengetahuan responden mengenai usahatani kentang Granola sudah dikenal dari responden masih kecil, karena umumnya usahatani kentang Granola ini merupakan usaha turun-temurun keluarga. Tabel 13. Distribusi Petani Responden Varietas Granola Menurut Pengalaman Bertani di Desa Cigedug No. Pengalaman Bertani Tahun Jumlah Orang Persentase 1. 11 17 56,67 2. 11 – 20 8 26,67 3. 21 – 30 4 13,33 4. 31 – 40 1 3,33 Total 30 100,00 Apabila dilihat dari pengalaman petani responden varietas Atlantic, sebagian besar petani responden memiliki pengalaman antara 6 – 10 tahun 43,33 persen. Hal tersebut dikarenakan pada tahun 2003 benih kentang varietas Atlantic mulai banyak tersedia oleh PT IFM, sehingga banyak petani yang berkesempatan menanam kentang varietas Atlantic. Selain itu, sebelum adanya pengenalan dan bantuan benih kentang varietas Atlantic dari PT IMF, umumnya petani kentang varietas Atlantic dahulu merupakan petani kentang varietas Granola. Dengan demikian, pengetahuan petani responden mengenai budidaya kentang telah cukup tinggi. Berikut ini disajikan tabel distribusi petani responden varietas Atlantic menurut pengalaman bertani di lokasi penelitian. Tabel 14. Distribusi Petani Responden Varietas Atlantic Menurut Pengalaman Bertani di Desa Cigedug No. Pengalaman Bertani Tahun Jumlah Orang Persentase 1. 6 11 36,67 2. 6 – 10 13 43,33 3. 11 – 15 5 16,67 4. 15 1 3,33 Total 30 100,00 5.3. Keragaan Usahatani Kentang 5.3.1. Kegiatan Budidaya Kentang