Keragaan Usaha Pertanian Kontrak Contract Farming

78

5.3.4. Keragaan Usaha Pertanian Kontrak Contract Farming

Usaha pertanian kontrak antara petani dengan PT Indofood Fritolay Makmur PT IFM mulai dirintis di Kecamatan Cigedug pada tahun 1995, namun kerjasama ini sempat gagal karena kentang yang dihasilkan berwarna hitam dan pecah-pecah, kemudian terhenti pada tahun 1998 karena tidak tersedianya benih kentang. Varietas yang digunakan dalam usaha pertanian kontrak ini adalah varietas Atlantic. Penanaman varietas Atlantic mulai banyak dibudidayakan pada tahun 2003 karena benih kentang varietas Atlantic di Desa Cigedug banyak tersedia, sehingga petani memiliki banyak kesempatan untuk bergabung dalam usaha pertanian kontrak dengan PT IFM. Vendor ketua kelompok tani dipilih oleh PT IFM sebagai mediator antara pihak PT IFM dengan petani mitra. Petani mitra adalah petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Silih Riksa. Pada awalnya, petani yang tergabung dalam usaha pertanian kontrak adalah mereka yang memiliki hubungan dekat dengan perwakilan PT IFM. Pemilihan petani mitra berikutnya adalah berdasarkan rekomendasi dari petani mitra terdahulu. Dengan demikian, yang melatarbelakangi petani mitra dalam usaha pertanian kontrak di Desa Cigedug yaitu hubungan sesama petani mitra berdasarkan kekeluargaan dan kekerabatan; dan adanya kedekatan dengan ketua kelompok tani yang memiliki akses ke PT IFM. Berdasarkan hasil wawancara, para petani yang mengikuti usaha pertanian kontrak dapat dikatakan petani yang memiliki lahan sedang 0,5 – 2 ha dan bermodal besar. Petani- petani tersebut dikenal dengan istilah “petani kapital”. Hal tersebut dikarenakan usahatani kentang dalam usaha pertanian kontrak ini memerlukan biaya usahatani kentang yang lebih besar daripada kentang varietas lain, seperti varietas Granola. Usaha pertanian kontrak di Desa Cigedug dilaksanakan secara informal, yakni hanya dijelaskan secara lisan ketika pertemuan bersama petani anggota Kelompok Tani Silih Riksa dengan perwakilan PT IFM. Hal ini berarti tidak terdapat perjanjian tertulis yang menjelaskan secara tegas hak dan kewajiban antara petani dan PT IFM. Modal utamanya adalah komitmen, integritas, dan kesanggupan petani dalam mengusahakan kentang varietas Atlantic. 79 Perjanjian dalam usaha pertanian kontrak secara implisit menjelaskan bahwa PT IFM akan menyediakan benih kentang dengan kualitas terjamin, melakukan pembinaan teknis budidaya yang didampingi oleh agrofield pihak yang mengawasi dan membina budidaya kentang varietas Atlantic, dan menampung hasil petani dengan harga dan spesifikasi produk yang telah ditetapkan. Sementara itu, pihak petani mitra akan berusaha memenuhi permintaan pasokan bahan baku kentang yang dibutuhkan PT IFM. Sistem penyediaan benih dalam usaha pertanian kontrak antara PT IFM dengan petani mitra dilakukan melalui satu pintu, yaitu melalui vendor yang berfungsi sebagai distributor benih kentang varietas Atlantic ke petani mitra dan pemasok kentang ke perusahaan mitra PT IFM. Benih tersebut dijual ke petani mitra dengan harga yang telah ditetapkan yaitu sebesar Rp 12.500,00 per kilogram, dimana proses pembayarannya dihitung pada saat penjualan hasil panen ke pihak vendor PT IFM, hal ini dikenal dengan istilah yarnen atau bayar setelah panen. Benih yang didistribusikan oleh PT IFM ke petani mitra merupakan benih impor yang berasal dari Scotlandia dan Australia. Pihak PT IFM belum menggunakan benih hasil penangkaran dalam negeri. Hal tersebut dikarenakan kualitas benih penangkaran lokal belum terjamin secara kualitasnya. Hasil panen petani mitra dibeli oleh vendor PT IFM dengan harga Rp 4.950,00 per kilogram dengan spesifikasi produk yang telah ditetapkan. Petani mitra memiliki jadwal pemanenan yang didasarkan hasil pengawasan pihak agrofiled terhadap kegiatan budidaya kentang yang dilakukan petani mitra. Hal tersebut bertujuan agar tidak terjadi penumpukan hasil panen kentang varietas Atlantic di Desa Cigedug. Hasil panen tersebut akan diangkut oleh vendor PT IFM dari lokasi yang dapat diakses dengan menggunakan truk, sehingga apabila lahan petani berada di atas gunung atau bukit, maka petani harus mengangkutnya hingga ke lokasi yang dapat diakses truk vendor PT IFM. Petani mitra dibebankan biaya operasional yang mencakup biaya angkut dan sortasi. Biaya operasional tersebut dihitung berdasarkan jumlah waring wadah untuk menampung hasil panen kentang yang digunakan petani mitra. Biaya satu buah waring yaitu sebesar Rp 1.000,00 yang dapat memuat kurang lebih 80 kilogram umbi kentang. Kemudian pihak PT IFM membayar ke vendor 80 seharga Rp 5.300,00 per kilogram. Margin dari vendor ke petani kemudian dari PT IFM ke vendor digunakan sebagai biaya angkut, upah kuli muat, dan kas kelompok. Apabila petani mengalami gagal panen, pihak PT IFM memberikan tenggang waktu untuk membayar benih yang telah dibelinya. Tenggang waktu yang diberikan hingga musim tanam varietas Atlantic berikutnya. Pihak PT IFM sendiri tidak menyediakan faktor produksi lain selain benih yang diperlukan dalam usahatani kentang varietas Atlantic, sehingga petani menggunakan modal sendiri ataupun pinjaman untuk memenuhi kebutuhan faktor produksi input yang akan digunakan. Adanya kerjasama kontrak ini dapat saling memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak. Bagi pihak PT IFM, yaitu adanya kontinuitas penyediaan bahan baku industri, sedangkan bagi petani kentang di lokasi penelitian yaitu, adanya ketersediaan benih, keterjaminan pasar, dan kepastian harga bagi produksi kentang varietas Atlantic yang dihasilkan petani. Kendala usahatani kentang varietas Atlantic yang dialami petani mitra sejauh ini adalah adanya keterlambatan jadwal kedatangan benih. Apabila lahan yang telah siap, namun benih terlambat datang, maka petani yang bersangkutan memanfaatkan lahan tersebut untuk ditanami dengan jenis tanaman lain. Kemudian setelah benih datang, mereka kesulitan mencari lahan lain untuk disewa. Sementara itu, kendala yang dihadapi oleh pihak perusahaan mitra adalah terdapat beberapa petani mitra yang tidak jujur terkait penjualan umbi kentang yang dihasilkan, sehingga pihak PT IFM memutuskan hubungan dengan petani mitra tersebut.

5.3.5. Keragaan Usaha Nonpertanian Kontrak Noncontract Farming