23 produktivitas dari setiap faktor maupun produktivitas dari usahanya. Dengan
demikian, pengenalan secara utuh faktor yang dimiliki dan faktor yang dikuasai akan sangat menentukan keberhasilan pengelolaan.
3.1.2. Konsep Pendapatan Usahatani
Pada analisis usahatani, data mengenai penerimaan, biaya, dan pendapatan usahatani perlu diketahui. Cara analisis terhadap tiga variabel ini sering disebut
dengan analisis anggaran arus uang tunai cash flow analysis Soekartawi 1995. Adapun penjelasan ketiga variabel tersebut adalah sebagai berikut:
1 Struktur Penerimaan Usahatani
Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual Soekartawi 1995. Istilah lain untuk penerimaan usahatani
adalah pendapatan kotor usahatani gross farm income yang didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun
tidak dijual. Pendapatan kotor ini mencakup semua produk yang dijual, dikonsumsi rumah tangga petani, bibit atau makanan ternak, digunakan untuk
pembayaran, dan disimpan atau ada di gudang pada akhir tahun Soekartawi 1986.
2 Struktur Biaya Usahatani
Biaya adalah sejumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi kegiatan usahatani Soekartawi 1995. Menurut Hernanto 1989, biaya
dikelompokan dalam empat kategori, yaitu: a
Biaya tetap fixed costs; dimaksudkan biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi.
b Biaya variabel variable costs, dimana besar kecilnya dipengaruhi oleh
biaya skala produksi. c
Biaya tunai; dimaksudkan biaya yang dikeluarkan dalam bentuk uang. d
Biaya diperhitungkan, dimaksudkan biaya yang dikeluarkan petani bukan dalam bentuk uang tunai, tetapi diperhitungkan dalam perhitungan
usahatani.
24
3 Struktur Pendapatan Usahatani
Pendapatan tunai usahatani adalah selisih antara penerimaan tunai dan pengeluaran tunai dan merupakan ukuran kemampuan usahatani untuk
menghasilkan uang tunai Soekartawi 1986. Faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani menurut Hernanto 1989 yaitu, luas usaha, tingkat
produksi, pilihan dan kombinasi cabang usaha, intensitas pengusahaan pertanaman, dan efisiensi tenaga kerja. Analisis pendapatan usahatani ini
bertujuan mengetahui besar keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan Soekartawi 1995.
4 Analisis RC
Analisis RC return cost ratio merupakan perbandingan ratio atau nisbah antara penerimaan dengan biaya dalam satu kali periode produksi
usahatani. RC menunjukkan besarnya penerimaan yang diperoleh sebagai manfaat dari setiap rupiah yang dikeluarkan, semakin tinggi nilai RC maka
semakin menguntungkan usahatani tersebut dilakukan. Analisis RC ini dibagi dua, yaitu a menggunakan data pengeluaran biaya produksi tunai dan b
menghitung juga atas biaya yang tidak diperhitungkan, dengan kata lain perhitungan total biaya produksi Soekartawi 1995.
Kriteria keputusan dari nilai RC yaitu, jika RC 1 maka kegiatan usahatani yang dilakukan dapat memberikan penerimaan yang lebih besar dari
pada pengeluarannya. Nilai RC 1 menunjukkan maka kegiatan usahatani yang dilakukan tidak dapat memberikan penerimaan yang lebih besar dari pada
pengeluarannya. Nilai RC = 1, maka kegiatan usahatani yang dilakukan dapat dikatakan tidak memberikan keuntungan maupun kerugian impas karena
penerimaan yang diterima oleh petani akan sama dengan pengeluaran yang dikeluarkan oleh petani Soekartawi 1995.
3.1.3. Konsep Usaha Pertanian Kontrak Contract Farming