Kajian Penelitian Usaha Pertanian Kontrak Contract Farming

18 tenaga kerja. Namun, dari ketujuh faktor tersebut yang berpengaruh secara nyata terhadap produksi kentang adalah fungisida, insektisida, tenaga kerja, dan luas lahan Erika 1999. Hal yang sama juga dilakukan oleh Andarwati 2011 di Dataran Tinggi Dieng yang menjadi salah satu sentra kentang nasional, faktor produksi yang digunakan adalah benih, pupuk organik, unsur N, unsur P, unsur K, unsur S, fungisida, insektisida, dan tenaga kerja. Namun, dari kesembilan faktor produksi tersebut hanya benih dan pupuk organik yang secara nyata dapat meningkatkan produktivitas kentang. Hal tersebu dikarenakan kedua faktor produksi tersebut masih di bawah dosis anjuran yang disarankan, sehingga penambahan kedua faktor tersebut masih memungkinkan untuk meningkatkan produktivitas.

2.5. Kajian Penelitian Usaha Pertanian Kontrak Contract Farming

Sistem pertanian kontrak contract farming merupakan salah satu bentuk relasi kemitraan yang ada. Sistem pertanian kontrak adalah sistem produksi dan pemasaran berskala menengah dimana terjadi pembagian beban risiko produksi dan pemasaran diantara pelaku agribisnis dan petani dimana hal ini dilakukan dengan tujuan mengurangi biaya transaksi Patrick et al. 2004. Patrick et al. 2004 memaparkan keikutsertaan petani yang tergabung dalam pertanian kontrak pada kasus PT Pertani dengan menyediakan benih padi di Bali dipengaruhi oleh status kepemilikan tanah beririgasi dan keanggotan mereka dalam subak sistem pengelolaan pengairan sawah yang dikelola kelompok di Bali. PT Pertani dapat memilih petani-petani dari daerah manapun di Bali yang memiliki kepentingan yang sama. Faktor-faktor yang berperan penting bagi petani agar memiliki akses terhadap suatu kontrak adalah peranan pekaseh termasuk kepala desa, jarak, dan kemudahan mencapai lokasi serta pengalaman dalam bekerjasama dengan pemerintah dan agribisnis. Manfaat sistem pertanian kontrak dirasakan bagi kedua belah pihak, yaitu petani mitra dan perusahaan mitra. Manfaat yang dirasakan petani kentang dalam sistem pertanian kontrak PT Indofood Fritolay Makmur di Jawa Barat, yaitu adanya bantuan ketersediaan benih dan harga jual yang tetap sehingga petani tidak khawatir terhadap fluktuasi harga yang terjadi Saptana et al. 2006. Sementara itu, manfaat sistem kontrak bagi perusahaan adalah ketersediaan bahan baku 19 produksi dan kualitas produksi yang dapat diperoleh secara konsisten Iqbal 2008. Petani yang melakukan kemitraan seharusnya mempunyai pendapatan yang lebih besar daripada petani yang tidak melakukan pertanian kontrak. Hal ini dikarenakan adanya transfer informasi, teknologi, modal, atau sumberdaya lain sehingga usahatani yang dilakukan dapat lebih efektif dan efisien. Hal ini dapat dilihat pada petani semangka yang melakukan kemitraan, pendapatan atas biaya total lebih besar dibandingkan dengan petani non mitra Damayanti 2009. Hal ini disebabkan karena harga jual semangka petani mitra lebih besar dibandingkan dengan harga jual semangka petani non mitra. Keuntungan petani mitra ini juga disebabkan karena harga jual semangka petani mitra tidak terkena fluktuasi harga jual di pasaran. Selain itu, nilai RC atas biaya total petani mitra relatif lebih besar dibandingkan petani nonmitra. Penelitian Deshinta 2006 mengenai kemitraan yang dilakukan oleh PT Sierad Produce dengan peternak ayam broiler di Kabupaten Sukabumi mengemukakan hal yang berbeda terhadap pengaruh kemitraan terhadap peningkatan pendapatan. Penelitian tersebut menggunakan uji t dan didapat hasil bahwa kemitraan tidak berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan peternak. Walaupun demikian, peternak memperoleh banyak manfaat dari keikutsertaan di dalam kemitraan seperti bantuan modal, bimbingan dan penyuluhan serta pemasaran hasil. Meskipun telah melakukan sistem pertanian kontrak, namun terdapat permasalahan-permasalahan yang dihadapi petani yang tergabung dalam pertanian kontrak terkait dengan teknis budidaya dalam penelitian Saptana et al. 2006. Hal tersebut di antaranya, kurang tersedia bibit hortikultura berkualitas, belum tersedia paket teknologis komoditas hortikultura yang bersifat spesifik lokasi, cuaca buruk, tingginya tingkat organisme pengganggu tanaman, sistem panen dan penanganan pascapanen belum prima, sumberdaya manusia petani dan aparat PPL belum menguasai sepenuhnya teknologi budidaya komoditas hortikultura, dan infrastruktur pertanian yang kurang memadai terutama jalan desa, jalan usahatani, dan jaringan irigasi. 20 Permasalahan sistem pertanian kontrak juga dialami pada bidang peternakan dimana banyak peternak yang belum mampu menghasilkan produk yang diinginkan perusahaan. Peternak tidak mampu mengembalikan pinjaman input dan kredit akibat kegagalan produksi, deduksi finansial atau tidak adanya jaminan harga dari pihak industri pengolahan dan tidak jarang melanggar kontrak dengan menjual hasil produksi pada pesaing perusahaan sponsor. Selain itu, pertanian kontrak lebih berminat terhadap peternak berskala besar sehingga dengan demikian peternak kecil kurang dilibatkan dalam prosis pengembangan lebih lanjut. Pada posisi perusahaan, perusahaan sulit mempertahankan dan mengawasi kualitas peterrnak karna jumlah peternak kecil yang beigtu banyak, sehingga kehadiran dari lembaga-lembaga pelengkap sangat penting sebagai mediasi antara peternak dengan perusahaan Daryanto 2012. Hal tersebut berbeda dengan hasil penelitian Patrick et al. 2004 yang tidak menemukan bukti-bukti adanya ketentuan kontrak yang merugikan. Hal tersebut dikarenakan kontrak merupakan bentuk utama dari diversifikasi untuk petani kecil karena risiko dari rendahnya produksi dan risiko harga ditanggung oleh perusahaan. Perusahaan memberikan pedoman untuk produksi dan kemungkinan sangat kecil bagi petani kontrak untuk dapat dengan mudah memperoleh tingkat keahlian yang diperlukan tanpa ikut serta dalam kontrak. 2.6. Keterkaitan dengan Penelitian Terdahulu Penelitian ini memiliki kesamaan dengan beberapa penelitian terdahulu dalam hal komoditas yang diteliti dan metode penelitian yang digunakan yaitu analisis pendapatan dan fungsi produksi Cobb-Douglas dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani, sehingga penelitian terdahulu digunakan sebagai referensi pada penelitian yang dilakukan. Sementara itu, perbedaannya terletak pada lokasi penelitian dan varietas kentang yang digunakan pada penelitian ini, yaitu varietas Granola dan Atlantic yang belum pernah dianalisis pendapatan usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kedua varietas itu secara bersamaan. Oleh karena itu, diharapkan penelitian ini menghasilkan informasi yang bermanfaat bagi penelitian selanjutnya. III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani