I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan
pendapatan negara. Saat ini pertanian tidak hanya terfokus pada aspek budidaya, namun aspek pemanfaatan pengolahan dan pemasaran sudah diperhatikan dalam
menunjang sektor pertanian. Hal ini yang disebut agribisnis, adanya integrasi dari subsistem hulu hingga hilir yang didukung dengan subsistem penunjang.
Pembangunan agribisnis memiliki peran strategis dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Selain merupakan sektor utama dalam pembangunan
ekonomi, pembangunan agribisnis juga merupakan cara memaksimalkan keunggulan komparatif yang dimiliki Indonesia sebagai negara agraris. Persaingan
yang tinggi saat ini, mendorong pertanian harus memiliki daya saing dan inovasi yang baik, terutama pada produk-produk pertanian yang memiliki potensi dan
nilai yang tinggi, serta dijadikan kebutuhan pokok oleh sebagian besar masyarakat.
Sektor pertanian menyumbang Produk Domestik Bruto PDB sebesar 15,3 persen dari total nilai PDB menurut lapangan usaha tahun 2010, dimana
sektor pertanian menjadi penyumbang PDB kedua terbesar setelah sektor industri pengolahan BPS 2011a. Salah satu subsektor pertanian yang memiliki potensi
untuk dikembangkan yaitu hortikultura yang terdiri atas sayuran, buah-buahan, florikultura, dan biofarmaka. Hortikultura berperan sebagai sumber pangan,
sumber pendapatan masyarakat, penyedia lapangan kerja, dan penghasil devisa. Hal tersebut menjadi alasan bahwa subsektor ini perlu menjadi prioritas
pengembangan. Hortikultura turut memberikan kontribusi terhadap pendapatan nasional
yang dapat dilihat dari nilai PDB. Pada tahun 2006 hingga 2009 nilai PDB subsektor hortikultura terus meningkat, namun pada tahun 2009 ke 2010 terjadi
penurunan sebesar 2,67 persen. Penurunan ini disebabkan karena produksi hortikultura yang menurun di berbagai wilayah penanaman Ditjenhorti 2011.
Walaupun demikian, nilai PDB Hortikultura mengalami rata-rata pertumbuhan dari tahun 2006 hingga 2010 sebesar 5,94 persen Tabel 1.
2
Tabel 1. Perkembangan Nilai PDB Hortikultura Tahun 2006
– 2010
Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura 2011
Sayuran merupakan salah satu produk hortikultura yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan baik sebagai penghasil devisa maupun sebagai sarana
meningkatkan pendapatan petani. Selain sebagai komoditas yang penting dalam memenuhi kebutuhan gizi, sayuran telah memberikan kontribusi PDB sebesar
36,35 persen terhadap subsektor hortikultura pada tahun 2010. Produksi sayuran nasional tercatat mengalami peningkatan rata-rata dari tahun 2006 hingga 2010
sebesar 3,01 persen Ditjenhorti 2011a. Menurut Ditjenhorti 2012, salah satu komoditas sayuran unggulan
nasional yang mendapat prioritas pengembangan oleh pemerintah adalah kentang Solanum tuberosum L. Kentang memiliki kadar air yang cukup tinggi sekitar 78
persen. Selain itu, setiap 100 gram kentang mengandung kalori 374 kal, protein 0,3 gram, lemak 0,1 gram, karbohidrat 85,6 gram, kalsium 20 mg, forsor 30 mg,
zat besi 0,5 mg, dan vitamin B 0,04 mg. Melihat kandungan gizinya, kentang merupakan sumber utama karbohidrat, sehingga sangat bermanfaat untuk
meningkatkan energi di dalam tubuh Samadi 2007. Tanaman kentang umumnya dapat tumbuh pada segala jenis tanah, namun
tidak semua dapat memberikan hasil yang baik. Kondisi tanah yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan kentang adalah berstruktur remah, gembur,
banyak mengandung bahan organik, subur, mudah mengikat air, dan memiliki pH tanah 5,0
– 7,0. Suhu rata-rata harian yang optimal bagi pertumbuhan kentang adalah 18
– 21
o
C dengan tingkat kelembapan udara sekitar 80 – 90 persen. Selain
itu, curah hujan yang sesuai untuk membudidayakan kentang adalah 1.500 mm per tahun Samadi 2007.
Kentang merupakan tanaman sayuran semusim yang berbentuk semak Komoditas
Nilai PDB Rp Miliar 2006
2007 2008
2009 2010
Buah-buahan 35.448
25.587 28.205
30.506 31.244
Sayuran 24.694
42.362 47.060
48.437 45.482
Florikultura 3.762
4.741 5.085
5.494 6.172
Biofarmaka 4.734
4.105 3.853
3.897 3.665
Total 68.639
76.795 84.202
88.334 85.985
3 atau perdu dan berumur pendek. Tanaman kentang dapat tumbuh baik di dataran
tinggi atau pegunungan dengan tingkat ketinggian 1.000 – 1.300 meter di atas
permukaan laut mdpl Samadi 2007. Apabila tumbuh di dataran rendah di bawah 500 mdpl, tanaman kentang sulit membentuk umbi. Jika terbentuk,
umbinya akan berukuran sangat kecil, kecuali di daerah yang mempunyai suhu malam hari dingin 20
o
C. Sementara itu, jika ditanam di atas ketinggian 2.000 m dpl, tanaman akan lambat membentuk umbi.
1
Kentang memiliki prospek dalam menunjang program diversifikasi pangan dan bahan baku industri. Kebutuhan kentang cenderung mengalami peningkatan
seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya gizi bagi kesehatan. Hal tersebut dapat dilihat dari tingkat konsumsi
kentang per kapita yang mengalami rata-rata peningkatan dari tahun 2002 hingga 2008 sebesar 7,10 persen BPS 2011b. Namun pada perkembangannya, mulai
tahun 2006 hingga 2010 produktivitas kentang menunjukkan trend menurun Tabel 2. Penurunan produktivitas tersebut dapat disebabkan oleh beberapa
faktor, seperti pengelolaan usahatani kentang di Indonesia belum optimal dalam mengkombinasikan faktor produksinya, konversi lahan-lahan pertanian menjadi
perumahan, dan kondisi iklim yang tidak menentu sehingga menyebabkan jadwal penanaman petani terganggu Erika 1999.
Tabel 2. Perkembangan Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Kentang di
Indonesia Tahun 2006
– 2010 Tahun
Produksi ton Luas Panen ha
Produktivitas tonha
2006 1.011.911
59.748 16,94
2007 1.003.732
62.375 16,09
2008 1.071.543
64.151 16,70
2009 1.176.304
71.238 16,51
2010 1.060.805
66.531 15,94
Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura 2011
Sentra penanaman kentang di Indonesia berada di wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sumatera Utara. Pada tahun 2010, sebesar 23,04
persen dari total produksi nasional berasal dari Jawa Barat Ditjenhorti 2011a. Kabupaten Garut merupakan daerah yang memiliki produktivitas tertinggi di Jawa
1
Pusat Penyuluh Pertanian, Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian. http:
cybex.deptan.go.idpenyuluhansyarat-tumbuh-tanaman-kentang [diakses pada 27 Juni 2012]
4 Barat. Salah satu daerah penghasil kentang di Kabupaten Garut yang memiliki
rata-rata pertumbuhan luas panen terbesar dari tahun 2007 hingga 2011 sebesar 16,62 persen adalah Kecamatan Cigedug Lampiran 1 Dinas Tanaman Pangan
dan Hortikultura Kabupaten Garut 2012a. Dalam perkembangannya dari tahun 2007 hingga 2011, produksi dan luas
panen kentang di Kecamatan Cigedug cenderung meningkat, namun hal tersebut tidak diikuti dengan peningkatan produktivitas Tabel 3. Peningkatan produksi
tersebut diakibatkan adanya pertambahan luas panen, sehingga produktivitas yang cenderung menurun tersebut disebabkan oleh penggunaan faktor produksi yang
belum mengikuti kaidah standar operasional prosedur SOP Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Garut 2011.
Tabel 3.
Perkembangan Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kentang di Kecamatan Cigedug pada Tahun 2007 - 2011
Tahun Luas Panen ha
Produksi ton Produktivitas tonha
2007 342
8.224 24,05
2008 416
9.652 23,20
2009 526
12.361 23,50
2010 563
12.525 22,25
2011 627
13.998 22,33
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Garut 2012
Desa Cigedug merupakan penghasil utama kentang di Kecamatan Cigedug BP3K Kecamatan Cigedug 2012. Hal tersebut didukung dengan kondisi alam
yang subur dan topografi yang sesuai dengan kondisi untuk budidaya kentang. Varietas yang digunakan dalam usahatani kentang di Desa Cigedug adalah
varietas Granola dan Atlantic. Kentang varietas Granola merupakan kentang introduksi dari Jerman
Barat, sedangkan varietas Atlantic merupakan kentang introduksi dari Amerika. Kentang varietas Granola dan varietas Atlantic memiliki beberapa keunggulan.
Pada sisi konsumen, varietas Granola memiliki rasa gurih, kadar gula tinggi, dan kandungan air tinggi, sehingga cocok dikonsumsi sebagai kentang sayur
2
. Sementara itu, kentang varietas Atlantic memiliki kandungan karbohidrat yang
2
Iskandar T, Basri AB. 2011. Arden Hasugian: Penggerak Agrobisnis Kentang Aceh Tengah. http:nad.litbang.deptan.go.idindindex.php?option=com_contentview=articleid=254Itemi
d=5 [diakses pada 14 Agustus 2012]
5 tinggi dan kadar gula yang lebih rendah sehingga baik untuk dikonsumsi oleh
penderita diabetes. Kentang varietas Atlantic juga memiliki umbi berwarna putih yang menarik untuk dikonsumsi sebagai kentang olahan berupa keripik kentang
maupun kentang goreng Setiadi 2009. Pada sisi produsen, varietas Granola dapat menggunakan bibit hasil
seleksi panen sebelumnya, tahan terhadap hama-penyakit yang menyerang, dan memiliki potensi produksi hingga mencapai 30
– 35 tonha Samadi 2007. Sementara itu, pada kentang varietas Atlantic harga jual relatif tinggi, mampu
menghasilkan lebih banyak 48 persen umbi yang berukuran lebih dari 100 gram, dan memiliki potensi produksi mencapai 30 tonha Ashari 2009. Namun,
kentang varietas Atlantic lebih rentan terhadap hama dan penyakit sehingga frekuensi penyemprotan menjadi lebih sering
3
. Varietas Atlantic di Desa Cigedug pertama kali diperkenalkan oleh PT
Indofood Fritolay Makmur PT IFM melalui usaha pertanian kontrak contract farming pada tahun 1995, sedangkan varietas Granola merupakan varietas yang
telah lama dibudidayakan di Desa Cigedug tanpa tergabung dalam usaha pertanian kontrak noncontract farming. Dalam menjalankan usaha pertanian kontrak,
Kelompok Tani Silih Riksa menjadi wadah penghubung antara petani kentang Desa Cigedug dengan pihak PT IFM yang dikoordinatorkan oleh seorang vendor.
Adanya usaha pertanian kontrak yang telah dijalankan tidak serta merta dapat meningkatkan produktivitas kentang di Desa Cigedug. Begitu pula yang
terjadi pada petani yang tidak tergabung dalam usaha pertanian kontrak. Hal tersebut salah satunya disebabkan oleh penggunaan faktor-faktor produksi yang
belum mengikuti kaidah standar operasional prosedur SOP sehingga produktivitas kentang di Desa Cigedug cenderung menurun dan belum dapat
mencapai produktivitas potensialnya BP3K Kecamatan Cigedug 2012. Produktivitas tersebut pada akhirnya akan berpengaruh terhadap pendapatan
usahatani kentang. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui pendapatan usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kentang agar upaya
3
Rukmana H. Rakhmat. Usaha Tani Kentang Sistem Mulsa Plastik. http:books.google
.co.idbooks?id=Nh3D2sH97HICpg=PA18dq=kentang+Atlantichl=idsa=Xei=IJTqT4_ uJsnrrQf4u4DLBQved=0CDYQ6AEwAQv=onepageq=kentang20Atlanticf=true
[diakses pada 27 Juni 2012]
6 yang ditempuh dapat berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
produktivitas.
1.2. Perumusan Masalah