6 yang ditempuh dapat berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
produktivitas.
1.2. Perumusan Masalah
Desa Cigedug merupakan daerah yang berpotensi untuk mengembangkan berbagai macam usaha agribisnis, salah satunya adalah agribisnis kentang. Hal ini
didukung dengan kondisi alam yang sangat mendukung usahatani kentang. Desa Cigedug ini memiliki ketinggian 1.285 meter di atas permukaan laut, tipe iklim C
agak basah, dimana setiap tahunnya antara tujuh sampai delapan bulan basah dan tiga sampai empat bulan kering BP3K Kecamatan Cigedug 2012. Oleh
karena itu, desa ini cocok ditanami oleh kentang. Varietas kentang yang dibudidayakan di Desa Cigedug adalah varietas Granola dan Atlantic. Kentang
varietas Granola sudah lama dibudidayakan sebelum munculnya varietas Atlantic di Desa Cigedug. Umumnya usahatani kentang varietas Granola di desa ini
dilakukan secara turun temurun bagi petani yang tidak tergabung dalam usaha pertanian kontrak noncontract farming.
Kentang varietas Atlantic pertama kali dibudidayakan di Desa Cigedug pada tahun 1995 atas kerjasama dalam bentuk usaha pertanian kontrak contract
farming. Usaha pertanian kontrak yang terjalin antara petani dengan pihak PT Indofood Fritolay Makmur IFM dalam bentuk penyediaan benih varietas
Atlantic dan penjualan hasil panen petani ke PT IFM dengan harga yang sudah ditentukan. Namun, kerjasama ini sempat gagal karena kentang yang dihasilkan
berwarna hitam dan pecah-pecah, kemudian terhenti pada tahun 1998 karena tidak tersedianya benih kentang varietas Atlantic. Penanaman varietas Atlantic mulai
banyak dibudidayakan kembali pada tahun 2003 karena ketersediaan benih kentang varietas Atlantic di Desa Cigedug relatif banyak, sehingga petani
memiliki banyak kesempatan untuk memulai budidaya kentang varietas Atlantic. Penanaman kentang di Desa Cigedug, baik varietas Granola maupun
varietas Atlantic umumnya dua kali setahun, karena waktu yang dibutuhkan untuk usahatani kentang dari pengolahan lahan hingga pemanenan mencapai kurang
lebih empat bulan. Setelah itu, lahan diselingi dengan komoditas hortikultura lain yang berbeda keluarga dengan kentang Solanaceae. Berdasarkan pengalaman
petani Desa Cigedug, lahan bekas tanaman kentang tidak dapat ditanami kentang
7 kembali maupun tanaman yang satu keluarga dengan kentang Solanaceae. Hal
tersebut dikarenakan serangan hama dan penyakit yang sama sehingga petani dapat mengalami gagal produksi.
Permasalahan usahatani kentang di Desa Cigedug salah satunya yaitu adanya perbedaan harga yang ditawarkan pada kedua varietas tersebut dimana
harga rata-rata kentang varietas Granola relatif lebih rendah dibandingkan dengan kentang varietas Atlantic. Selain itu, pada varietas Granola harga jual mengikuti
harga pasar yang cenderung berfluktuatif, sedangkan pada varietas Atlantic harga jual tetap sesuai dengan harga kontrak dengan PT IFM yang berlaku. Hal tersebut
tentu akan berpengaruh terhadap pendapatan usahatani kentang di Desa Cigedug. Permasalahan lain yang dihadapi dalam usahatani kentang di Desa
Cigedug yaitu, peningkatan produksi yang terjadi pun belum didukung dengan peningkatan produktivitas. Produktivitas kentang di Desa Cigedug sendiri
mengalami penurunan dari tahun 2010 ke 2011 sebesar 10 persen BP3K Kecamatan Cigedug 2012. Produktivitas kentang yang pernah dicapai Desa
Cigedug belum mencapai produktivitas potensial. Produktivitas kentang aktual pada tahun 2011 sebesar 18 tonha BP3K Kecamatan Cigedug 2012, padahal
produktivitas potensial yang dapat dicapai kentang varietas Granola maupun varietas Atlantic, yaitu kurang lebih 30 tonha Samadi 2007 dan Ashari 2009.
Produktivitas kentang di Desa Cigedug yang belum mencapai produktivitas potensial dikarenakan penerapan teknologi maupun penggunaan
sarana produksi diduga belum memenuhi kaidah standar operasional prosedur yang dianjurkan. Misalnya saja pada penggunaan pestisida, dimana berdasarkan
data BP3K Kecamatan Cigedug 2012 penggunaan obat-obatan secara terpadu oleh petani baru mencapai 28 persen. Penggunaan fakor produksi seperti ini erat
kaitannya dengan jumlah produktivitas output dalam suatu kegiatan usahatani. Penggunaan faktor produksi perlu diperhatikan dalam kegiatan usahatani agar
penggunaannya sesuai dengan kaidah standar operasional prosedur. Penggunaan input yang berlebihan tentunya membuat petani mengeluarkan biaya yang besar
pula, sedangkan kurangnya penggunaan input diduga dapat menurunkan hasil. Hal tersebut pada akhirnya mempengaruhi pendapatan usahatani kentang baik varietas
Granola maupun varietas Atlantic.
8 Selain berkaitan dengan pendapatan, adanya penggunaan faktor produksi
juga berpengaruh pada keputusan petani dalam melakukan penanaman kentang varietas Granola maupun varietas Atlantic, khususnya dalam memperhitungkan
kebutuhan dan biaya usahatani. Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah yang hendak dikaji dalam penelitian ini adalah:
1 Apakah usahatani kentang baik varietas Granola noncontract farming
maupun varietas Atlantic contract farming menguntungkan di Desa Cigedug, Kecamatan Cigedug, Kabupaten Garut?
2 Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kentang di Desa
Cigedug, Kecamatan Cigedug, Kabupaten Garut?
1.3. Tujuan Penelitian