84
5.4.2. Analisis Biaya Usahatani Kentang
Biaya usahatani kentang di Desa Cigedug terdiri dari perhitungan biaya usahatani kentang varietas Granola dan varietas Atlantic. Hal ini untuk melihat
adanya perbedaan biaya yang dikeluarkan petani responden terkait perbedaan varietas yang ditanam sekaligus pola kemitraan yang dijalani petani di Desa
Cigedug. Perhitungan biaya usahatani kentang varietas Granola dan varietas Atlantic dapat dilihat pada Tabel 27 dan Tabel 28.
Pengeluaran usahatani adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam usahatani kentang pada suatu periode tanam tertentu yang terdiri dari biaya
tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai merupakan pengeluaran uang tunai yang dikeluarkan secara langsung oleh petani. Biaya yang diperhitungkan
merupakan pengeluaran petani berupa faktor produksi tanpa mengeluarkan uang tunai. Dalam usahatani kentang, biaya tunai terdiri dari biaya pembelian benih,
pupuk kandang, pupuk kimia, obat-obatan, tenaga kerja luar keluarga TKLK, biaya pengawas lahan, biaya operasional bagi petani mitra, sewa lahan bagi petani
responden yang menyewa lahan, dan pajak dari lahan miliki sendiri. Sedangkan, biaya yang diperhitungkan terdiri dari, benih yang berasal dari panen sebelumnya,
tenaga kerja dalam keluarga TKDK, biaya sewa lahan bagi petani yang menggunakan lahan milik sendiri, dan penyusutan peralatan.
Berdasarkan perbandingan Tabel 27 dan Tabel 28 menunjukkan bahwa total biaya usahatani per hektar yang dikeluarkan petani varietas Atlantic lebih
tinggi daripada varietas Granola. Hal tersebut dapat dilihat dari biaya tunai maupun biaya yang diperhitungkan pada kedua varietas tersebut. Pada varietas
Granola biaya tunai yang dikeluarkan sebesar 67,53 persen dari total biaya usahatani, sedangkan pada varietas Atlantic biaya tunai yang dikeluarkan sebesar
94,25 persen. Begitupun sebaliknya, biaya yang diperhitungkan pada varietas Granola lebih besar 26,72 persen daripada varietas Atlantic. Hal tersebut
dikarenakan adanya dua komponen biaya yang relatif cukup besar berada pada komoponen biaya tunai dan diperhitungkan, yaitu biaya benih dan tenaga kerja.
85
Tabel 27. Rata-rata Biaya Usahatani Kentang Varietas Granola per Hektar pada
Musim Hujan 2011 – 2012 di Desa Cigedug
No. Komponen
Satuan Jumlah
unit Harga
Rpsatuan Nilai Total
Rp A.
Biaya Tunai 1.
Benih Kg
490,73 17.220,15
8.450.515,87 14,08
2. Pupuk:
- Pupuk
kandang Kg
24.473,01 295,64
7.235.233,67 12,05
- Pupuk ZA
Kg 1.027,33
1.800,00 1.849.200,00
3,08 -
Pupuk TSP Kg 394,75
2.000,00 789.500,00
3,19 -
Pupuk KCl Kg 1.063,44
1.800,00 1.914.200,00
1,32 -
Pupuk Mutiara
Kg 0,00
0,00 0,00
0,00 -
Pupuk Phonska
Kg 335,03
2.300,00 770.563,89
1,28 3.
Obat-obat -
Fungisida Kg
57,93 111.677,30
6.469.694,97 10,78
- Insektisida
Lt 7,64
284.069,71 2.170.913,06
3,62 -
Perekat Lt
10,27 37.246,43
382.601,69 0,64
4. Tenaga Kerja
Luar Keluarga
TKLK HOK
370,74 15.000,00
5.561.066,89 9,26
5. Pajak lahan
Rp 26.944,44
0,04 6.
Sewa lahan Rp
821.666,67 1,37
7. Biaya
pengawas Rp
736.666,67 1,23
8. Biaya
transportasi Rp
3.357.777,52 5,59
Total Biaya Tunai 40.536.545,34
67,53 B.
Biaya yang Diperhitungkan 1.
Benih Kg
1.315,39 10.558,56 13.888.611,11
23,14 2.
Tenaga Kerja Dalam
Keluarga TKDK
HOK 272,59
15.000,00 4.088.840,27
6,81 3.
Sewa lahan Rp
777.777,78 1,30
4. Penyusutan
peralatan Rp
739.151,63 1,23
Total Biaya yang Diperhitungkan 19.494.380,79
32,47 C.
Total Biaya Usahatani 60.030.926,13 100,00
86
Tabel 28. Rata-rata Biaya Usahatani Kentang Varietas Atlantic per Hektar pada
Musim Hujan 2011 – 2012 di Desa Cigedug
No. Komponen
Satuan Jumlah
unit Harga
Rpsatuan Nilai Total
Rp A.
Biaya Tunai 1.
Benih Kg
1.880,80 12.500,00 23.509.965,73
34,43 2.
Pupuk: -
Pupuk kandang
Kg 25.342,28
315,89 8.005.322,36
11,73 -
Pupuk ZA Kg
749,46 1.800,00
1.349.027,59 1,98
- Pupuk TSP Kg
965,85 1.800,00
1.738.534,08 2,55
- Pupuk KCl Kg
342,31 2.000,00
648.619,70 1,00
- Pupuk
Mutiara Kg
53,79 7.000,00
376.515,15 0,55
- Pupuk
Phonska Kg
349,55 2.300,00
803.957,91 1,18
3. Obat-obat
- Fungisida
Kg 125,50
90.695,62 11.382.698,64 16,67
- Insektisida
Lt 9,18
263.163,37 2.415.501,83
3,54 -
Perekat Lt
16,62 49.827,35
827.915,86 1,21
4. Tenaga Kerja
Luar Keluarga
TKLK HOK
543,56 15.000,00
8.153.453,33 11,94
5. Pajak lahan
Rp 39.926,85
0,06 6.
Sewa lahan Rp
395.833,33 0,58
7. Biaya
pengawas Rp
960.000,00 1,41
8. Biaya
transportasi Rp
3.455.238,56 5,06
9. Biaya
Operasional Rp
250.755,88 0,37
Total Biaya Tunai 64.349.266,81
94,25 B.
Biaya yang Diperhitungkan 1.
Benih Kg
58,33 10.000,00
583.333,33 0,85
2. Tenaga Kerja
Dalam Keluarga
TKDK HOK
92,03 15.000,00
1.380.487,44 2,02
3. Sewa lahan
Rp 1.222.222,22
1,79 4.
Penyusutan peralatan
Rp 739.151,63
1,08
Total Biaya yang Diperhitungkan 3.925.194,63
5,75 C. Total Biaya Usahatani
68.274.461,44 100,00
87
1 Biaya Benih
Biaya tunai per hektar untuk membeli benih varietas Granola sebesar Rp 8.450.515,87 yang mana lebih kecil daripada varietas Atlantic sebesar Rp
23.509.965,73. Hal ini dikarenakan, petani varietas Granola sebagian besar menggunakan benih dari hasil seleksi panen sebelumnya sehingga dapat
menghemat biaya pengeluaran tunai petani, sedangkan sebagian besar petani varietas Atlantic membeli benih kentang yang baru. Banyaknya pembelian benih
pada varietas Atlantic dikarenakan benih varietas Atlantic lebih mudah terkontaminasi virus, sehingga petani tidak mau menanggung risiko kegagalan
produksi akibat penggunaan benih dari hasil seleksi panen sebelumnya. Oleh karena itu, pada biaya yang diperhitungkan per hektar untuk penggunaan benih
pada varietas Granola sebesar Rp 13.888.611,11 lebih besar daripada varietas Atlantic sebesar Rp 583.333,33. Oleh karena itu, apabila dilihat dari nilai
presentase kebutuhan benih terhadap total biaya usahatani adalah sebesar 37,21 persen untuk varietas Granola dan 35,29 untuk varietas Atlantic dimana
komponen benih pada kedua varietas merupakan komponen biaya terbesar dalam usahatani kentang.
2 Biaya Pupuk
Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang, pupuk ZA, pupuk TSP, pupuk KCl, pupuk Mutiara khusus varietas Atlantic, dan pupuk Phonska.
Berdasarkan Tabel 27 dan Tabel 28, total biaya yang dibutuhkan untuk biaya pupuk per hektar pada varietas Granola dan varietas Atlantic sebesar Rp
12.558.697,56 dan Rp 12.957.976,79. Biaya pupuk merupakan salah satu komponen biaya terbesar dari total biaya usahatani yaitu sebesar 20,92 persen
pada varietas Granola dan 18,98 persen pada varietas Atlantic. Biaya tunai untuk pupuk kandang per hektar pada varietas Granola dan
varietas Atlantic masing-masing sebesar Rp 7.235.233,67 dan Rp 8.005.322,36. Selisih biaya yang tersebut relatif besar yaitu sebesar Rp 770.088,70. Hal ini
dikarenakan penggunaan jumlah dan harga rata-rata pupuk kandang pada petani varietas Atlantic yang lebih tinggi daripada varietas Granola. Harga rata-rata
pupuk kandang pada varietas Atlantic lebih tinggi daripada varietas Granola disebabkan karena sebanyak 6,67 persen petani varietas Atlantic menggunakan
88 pupuk kandang kering yang harganya relatif lebih mahal Rp 16.500,00
– Rp 18.000,00 per karung daripada pupuk kandang basah Rp 14.000,00 per karung.
Sementara itu, pada petani varietas Granola semua responden membeli pupuk kandang basah dengan harga beli relatif lebih murah dibandingkan pupuk kandang
kering, sehingga pengeluaran untuk pupuk kandang dapat diminimalisasi dimana kebutuhan biaya penggunaan pupuk kandang sebesar 12,05 persen pada varietas
Granola dan 11,73 persen pada varietas Atlantic dari total biaya usahatani. Biaya pupuk kimia per hektar yang dikeluarkan petani pada varietas
Granola sebesar Rp 5.323.463,89, sedangkan pada varietas Atlantic sebesar Rp 4.952.654,43 atau sebesar 8,87 persen pada varietas Granola dan 7,25 persen pada
varietas Atlantic dari total biaya usahatani dengan selisih kedua biaya ini sebesar Rp 370.809,46. Biaya penggunaan pupuk kimia pada varietas Atlantic relatif lebih
kecil dibandingkn varietas Granola, hal tersebut dikarenakan petani kentang varietas Atlantic cenderung mengandalkan obat-obatan daripada pupuk kimia
untuk mempertahankan kuantitas dan kualitas produksi.
3 Biaya Obat-obatan
Biaya obat-obatan merupakan salah satu komponen biaya terbesar dari total biaya usahatani, yaitu sebesar 15,03 persen pada varietas Granola dan 21,42
pada varietas Atlantic. Total biaya obat-obatan per hektar yang dikeluarkan petani pada varietas Granola dan varietas Atlantic masing-masing sebesar Rp
9.023.209,72 dan Rp 14.626.116,33. Total biaya obat-obatan kentang varietas Atlantic lebih besar daripada varietas Gronola dikarenakan frekuensi
penyemprotan kentang varietas Atlantic lebih sering daripada varietas Granola, sehingga jumlah fisik obat-obatannya lebih banyak.
Fungisida yang digunakan berbahan aktif Klorotalonil, Propineb, Mankozeb, Dimetomorf yang sama-sama untuk mengatasi penyakit yang sering
menyerang seperti busuk daun dengan harga rata-rata per kilogram sebesar Rp 136,666,67, Rp 150.000,00, Rp 57.818,18, dan Rp 25.000,00. Petani responden
varietas Atlantic dan varietas Granola lebih banyak menggunakan zat aktif Mankozeb karena fungisida berbahan aktif ini selain harganya relatif lebih murah,
juga dapat mengatasi penyakit busuk daun dan juga berbagai macam penyakit lain yang sering menyerang tanaman kentang Tabel 19.
89 Pada penggunaan insektisida, varietas Atlantic lebih banyak dalam jumlah
dan frekuensi daripada varietas Granola. Hal ini dikarenakan kentang varietas Atlantic lebih rentan terhadap hama yang menyerang daripada varietas Granola,
seperti Thrips dan Liriomyza huidobrensis yang dikenal dengan sebutan aro. Rata-rata insektisida yang digunakan berbahan aktif Abamektin seharga Rp Rp
1.025.000,00 per liter, Profenofos seharga Rp 78.333,33 per liter, Permethrin seharga Rp 50.000,00 per liter, Imidakloprid seharga Rp 437.500,00 per liter,
Klorfenapir seharga Rp 600.000,00 per liter, Klorantraniliprol seharga Rp 500.000,00 per liter, Karbosulfran seharga Rp 600.000,00 per liter, Deltametrin
seharga Rp 60.000,00 per liter, Promakarb hidroklorida Rp 900.000,00 per liter, dan Siromazin seharga Rp 1.250.000,00.
Profenofos merupakan zat aktif yang banyak digunakan baik petani varietas Granola maupun varietas Atlantic, karena selain merek dagang yang
berbahan aktif tersebut dapat mengatasi hama yang dominan menyerang tanaman kentang di lokasi penelitian Tabel 19, harga tersebut relatif lebih murah
dibandingkan dengan zat aktif yang lain yang dapat membasmi hama Liriomyza huidobrensis, Thrips, dan Phthorimaea opeculella menjadi alasan penggunaan zat
aktif Profenofos banyak digunakan petani responden. Frekuensi dan jumlah penggunaan perekat mengikuti penggunaan
pestisida pada kedua varietas tersebut. Dalam arti, semakin sering frekuensi penyemprotan pestisida pada setiap varietas, maka penggunaan perekat pun
semakin sering dan secara tidak langsung jumlah penggunaan perekat pun mengikuti frekuensi penyemprotan. Dengan demikian, penggunaan perekat pada
varietas Atlantic lebih banyak daripada varietas Granola. Rata-rata perekat yang digunakan petani kentang di Desa Cigedug adalah
Super Go seharga Rp 17.000,00 per liter, Lantish seharga Rp 32.000,00 per liter, Apsa seharga Rp 110.000,00 per liter, Altron seharga Rp 60.000,00 per liter, dan
Napel seharga Rp 12.000,00. Petani varietas Atlantic lebih banyak menggunakan perekat dengan merek dagang Absa yang relatif lebih mahal dibanding merek
dagang yang lain. Hal tersebut dikarenakan, berdasarkan hasil wawancara, penggunaan perekat Absa membuat pestisida yang disemprotkan lebih cepat
terserap ke tanaman, sehingga hama-penyakit yang menyerang dapat segera
90 teratasi. Sementara itu, petani varietas Granola lebih banyak yang menggunakan
perekat bermerek dagang Lantish yang harganya relatif lebih murah dibandingkan yang lain. Namun, berdasarkan hasil wawancara, manfaat dari penggunaan merek
dagang Absa lebih baik daripada merek dagang Lantish. Oleh karena itu, harga rata-rata perekat varietas Atlantic lebih tinggi daripada varieta Granola.
4 Biaya Tenaga Kerja
Pengeluaran petani varietas Granola untuk upah tenaga kerja luar keluarga per hektar sebesar Rp 5.561.066,89, sedangkan pada varietas Atlantic sebesar Rp
8.153.453,33. Sementara itu, pengeluaran petani varietas Granola untuk upah tenaga kerja dalam keluarga per hektar sebesar Rp 4.088.840,27, sedangkan pada
varietas Atlantic sebesar Rp 1.380.487,44. Sehingga total penggungaan tenaga kerja pada varietas Granola sebesar Rp 9.649.907,16 per hektar dan pada varietas
Atlantic sebesar Rp 9.533.940,78 per hektar. Sebesar 57,63 persen tenaga kerja yang digunakan petani responden
varietas Granola berasal dari luar keluarga, sedangkan 42,37 persen lainnya berasal dari tenaga kerja dalam keluarga sehingga penggunaan total tenaga kerja
antara tenaga kerja dalam keluarga maupun luar keluarga hampir seimbang. Hal tersebut berbeda dengan penggunaan tenaga kerja luar keluarga pada petani
varietas Atlantic yang mendominasi jumlah penggunaan tenaga kerja yaitu sebesar 85,52 persen, sedangkan dari dalam keluarga hanya 14,48 persen. Produktivitas
kentang varietas Granola yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Atlantic, hal tersebut ada kaitannya dengan penggunaan tenaga kerja dimana pada tenaga
kerja luar keluarga mendominasi penggunaan tenaga kerja pada varietas Atlantic. Tenaga kerja luar keluarga umumnya memiliki ketrampilan dalam kegiatan
usahatani kentang yang rendah, sehingga kegiatan yang dilakukan cenderung tidak mengindahkan penggunaan faktor produksi. Hal tersebut akan berdampak
pada penggunaan faktor produksi, seperti obat-obatan yang berlebihan dan kurang tepat sasaran.
Tenaga kerja dalam keluarga baik pada petani responden varietas Granola maupun varietas Atlantic, umumnya hanya menggunakan dua tenaga kerja yang
terdiri dari suami dan istri. Tenaga kerja istri pada usahatani kentang varietas Atlantic tidak berperan secara penuh dalam kegiatan usahatani kentang varietas
91 Atlantic dan umumnya hanya membantu pada saat penanaman ataupun
pemanenan. Sementara itu, pada usahatani kentang varietas Granola, tenaga kerja dalam keluarga, baik suami maupun istri, sebagian besar berperan aktif dalam
setiap kegiatan usatani kentang varietas Granola. Hal tersebut dikarenakan petani varietas Atlantic
sebagian besar merupakan “petani kapital” sehingga tenaga kerja dalam keluarga, seperti istri tidak dilibatkan dalam kegiatan usahatani. Istri hanya
bertugas sebagai ibu rumah tangga yang mengurus suami dan anak-anaknya.
5 Biaya Pengawas Lahan
Biaya pengawas lahan merupakan biaya yang dikeluarkan petani kentang baik varietas Granola maupun varietas Atlantic untuk mengawasi lahan yang akan
dipanen. Pengawasan lahan ini bertujuan agar umbi kentang yang mendekati waktu panen tidak dicuri orang. Biaya yang dikeluarkan tidak berdasarkan pada
luasan lahan yang diawasi, namun berdasarkan lama hari lahan yang diawasi. Rata-rata petani menggunakan dua orang dalam satu lahan yang diawasi. Upah
yang diberikan per orang sebesar Rp 20.000,00 dengan waktu penjagaan sekitar jam 6 sore hingga jam 5 pagi. Jumlah hari pengawasan pada varietas Granola
antara 10 – 30 hari sebelum panen, sedangkan pada varietas Atlantic 20 – 30 hari
sebelum panen. Total biaya rata-rata pengawasan lahan kentang varietas Granola adalah Rp 736.666,67, sedangkan varietas Atlantic adalah Rp 960.000,00 atau
sebesar 1,23 persen pada varietas Granola dan 1,41 persen pada varietas Atlnatic dari biaya total usahatani.
6 Biaya Transportasi
Biaya transportasi meliputi biaya angkut input produksi yang digunakan, seperti benih, pupuk kandang, pupuk kimia, fungisida, insektisida, perekat, dan
pengangkutan hasil panen. Biaya transportasi yang dibayar petani kentang baik varietas Granola maupun Atlantic bervariasi dari Rp 40,00
– Rp 100,00 per kilogram. Pengangkutan ini menggunakan motor ataupun mobil terbuka. Besarnya
biaya transportasi per hektar yang dikeluarkan petani responden varietas Granola sebesar Rp 3.357.777,52 dengan persentase dari total biaya usahatani sebesar 5,59
persen, sedangkan petani responden varietas Atlantic sebesar Rp 3.455.238,56 dengan persentase sebesar 5,06 persen dari total biaya usahatani.
92
7 Biaya Operasional
Besarnya biaya operasional sebesar 0,37 persen dari total biaya usahatani kentang varietas Atlantic. Biaya operasional ini hanya dibebankan kepada petani
varietas Atlantic karena mereka tergabung dalam usaha pertanian kontrak. Biaya operasional ini meliputi biaya angkut dan penyortiran. Besarnya biaya operasional
ini dihitung berdasarkan penggunaan waring dimana dalam satu waring dapat menampung umbi kentang kurang lebih 80 kilogram. Harga satu buah waring
tersebut seharga Rp 1.000,00.
8 Biaya Sewa dan Pajak Lahan
Biaya sewa lahan dalam usahatani kentang di lokasi penelitian termasuk dalam biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Pada komponen biaya tunai.
biaya sewa lahan merupakan biaya yang dikeluarkan oleh petani karena telah menyewa tanah milik orang lain. Besarnya biaya sewa lahan petani responden
varietas Granola dan varietas Atlantic masing-masing sebesar 1,37 persen dan 0,58 persen dari total biaya usahatani. Terdapat 53,33 persen responden kentang
varietas Granola dan 26,67 persen petani responden varietas Atlantic dengan status lahan sewa dan besarnya sewa lahan masing-masing petani responden
berbeda-beda, sehingga setelah dirata-ratakan menghasilkan biaya sewa sebesar Rp 821.666,67 dan Rp 395.833,33 per hektar per periode tanam. Perbedaan harga
sewa lahan tersebut disesuaikan dengan lokasi lahan yang digunakan, semakin dekat dengan akses jalan, maka biaya sewa lahan akan semakin besar. Lokasi
lahan yang dekat dengan akses jalan dapat mengurangi biaya transportasi yang dikeluarkan.
Biaya pajak merupakan pajak yang dikenakan oleh petani responden yang menggunakan lahan milik sendiri. Terdapat 46,67 persen petani responden
kentang varietas Granola dan 73,33 persen petani responden varietas Atlantic yang menggunakan lahan milik sendiri. Besarnya biaya pajak yang dikeluarkan
petani varietas Granola dan varietas Atlantic masing-masing sebesar 0,04 persen dan 0,06 persen dari total biaya usahatani. Besarnya biaya pajak tersebut antar
petani berbeda-beda bergantung pada lokasi lahan tersebut, semakin dekat dengan akses transportasi harga pajak lahan semakin tinggi, sehingga setelah dirata-
ratakan menghasilkan pajak sebesar Rp 26.944,44 pada petani responden varietas
93 Granola dan petani responden varietas Atlantic Rp 39.926,85 per hektar per
periode tanam. Pada komponen biaya yang diperhitungkan, biaya sewa lahan sendiri
termasuk dalam biaya sewa lahan diperhitungkan sebesar 1,30 persen pada varietas Granola dan 1,79 persen pada varietas Atlantic dari total biaya usahatani.
Lahan milik sendiri tetap diperhitungkan sebagai sewa lahan sehingga dilakukan penaksiran biaya penggunaan tanah sebesar nilai sewa tanah rata-rata yang
berlaku di Desa Cigedug, sehingga rata-rata sewa lahan milik sendiri tersebut sebesar Rp 777.777,78 pada petani responden kentang varietas Granola dan Rp
1.222.222,22 pada petani responden kentang varietas Atlantic per hektar per periode tanam.
9 Biaya Penyusutan Peralatan
Pada usahatani kentang baik varietas Granola maupun varietas Atlantic menggunakan beberapa peralatan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan
usahatani tersebut. Peralatan yang digunakan antara lain, cangkul, kored, ember, mesin obat,
“kompa” hand sprayer, drum, dan ajir. Cangkul digunakan dalam kegiatan pengolahan tanah untuk membalikan dan menggemburkan tanah. Kored
digunakan untuk mempermudah dalam menyiangi gulma. Ember merupakan wadah yang digunakan untuk menampung pupuk kimia yang ingin ditebar. Mesin
obat merupakan alat semprot yang memudahkan petani untuk menyemprotkan obat-obatan ke tanaman kentang. Umumnya petani yang memiliki lahan luas
menggunakan mesin obat, agar tidak bolak balik ke wadah obat. “kompa” hand
sprayer merupakan alat penyemprot obat-obatan yang berukuran kurang lebih 15 liter. Drum digunakan untuk media pencampuran obat-obatan dengan air,
kemudian hasil pencampuran ini dimasukkan dalam “kompa” dan siap dilakukan
penyemprotan pada tanaman kentang. Dalam analisis usahatani, biaya alat-alat pertanian ini dihitung sebagai
biaya penyusutan peralatan yang dibebankan ke dalam biaya yang diperhitungkan. Metode yang digunakan ini adalah metode garis lurus. Metode ini digunakan
karena jumlah penyusutan alat tiap tahunnya dianggap sama dan diasumsikan tidak laku bila dijual.
94
Tabel 29. Rata-rata Biaya Penyusutan Peralatan Petani Usahatani Kentang per
Hektar per Periode Tanam pada Musim Hujan 2011 – 2012 di Desa
Cigedug No
Jenis Peralatan
Umur Ekono-
mis Tahun
Jumlah Unit
Harga Rpunit
Biaya Penyusutan
Rptahun Biaya
Penyusutan Rpperiode
tanam 1.
Cangkul 4
6 54.000,00
81.000,00 27.000,00
2. Kored
4 9
45.000,00 101.250,00
33.750,00 3.
Ember 1
15 10.642,86
159.642,86 53.214,29
4. Mesin
Obat 10
1 3.406.481,48 340.648,15
113.549,38 5.
Hand sprayer
5 4
258.620,69 206.896,55
68.965,52 6.
Drum 8
4 186.363,64
93.181,82 31.060,61
7. Ajir
1,27 20.855
50,00 823.223,68
411.611,84 Jumlah
1.805.843,06 739.151,63
Periode tanam yang digunakan dalam perhitungan penyusutan peralatan adalah empat bulan masa tanam. Berdasarkan Tabel 29, biaya penyusutan
peralatan rata-rata para petani pada usahatani kentang per periode tanam adalah sebesar Rp 739.151,63 atau sebesar 1,23 persen pada varietas Granola dan 1,08
persen pada varietas Atlantic dari total biaya usahatani.
5.4.3. Analisis Pendapatan Usahatani Kentang