Analisis Biaya Usahatani Kentang

84

5.4.2. Analisis Biaya Usahatani Kentang

Biaya usahatani kentang di Desa Cigedug terdiri dari perhitungan biaya usahatani kentang varietas Granola dan varietas Atlantic. Hal ini untuk melihat adanya perbedaan biaya yang dikeluarkan petani responden terkait perbedaan varietas yang ditanam sekaligus pola kemitraan yang dijalani petani di Desa Cigedug. Perhitungan biaya usahatani kentang varietas Granola dan varietas Atlantic dapat dilihat pada Tabel 27 dan Tabel 28. Pengeluaran usahatani adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam usahatani kentang pada suatu periode tanam tertentu yang terdiri dari biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai merupakan pengeluaran uang tunai yang dikeluarkan secara langsung oleh petani. Biaya yang diperhitungkan merupakan pengeluaran petani berupa faktor produksi tanpa mengeluarkan uang tunai. Dalam usahatani kentang, biaya tunai terdiri dari biaya pembelian benih, pupuk kandang, pupuk kimia, obat-obatan, tenaga kerja luar keluarga TKLK, biaya pengawas lahan, biaya operasional bagi petani mitra, sewa lahan bagi petani responden yang menyewa lahan, dan pajak dari lahan miliki sendiri. Sedangkan, biaya yang diperhitungkan terdiri dari, benih yang berasal dari panen sebelumnya, tenaga kerja dalam keluarga TKDK, biaya sewa lahan bagi petani yang menggunakan lahan milik sendiri, dan penyusutan peralatan. Berdasarkan perbandingan Tabel 27 dan Tabel 28 menunjukkan bahwa total biaya usahatani per hektar yang dikeluarkan petani varietas Atlantic lebih tinggi daripada varietas Granola. Hal tersebut dapat dilihat dari biaya tunai maupun biaya yang diperhitungkan pada kedua varietas tersebut. Pada varietas Granola biaya tunai yang dikeluarkan sebesar 67,53 persen dari total biaya usahatani, sedangkan pada varietas Atlantic biaya tunai yang dikeluarkan sebesar 94,25 persen. Begitupun sebaliknya, biaya yang diperhitungkan pada varietas Granola lebih besar 26,72 persen daripada varietas Atlantic. Hal tersebut dikarenakan adanya dua komponen biaya yang relatif cukup besar berada pada komoponen biaya tunai dan diperhitungkan, yaitu biaya benih dan tenaga kerja. 85 Tabel 27. Rata-rata Biaya Usahatani Kentang Varietas Granola per Hektar pada Musim Hujan 2011 – 2012 di Desa Cigedug No. Komponen Satuan Jumlah unit Harga Rpsatuan Nilai Total Rp A. Biaya Tunai 1. Benih Kg 490,73 17.220,15 8.450.515,87 14,08 2. Pupuk: - Pupuk kandang Kg 24.473,01 295,64 7.235.233,67 12,05 - Pupuk ZA Kg 1.027,33 1.800,00 1.849.200,00 3,08 - Pupuk TSP Kg 394,75 2.000,00 789.500,00 3,19 - Pupuk KCl Kg 1.063,44 1.800,00 1.914.200,00 1,32 - Pupuk Mutiara Kg 0,00 0,00 0,00 0,00 - Pupuk Phonska Kg 335,03 2.300,00 770.563,89 1,28 3. Obat-obat - Fungisida Kg 57,93 111.677,30 6.469.694,97 10,78 - Insektisida Lt 7,64 284.069,71 2.170.913,06 3,62 - Perekat Lt 10,27 37.246,43 382.601,69 0,64 4. Tenaga Kerja Luar Keluarga TKLK HOK 370,74 15.000,00 5.561.066,89 9,26 5. Pajak lahan Rp 26.944,44 0,04 6. Sewa lahan Rp 821.666,67 1,37 7. Biaya pengawas Rp 736.666,67 1,23 8. Biaya transportasi Rp 3.357.777,52 5,59 Total Biaya Tunai 40.536.545,34 67,53 B. Biaya yang Diperhitungkan 1. Benih Kg 1.315,39 10.558,56 13.888.611,11 23,14 2. Tenaga Kerja Dalam Keluarga TKDK HOK 272,59 15.000,00 4.088.840,27 6,81 3. Sewa lahan Rp 777.777,78 1,30 4. Penyusutan peralatan Rp 739.151,63 1,23 Total Biaya yang Diperhitungkan 19.494.380,79 32,47 C. Total Biaya Usahatani 60.030.926,13 100,00 86 Tabel 28. Rata-rata Biaya Usahatani Kentang Varietas Atlantic per Hektar pada Musim Hujan 2011 – 2012 di Desa Cigedug No. Komponen Satuan Jumlah unit Harga Rpsatuan Nilai Total Rp A. Biaya Tunai 1. Benih Kg 1.880,80 12.500,00 23.509.965,73 34,43 2. Pupuk: - Pupuk kandang Kg 25.342,28 315,89 8.005.322,36 11,73 - Pupuk ZA Kg 749,46 1.800,00 1.349.027,59 1,98 - Pupuk TSP Kg 965,85 1.800,00 1.738.534,08 2,55 - Pupuk KCl Kg 342,31 2.000,00 648.619,70 1,00 - Pupuk Mutiara Kg 53,79 7.000,00 376.515,15 0,55 - Pupuk Phonska Kg 349,55 2.300,00 803.957,91 1,18 3. Obat-obat - Fungisida Kg 125,50 90.695,62 11.382.698,64 16,67 - Insektisida Lt 9,18 263.163,37 2.415.501,83 3,54 - Perekat Lt 16,62 49.827,35 827.915,86 1,21 4. Tenaga Kerja Luar Keluarga TKLK HOK 543,56 15.000,00 8.153.453,33 11,94 5. Pajak lahan Rp 39.926,85 0,06 6. Sewa lahan Rp 395.833,33 0,58 7. Biaya pengawas Rp 960.000,00 1,41 8. Biaya transportasi Rp 3.455.238,56 5,06 9. Biaya Operasional Rp 250.755,88 0,37 Total Biaya Tunai 64.349.266,81 94,25 B. Biaya yang Diperhitungkan 1. Benih Kg 58,33 10.000,00 583.333,33 0,85 2. Tenaga Kerja Dalam Keluarga TKDK HOK 92,03 15.000,00 1.380.487,44 2,02 3. Sewa lahan Rp 1.222.222,22 1,79 4. Penyusutan peralatan Rp 739.151,63 1,08 Total Biaya yang Diperhitungkan 3.925.194,63 5,75 C. Total Biaya Usahatani 68.274.461,44 100,00 87 1 Biaya Benih Biaya tunai per hektar untuk membeli benih varietas Granola sebesar Rp 8.450.515,87 yang mana lebih kecil daripada varietas Atlantic sebesar Rp 23.509.965,73. Hal ini dikarenakan, petani varietas Granola sebagian besar menggunakan benih dari hasil seleksi panen sebelumnya sehingga dapat menghemat biaya pengeluaran tunai petani, sedangkan sebagian besar petani varietas Atlantic membeli benih kentang yang baru. Banyaknya pembelian benih pada varietas Atlantic dikarenakan benih varietas Atlantic lebih mudah terkontaminasi virus, sehingga petani tidak mau menanggung risiko kegagalan produksi akibat penggunaan benih dari hasil seleksi panen sebelumnya. Oleh karena itu, pada biaya yang diperhitungkan per hektar untuk penggunaan benih pada varietas Granola sebesar Rp 13.888.611,11 lebih besar daripada varietas Atlantic sebesar Rp 583.333,33. Oleh karena itu, apabila dilihat dari nilai presentase kebutuhan benih terhadap total biaya usahatani adalah sebesar 37,21 persen untuk varietas Granola dan 35,29 untuk varietas Atlantic dimana komponen benih pada kedua varietas merupakan komponen biaya terbesar dalam usahatani kentang. 2 Biaya Pupuk Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang, pupuk ZA, pupuk TSP, pupuk KCl, pupuk Mutiara khusus varietas Atlantic, dan pupuk Phonska. Berdasarkan Tabel 27 dan Tabel 28, total biaya yang dibutuhkan untuk biaya pupuk per hektar pada varietas Granola dan varietas Atlantic sebesar Rp 12.558.697,56 dan Rp 12.957.976,79. Biaya pupuk merupakan salah satu komponen biaya terbesar dari total biaya usahatani yaitu sebesar 20,92 persen pada varietas Granola dan 18,98 persen pada varietas Atlantic. Biaya tunai untuk pupuk kandang per hektar pada varietas Granola dan varietas Atlantic masing-masing sebesar Rp 7.235.233,67 dan Rp 8.005.322,36. Selisih biaya yang tersebut relatif besar yaitu sebesar Rp 770.088,70. Hal ini dikarenakan penggunaan jumlah dan harga rata-rata pupuk kandang pada petani varietas Atlantic yang lebih tinggi daripada varietas Granola. Harga rata-rata pupuk kandang pada varietas Atlantic lebih tinggi daripada varietas Granola disebabkan karena sebanyak 6,67 persen petani varietas Atlantic menggunakan 88 pupuk kandang kering yang harganya relatif lebih mahal Rp 16.500,00 – Rp 18.000,00 per karung daripada pupuk kandang basah Rp 14.000,00 per karung. Sementara itu, pada petani varietas Granola semua responden membeli pupuk kandang basah dengan harga beli relatif lebih murah dibandingkan pupuk kandang kering, sehingga pengeluaran untuk pupuk kandang dapat diminimalisasi dimana kebutuhan biaya penggunaan pupuk kandang sebesar 12,05 persen pada varietas Granola dan 11,73 persen pada varietas Atlantic dari total biaya usahatani. Biaya pupuk kimia per hektar yang dikeluarkan petani pada varietas Granola sebesar Rp 5.323.463,89, sedangkan pada varietas Atlantic sebesar Rp 4.952.654,43 atau sebesar 8,87 persen pada varietas Granola dan 7,25 persen pada varietas Atlantic dari total biaya usahatani dengan selisih kedua biaya ini sebesar Rp 370.809,46. Biaya penggunaan pupuk kimia pada varietas Atlantic relatif lebih kecil dibandingkn varietas Granola, hal tersebut dikarenakan petani kentang varietas Atlantic cenderung mengandalkan obat-obatan daripada pupuk kimia untuk mempertahankan kuantitas dan kualitas produksi. 3 Biaya Obat-obatan Biaya obat-obatan merupakan salah satu komponen biaya terbesar dari total biaya usahatani, yaitu sebesar 15,03 persen pada varietas Granola dan 21,42 pada varietas Atlantic. Total biaya obat-obatan per hektar yang dikeluarkan petani pada varietas Granola dan varietas Atlantic masing-masing sebesar Rp 9.023.209,72 dan Rp 14.626.116,33. Total biaya obat-obatan kentang varietas Atlantic lebih besar daripada varietas Gronola dikarenakan frekuensi penyemprotan kentang varietas Atlantic lebih sering daripada varietas Granola, sehingga jumlah fisik obat-obatannya lebih banyak. Fungisida yang digunakan berbahan aktif Klorotalonil, Propineb, Mankozeb, Dimetomorf yang sama-sama untuk mengatasi penyakit yang sering menyerang seperti busuk daun dengan harga rata-rata per kilogram sebesar Rp 136,666,67, Rp 150.000,00, Rp 57.818,18, dan Rp 25.000,00. Petani responden varietas Atlantic dan varietas Granola lebih banyak menggunakan zat aktif Mankozeb karena fungisida berbahan aktif ini selain harganya relatif lebih murah, juga dapat mengatasi penyakit busuk daun dan juga berbagai macam penyakit lain yang sering menyerang tanaman kentang Tabel 19. 89 Pada penggunaan insektisida, varietas Atlantic lebih banyak dalam jumlah dan frekuensi daripada varietas Granola. Hal ini dikarenakan kentang varietas Atlantic lebih rentan terhadap hama yang menyerang daripada varietas Granola, seperti Thrips dan Liriomyza huidobrensis yang dikenal dengan sebutan aro. Rata-rata insektisida yang digunakan berbahan aktif Abamektin seharga Rp Rp 1.025.000,00 per liter, Profenofos seharga Rp 78.333,33 per liter, Permethrin seharga Rp 50.000,00 per liter, Imidakloprid seharga Rp 437.500,00 per liter, Klorfenapir seharga Rp 600.000,00 per liter, Klorantraniliprol seharga Rp 500.000,00 per liter, Karbosulfran seharga Rp 600.000,00 per liter, Deltametrin seharga Rp 60.000,00 per liter, Promakarb hidroklorida Rp 900.000,00 per liter, dan Siromazin seharga Rp 1.250.000,00. Profenofos merupakan zat aktif yang banyak digunakan baik petani varietas Granola maupun varietas Atlantic, karena selain merek dagang yang berbahan aktif tersebut dapat mengatasi hama yang dominan menyerang tanaman kentang di lokasi penelitian Tabel 19, harga tersebut relatif lebih murah dibandingkan dengan zat aktif yang lain yang dapat membasmi hama Liriomyza huidobrensis, Thrips, dan Phthorimaea opeculella menjadi alasan penggunaan zat aktif Profenofos banyak digunakan petani responden. Frekuensi dan jumlah penggunaan perekat mengikuti penggunaan pestisida pada kedua varietas tersebut. Dalam arti, semakin sering frekuensi penyemprotan pestisida pada setiap varietas, maka penggunaan perekat pun semakin sering dan secara tidak langsung jumlah penggunaan perekat pun mengikuti frekuensi penyemprotan. Dengan demikian, penggunaan perekat pada varietas Atlantic lebih banyak daripada varietas Granola. Rata-rata perekat yang digunakan petani kentang di Desa Cigedug adalah Super Go seharga Rp 17.000,00 per liter, Lantish seharga Rp 32.000,00 per liter, Apsa seharga Rp 110.000,00 per liter, Altron seharga Rp 60.000,00 per liter, dan Napel seharga Rp 12.000,00. Petani varietas Atlantic lebih banyak menggunakan perekat dengan merek dagang Absa yang relatif lebih mahal dibanding merek dagang yang lain. Hal tersebut dikarenakan, berdasarkan hasil wawancara, penggunaan perekat Absa membuat pestisida yang disemprotkan lebih cepat terserap ke tanaman, sehingga hama-penyakit yang menyerang dapat segera 90 teratasi. Sementara itu, petani varietas Granola lebih banyak yang menggunakan perekat bermerek dagang Lantish yang harganya relatif lebih murah dibandingkan yang lain. Namun, berdasarkan hasil wawancara, manfaat dari penggunaan merek dagang Absa lebih baik daripada merek dagang Lantish. Oleh karena itu, harga rata-rata perekat varietas Atlantic lebih tinggi daripada varieta Granola. 4 Biaya Tenaga Kerja Pengeluaran petani varietas Granola untuk upah tenaga kerja luar keluarga per hektar sebesar Rp 5.561.066,89, sedangkan pada varietas Atlantic sebesar Rp 8.153.453,33. Sementara itu, pengeluaran petani varietas Granola untuk upah tenaga kerja dalam keluarga per hektar sebesar Rp 4.088.840,27, sedangkan pada varietas Atlantic sebesar Rp 1.380.487,44. Sehingga total penggungaan tenaga kerja pada varietas Granola sebesar Rp 9.649.907,16 per hektar dan pada varietas Atlantic sebesar Rp 9.533.940,78 per hektar. Sebesar 57,63 persen tenaga kerja yang digunakan petani responden varietas Granola berasal dari luar keluarga, sedangkan 42,37 persen lainnya berasal dari tenaga kerja dalam keluarga sehingga penggunaan total tenaga kerja antara tenaga kerja dalam keluarga maupun luar keluarga hampir seimbang. Hal tersebut berbeda dengan penggunaan tenaga kerja luar keluarga pada petani varietas Atlantic yang mendominasi jumlah penggunaan tenaga kerja yaitu sebesar 85,52 persen, sedangkan dari dalam keluarga hanya 14,48 persen. Produktivitas kentang varietas Granola yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Atlantic, hal tersebut ada kaitannya dengan penggunaan tenaga kerja dimana pada tenaga kerja luar keluarga mendominasi penggunaan tenaga kerja pada varietas Atlantic. Tenaga kerja luar keluarga umumnya memiliki ketrampilan dalam kegiatan usahatani kentang yang rendah, sehingga kegiatan yang dilakukan cenderung tidak mengindahkan penggunaan faktor produksi. Hal tersebut akan berdampak pada penggunaan faktor produksi, seperti obat-obatan yang berlebihan dan kurang tepat sasaran. Tenaga kerja dalam keluarga baik pada petani responden varietas Granola maupun varietas Atlantic, umumnya hanya menggunakan dua tenaga kerja yang terdiri dari suami dan istri. Tenaga kerja istri pada usahatani kentang varietas Atlantic tidak berperan secara penuh dalam kegiatan usahatani kentang varietas 91 Atlantic dan umumnya hanya membantu pada saat penanaman ataupun pemanenan. Sementara itu, pada usahatani kentang varietas Granola, tenaga kerja dalam keluarga, baik suami maupun istri, sebagian besar berperan aktif dalam setiap kegiatan usatani kentang varietas Granola. Hal tersebut dikarenakan petani varietas Atlantic sebagian besar merupakan “petani kapital” sehingga tenaga kerja dalam keluarga, seperti istri tidak dilibatkan dalam kegiatan usahatani. Istri hanya bertugas sebagai ibu rumah tangga yang mengurus suami dan anak-anaknya. 5 Biaya Pengawas Lahan Biaya pengawas lahan merupakan biaya yang dikeluarkan petani kentang baik varietas Granola maupun varietas Atlantic untuk mengawasi lahan yang akan dipanen. Pengawasan lahan ini bertujuan agar umbi kentang yang mendekati waktu panen tidak dicuri orang. Biaya yang dikeluarkan tidak berdasarkan pada luasan lahan yang diawasi, namun berdasarkan lama hari lahan yang diawasi. Rata-rata petani menggunakan dua orang dalam satu lahan yang diawasi. Upah yang diberikan per orang sebesar Rp 20.000,00 dengan waktu penjagaan sekitar jam 6 sore hingga jam 5 pagi. Jumlah hari pengawasan pada varietas Granola antara 10 – 30 hari sebelum panen, sedangkan pada varietas Atlantic 20 – 30 hari sebelum panen. Total biaya rata-rata pengawasan lahan kentang varietas Granola adalah Rp 736.666,67, sedangkan varietas Atlantic adalah Rp 960.000,00 atau sebesar 1,23 persen pada varietas Granola dan 1,41 persen pada varietas Atlnatic dari biaya total usahatani. 6 Biaya Transportasi Biaya transportasi meliputi biaya angkut input produksi yang digunakan, seperti benih, pupuk kandang, pupuk kimia, fungisida, insektisida, perekat, dan pengangkutan hasil panen. Biaya transportasi yang dibayar petani kentang baik varietas Granola maupun Atlantic bervariasi dari Rp 40,00 – Rp 100,00 per kilogram. Pengangkutan ini menggunakan motor ataupun mobil terbuka. Besarnya biaya transportasi per hektar yang dikeluarkan petani responden varietas Granola sebesar Rp 3.357.777,52 dengan persentase dari total biaya usahatani sebesar 5,59 persen, sedangkan petani responden varietas Atlantic sebesar Rp 3.455.238,56 dengan persentase sebesar 5,06 persen dari total biaya usahatani. 92 7 Biaya Operasional Besarnya biaya operasional sebesar 0,37 persen dari total biaya usahatani kentang varietas Atlantic. Biaya operasional ini hanya dibebankan kepada petani varietas Atlantic karena mereka tergabung dalam usaha pertanian kontrak. Biaya operasional ini meliputi biaya angkut dan penyortiran. Besarnya biaya operasional ini dihitung berdasarkan penggunaan waring dimana dalam satu waring dapat menampung umbi kentang kurang lebih 80 kilogram. Harga satu buah waring tersebut seharga Rp 1.000,00. 8 Biaya Sewa dan Pajak Lahan Biaya sewa lahan dalam usahatani kentang di lokasi penelitian termasuk dalam biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Pada komponen biaya tunai. biaya sewa lahan merupakan biaya yang dikeluarkan oleh petani karena telah menyewa tanah milik orang lain. Besarnya biaya sewa lahan petani responden varietas Granola dan varietas Atlantic masing-masing sebesar 1,37 persen dan 0,58 persen dari total biaya usahatani. Terdapat 53,33 persen responden kentang varietas Granola dan 26,67 persen petani responden varietas Atlantic dengan status lahan sewa dan besarnya sewa lahan masing-masing petani responden berbeda-beda, sehingga setelah dirata-ratakan menghasilkan biaya sewa sebesar Rp 821.666,67 dan Rp 395.833,33 per hektar per periode tanam. Perbedaan harga sewa lahan tersebut disesuaikan dengan lokasi lahan yang digunakan, semakin dekat dengan akses jalan, maka biaya sewa lahan akan semakin besar. Lokasi lahan yang dekat dengan akses jalan dapat mengurangi biaya transportasi yang dikeluarkan. Biaya pajak merupakan pajak yang dikenakan oleh petani responden yang menggunakan lahan milik sendiri. Terdapat 46,67 persen petani responden kentang varietas Granola dan 73,33 persen petani responden varietas Atlantic yang menggunakan lahan milik sendiri. Besarnya biaya pajak yang dikeluarkan petani varietas Granola dan varietas Atlantic masing-masing sebesar 0,04 persen dan 0,06 persen dari total biaya usahatani. Besarnya biaya pajak tersebut antar petani berbeda-beda bergantung pada lokasi lahan tersebut, semakin dekat dengan akses transportasi harga pajak lahan semakin tinggi, sehingga setelah dirata- ratakan menghasilkan pajak sebesar Rp 26.944,44 pada petani responden varietas 93 Granola dan petani responden varietas Atlantic Rp 39.926,85 per hektar per periode tanam. Pada komponen biaya yang diperhitungkan, biaya sewa lahan sendiri termasuk dalam biaya sewa lahan diperhitungkan sebesar 1,30 persen pada varietas Granola dan 1,79 persen pada varietas Atlantic dari total biaya usahatani. Lahan milik sendiri tetap diperhitungkan sebagai sewa lahan sehingga dilakukan penaksiran biaya penggunaan tanah sebesar nilai sewa tanah rata-rata yang berlaku di Desa Cigedug, sehingga rata-rata sewa lahan milik sendiri tersebut sebesar Rp 777.777,78 pada petani responden kentang varietas Granola dan Rp 1.222.222,22 pada petani responden kentang varietas Atlantic per hektar per periode tanam. 9 Biaya Penyusutan Peralatan Pada usahatani kentang baik varietas Granola maupun varietas Atlantic menggunakan beberapa peralatan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan usahatani tersebut. Peralatan yang digunakan antara lain, cangkul, kored, ember, mesin obat, “kompa” hand sprayer, drum, dan ajir. Cangkul digunakan dalam kegiatan pengolahan tanah untuk membalikan dan menggemburkan tanah. Kored digunakan untuk mempermudah dalam menyiangi gulma. Ember merupakan wadah yang digunakan untuk menampung pupuk kimia yang ingin ditebar. Mesin obat merupakan alat semprot yang memudahkan petani untuk menyemprotkan obat-obatan ke tanaman kentang. Umumnya petani yang memiliki lahan luas menggunakan mesin obat, agar tidak bolak balik ke wadah obat. “kompa” hand sprayer merupakan alat penyemprot obat-obatan yang berukuran kurang lebih 15 liter. Drum digunakan untuk media pencampuran obat-obatan dengan air, kemudian hasil pencampuran ini dimasukkan dalam “kompa” dan siap dilakukan penyemprotan pada tanaman kentang. Dalam analisis usahatani, biaya alat-alat pertanian ini dihitung sebagai biaya penyusutan peralatan yang dibebankan ke dalam biaya yang diperhitungkan. Metode yang digunakan ini adalah metode garis lurus. Metode ini digunakan karena jumlah penyusutan alat tiap tahunnya dianggap sama dan diasumsikan tidak laku bila dijual. 94 Tabel 29. Rata-rata Biaya Penyusutan Peralatan Petani Usahatani Kentang per Hektar per Periode Tanam pada Musim Hujan 2011 – 2012 di Desa Cigedug No Jenis Peralatan Umur Ekono- mis Tahun Jumlah Unit Harga Rpunit Biaya Penyusutan Rptahun Biaya Penyusutan Rpperiode tanam 1. Cangkul 4 6 54.000,00 81.000,00 27.000,00 2. Kored 4 9 45.000,00 101.250,00 33.750,00 3. Ember 1 15 10.642,86 159.642,86 53.214,29 4. Mesin Obat 10 1 3.406.481,48 340.648,15 113.549,38 5. Hand sprayer 5 4 258.620,69 206.896,55 68.965,52 6. Drum 8 4 186.363,64 93.181,82 31.060,61 7. Ajir 1,27 20.855 50,00 823.223,68 411.611,84 Jumlah 1.805.843,06 739.151,63 Periode tanam yang digunakan dalam perhitungan penyusutan peralatan adalah empat bulan masa tanam. Berdasarkan Tabel 29, biaya penyusutan peralatan rata-rata para petani pada usahatani kentang per periode tanam adalah sebesar Rp 739.151,63 atau sebesar 1,23 persen pada varietas Granola dan 1,08 persen pada varietas Atlantic dari total biaya usahatani.

5.4.3. Analisis Pendapatan Usahatani Kentang