Kajian Penelitian Pendapatan Usahatani

16 dikonsumsi. Kentang varietas Granola dapat dipanen pada umur 80 – 90 hari dan kentang varietas Atlantic dapat dipanen pada umur 90 – 105 hari Samadi 2007.

2.3. Kajian Penelitian Pendapatan Usahatani

Analisis pendapatan usahatani banyak digunakan untuk mengetahui sejauh mana kegiatan usahatani memberikan manfaat bagi petani. Apriyanto 2005, Hakim 2002, Erika 1999, dan Rivai 1982 menganalisis usahatani dengan melihat dari sisi pendapatan usahatani yang dihitung berdasarkan hasil penerimaan total dikurangi dengan biaya total yang dikeluarkan. Kemudian, dalam mengetahui tingkat kelayakan usahatani menggunakan analisis RC rasio. Hakim 2002 membandingkan diversifikasi usaha agribisnis kentang sayur dengan kentang olahan dalam satu perusahaan dan menunjukkan bahwa usahatani kentang olahan keuntungannya lebih tinggi daripada kentang sayur dengan selisih sebesar Rp 5.450.600,00 per musim tanam per hektar. Begitupun dengan nilai RC yang diperoleh kentang olahan lebih besar 0,06 daripada kentang sayur. Walaupun dilakukan dalam satu perusahaan, selisih nilai RC tersebut relatif tidak berbeda signifikan antara kentang olahan dengan kentang sayur. Hal tersebut dikarenakan harga jual kentang olahan telah ditetapkan berdasarkan kontrak dengan PT Indofood Fritolay Makmur yang lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata harga kentang sayur di pasaran. Berdasarkan penelitian Erika 1999, besarnya luas lahan kentang mempengaruhi pendapatan petani responden. Semakin besar luas lahan yang digunakan, maka pendapatannya pun semakin besar. Berdasarkan nilai RC, usahatani luas lebih efisien daripada usahtani sedang dan usahatani sempit. Walaupun demikian, nilai RC diperoleh untuk usahatani sempit, sedang, dan luas masing-masing besarnya lebih besar dari satu, sehingga usahatani kentang layak untuk diusahakan dalam berbagai ukuran luas lahan. Status lahan yang digunakan petani kentang juga turut mempengaruhi pendapatan dan nilai RC yang diperoleh Apriyanto 2005. Pendapatan petani status lahan milik lebih rendah dibandingkan dengan petani status lahan sewa. Hal tersebut dikarenakan petani status lahan milik sendiri kurang maksimal dalam mengelola usahatani kentang. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan tenaga kerja dalam keluarga petani status lahan milik lebih sedikit dibandingkan petani dengan 17 status lahan sewa, sehingga pengelolaan usahatani kentang menjadi kurang efektif karena penggunaan tenaga kerja luar keluarga kurang memiliki keterampilan Status lahan sewa memiliki RC rasio yang lebih besar dari satu, sementara penguasaan lahan milik pribadi memiliki RC kurang dari satu. Hal tersebut dikarenakan biaya yang dikeluarkan petani dengan status lahan milik menggunakan input yang lebih besar dibandingkan petani dengan status lahan sewa.

2.4. Kajian Penelitian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas