97 pada tingkat signifikansi satu persen, yaitu dL = 1,072 dan dU = 1,817. Oleh
karenanya, nilai tersebut terletak di antara dU 1,817 dan 4-dU 2,183 yang mengindikasikan bahwa model tersebut tidak terdapat otokorelasi positif maupun
negatif. Berikutnya adalah pengujian heteroskedastisitas yang menggunakan
pengujian grafis residu. Berdasarkan hasil grafis pada Lampiran 4, tidak memperlihatkan adanya pola sistematis antara residual dan fitted value. Oleh
karenanya, asumsi homoskedastisitas juga telah terpenuhi. Berdasarkan pengujian dari asumsi-asumsi yang telah dijelaskan di atas,
maka model penduga fungsi produktivitas kentang tersebut secara statistik telah memenuhi syarat asumsi OLS, seperti tidak memiliki kolinearitas antar variabel
bebas, tidak terdapat otokorelasi, dan bersifat homoskedastisitas. Dengan demikian, model fungsi produktivitas tersebut dapat digunakan untuk menjelaskan
hubungan antara variabel bebas faktor produksi yang digunakan terhadap produktivitas dalam kegiatan usahatani kentang.
5.5.2. Analisis Fungsi Produksi
Faktor produksi yang diduga berpengaruh dalam usahatani kentang adalah jumlah penggunaan benih, varietas yang digunakan sebagai dummy, jumlah
penggunaan pupuk kandang, jumlah penggunaan unsur Nitrogen, jumlah penggunaan unsur Fosfat, jumlah penggunaan unsur Kalium, jumlah penggunaan
fungisida, jumlah penggunaan insektisida, jumlah penggunaan perekat, dan jumah penggunaan tenaga kerja. Hasil pendugaan fungsi produksi pada usahatani
kentang per hektar di Desa Cigedug pada musim hujan 2011 - 2012 dapat dilihat pada Tabel 31. Pengujian terhadap ketepatan model fungsi produksi dapat dilihat
dari Goodness of Fit R-sq yang dapat dilihat dari kesalahan standard error se dari koefisien regresi yang ditaksir, uji t pada setiap variabel, dan besarnya P-
value. Berdasarkan data pada Lampiran 5 dan 6, maka model fungsi produksi
kentang dapat diduga dengan persamaan sebagai berikut: ln produktivitas = - 6,309 + 0,196 ln benih + 0,222 varietas + 0,417 ln pupuk
kandang + 0,047 ln N + 0,294 ln P + 0,017 ln K + 0,053 ln fungisida + 0,028 ln insektisida + 0,073 ln perekat + 0,161
ln tenaga kerja + u
98 Berdasarkan hasil olahan MINITAB dengan menggunakan data yang
diperoleh, maka dapat diketahui hubungan antara faktor produksi dan produktivitas petani kentang di Desa Cigedug secara bersama-sama Tabel 32.
Hubungan tersebut dapat dilakukan melalui uji F, dimana nilai F-hitung pada model penduga fungsi produksi mencapai 5,68 maka nilai tersebut lebih besar
daripada nilai F-tabel yaitu 2,905. Kondisi tersebut menjelaskan semua faktor produksi yang digunakan dalam usahatani kentang secara bersama-sama memiliki
pengaruh yang nyata terhadap produktivitas kentang petani responden dengan taraf nyata satu persen.
Akurasi model dapat dilihat dari nilai koefisien determinasinya R-sq. Koefisien determinasi R-sq ini dapat menggambarkan baik atau tidaknya suatu
model dalam meramalkan kondisi ke depan. Berdasarkan hasil pendugaan model fungsi produksi menunjukan bahwa nilai koefisien determinasi R-sq sebesar
53,7 persen dengan nilai koefisien determinasi terkoreksi R-sq adj sebesar 44,3 persen. Nilai determinasi R-sq tersebut menunjukkan bahwa sebesar 53,7 persen
variabel produktivitas kentang dapat dijelaskan oleh model, sedangkan sisanya sebesar 46,3 persen lagi dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar model. Faktor-
faktor lain di luar model yang diduga berpengaruh terhadap produktivitas kentang, antara lain generasi turunan benih yang digunakan, intensitas serangan hama dan
penyakit, pengaruh cuaca dan iklim, dan keterampilan tenaga kerja. Nilai koefisien determinasi R-sq model yang digunakan relatif kecil. Hal
ini disebabkan faktor produksi yang berkorelasi secara linear dengan faktor produksi yang lain dihilangkan dari model, yaitu luas lahan. Apabila faktor
produksi luas lahan dimasukan ke dalam model secara tersendiri, maka nilai R-sq dapat mencapai di atas 90 persen, tetapi model tersebut tidak dapat memenuhi
asumsi OLS Ordinary Least Square, karena di dalam model tersebut terdapat multikolinearitas sehingga tidak dapat menaksir koefisien regresi Lampiran 2.
Oleh karenanya, penggunaan setiap faktor produksi dalam model yang digunakan dihitung per satuan luas. Dengan demikian, walaupun memiliki R-sq yang relatif
kecil, model ini cukup baik dalam menjelaskan pengaruh input terhadap produktivitas kentang.
99 Analisis model fungsi produksi selain menggunakan uji F, dapat pula
dilakukan dengan menggunakan uji t. Uji t berguna untuk menguji pengaruh nyata dari masing-masing faktor-faktor produksi variabel bebas yang digunakan secara
terpisah terhadap variabel produksi variabel tidak bebas. Berdasarkan hasil uji t pada Tabel 31 menunjukkan variabel bebas yang secara parsial berpengaruh
secara signifikan terhadap produktivitas kentang pada taraf nyata satu persen adalah varietas yang digunakan. Pupuk kandang, unsur Fosfat, dan unsur Kalium
berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas kentang pada taraf nyata lima persen. Sementara itu, jumlah penggunaan perekat dan tenaga kerja
berpengaruh nyata terhadap produktivitas kentang pada taraf nyata sepuluh persen. Hasil uji terhadap jumlah penggunaan benih, unsur Nitrogen, Fungisida,
dan Insektisida memiliki nilai t hitung lebih rendah dari t tabel sehingga kondisi ini menunjukkan variabel bebas tersebut tidak berpengaruh nyata dalam
produktivitas kentang.
Tabel 31. Pendugaan dan Pengujian Parameter Model Fungsi Produksi Cobb-
Douglas pada Usahatani Kentang per Hektar pada Musim Hujan 2011 –
2012 di Desa Cigedug Variabel
Koefisien Regresi
Simpangan Baku
Koefisien T hitung P-Value VIF
Konstanta -6,309
1,894 -3,33
0,002 Ln Benih
0,196 0,142
1,38 0,173
1,4 Varietas D
0,222 0,080
2,76
a
0,008 2,2
Ln Pupuk Kandang 0,417
0,160 2,60
b
0,012 1,3
Ln N 0,047
0,091 0,52
0,608 1,6
Ln P 0,294
0,120 2,46
b
0,018 1,4
Ln K 0,017
0,007 2,45
b
0,018 1,4
Ln Fungisida 0,053
0,071 0,74
0,460 2,5
Ln Insektisida 0,028
0,032 0,88
0,381 1,6
Ln Perekat 0,073
0,043 1,69
c
0,098 1,4
Ln Tenaga Kerja 0,161
0,091 1,77
c
0,083 1,4
R-Sq = 53,7 R-Sq adj = 44,3 F hitung = 5,68 P = 0,000
Keterangan:
a
nyata pada α = 1, t
tabel
= 2,660 F
tabel
= 2,905 dengan α = 1
b
nyata pada α = 5, t
tabel
= 2,000
c
nyata pada α = 10, t
tabel
= 1,671
Nilai koefisien regresi dalam model fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan nilai elastisitas produksi dari masing-masing variabel produksi
tersebut. Berdasarkan penjumlahan dari koefisien regresi faktor-faktor produksi
100 pada Tabel 32, didapat nilai elastisitas produksi sebesar 1,508. Nilai tersebut
menunjukkan fungsi produksi kentang berada pada daerah I increasing return to scale, yang berarti setiap penambahan faktor produksi secara bersama-sama
sebesar satu persen akan meningkatkan produktivitas kentang sebesar 1,508 persen.
1 Benih X
1
Berdasarkan tanda parameter pada benih menunjukkan bahwa parameter benih memiliki tanda positif sebesar 0,196 yang berarti penambahan satu persen
jumlah penggunaan benih dalam suatu proses produksi maka rata-rata produktivitas kentang akan meningkat sebesar 0,196, dengan asumsi variabel lain
tetap ceteris paribus. Namun nilai t hitung lebih kecil dari t tabel pada taraf nyata sepuluh persen, sehingga penggunaan benih tidak berpengaruh signifikan
terhadap produktivitas kentang. Menurut Prahardini 2006, semakin sering benih hasil panen sebelumnya
digunakan, maka akan semakin banyak hama-penyakit yang terkontaminasi dalam benih tersebut yang mengakibatkan produktivitas semakin menurun. Berdasarkan
data BP3K Kecamatan Cigedug, pengetahuan dan keterampilan petani tentang penggunaan varietas unggul bermutu mencapai 52 persen. Hal tersebut terlihat
pada Tabel 32 yang memaparkan penurunan produktivitas akibat semakin sering digunakannya benih kentang hasil panen sebelumnya. Sehingga, meskipun
penggunaan benih per satuan lahan ditambah, tidak dapat menambah produktivitas kentang apabila benih kentang yang digunakan merupakan generasi
rendah. Namun, keterbatasan modal yang dimiliki petani menjadi permasalahan untuk menggunakan benih unggul bermutu.
Tabel 32.
Rata-rata Produktivitas Berdasarkan Generasi yang Digunakan Petani Responden pada Musim Hujan 2011
– 2012 di Desa Cigedug
Generasi Produktivitas tonha
G3 27,25
G4 22,31
G5 20,86
G6 11,38
Rata-rata penggunaan benih kentang di lokasi penelitian yaitu sebesar 1.872,63 kgha dengan rata-rata jarak tanam 77,67 cm x 38,42 cm. Jumlah
101 tersebut telah melebih batas yang dianjurkan Samadi 2007 yakni pada kisaran
1.300 – 1.700 kgha dengan jarak tanam 70 cm x 30 cm.
2 Varietas X
2
Berdasarkan hasil regresi dapat diketahui bahwa faktor penggunaan varietas benih secara signifikan mempengaruhi produktivitas kentang pada taraf
nyata satu persen. Dalam penelitian ini variabel varietas menggunakan model dummy yang memiliki koefisien regresi sebesar 0,222, sehingga dapat diartikan
bahwa varietas Granola hasil produksinya lebih unggul 22,2 persen daripada varietas Atlantic. Rata-rata hasil capaian produktivitas kentang varietas Granola
di Desa Cigedug pada saat penelitian sebesar 22,99 tonha, sedangkan kentang varietas Atlantic produktivitas rata-rata 21,27 tonha.
Berdasarkan Tabel 33 dapat terlihat perbandingan produktivitas rata-rata yang dihasilkan petani berdasarkan generasi varietas kentang yang ditanam.
Secara rata-rata varietas Granola lebih unggul dibandingkan dengan varietas Atlantic. Hal ini dapat disebabkan karena karakteristik tanaman kentang varietas
Granola lebih tahan terhadap hama dan penyakit yang menyerang dibandingkan dengan varietas Atlantic Samadi 2007. Selain itu menurut Effendie 2002,
produktivitas yang belum mencapai optimal pada varietas Atlantic disebabkan tidak tepatnya penerapan teknologi oleh petani. Walaupun memproduksi kentang
industri, petani tetap menggunakan teknologi produksi kentang varietas Granola yang mana teknologi tersebut tidak cocok dengan karakteristik tanaman dan mutu
umbi kentang industri. Karakteristik tanaman varietas Atlantic yang lebih tinggi dan ukuran umbi yang lebih besar daripada varietas Granola tentunya
memerlukan jarak tanam yang lebih lebar. Selain itu, penggunaan pupuk kimia juga seharusnya lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Granola.
Tabel 33. Perbandingan Produktivitas Rata-rata Berdasarkan Varietas yang
Digunakan pada Musim Hujan 2011 – 2012 di Desa Cigedug
Generasi Jumlah
Benih kg Varietas Granola
Varietas Atlantic Produktivitas
tonha Produktivitas
tonha
G3 1.770,34
27,25 -
G4 1.919,52
25,10 21,22
G5 1.804,42
20,67 21,93
G6 1.708,33
11,38 -
102
3 Pupuk Kandang X
3
Penggunaan jumlah pupuk kandang berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas kentang pada taraf nyata lima persen dengan nilai koefisien
regresi sebesar 0,417. Dengan demikian, penambahan jumlah pupuk kandang sebesar satu persen akan meningkatkan produktivitas kentang sebesar 0,417
persen, dengan asumsi variabel lain tetap ceteris paribus. Pupuk kandang digunakan pada saat sebelum tanam yang bertujuan untuk
memperbaiki struktur tanah, menambah bahan organik tanah, dan mengikat tanah. Rata-rata penggunaan pupuk kandang petani responden kentang sebesar 24.907,65
kgha yang mana jumlah tersebut masih berada di antara dosis dianjurkan, yaitu 20.000
– 30.000 kgha Samadi 2011. Oleh karena itu, peningkatan penggunaan pupuk kandang sampai dibawah dosis maksimum tersebut dapat meningkatkan
potensi hasil umbi kentang sehingga produktivitas dapat meningkat.
4 Unsur Nitrogen X
4
Berdasarkan tanda parameter pada unsur Nitrogen menunjukkan bahwa parameter benih memiliki tanda positif sebesar 0,047 yang berarti penambahan
unsur Nitrogen dalam suatu proses produksi sebesar satu persen maka rata-rata produktivitas kentang akan meningkat sebesar 0,047, dengan asumsi variabel lain
tetap ceteris paribus. Namun nilai t hitung lebih kecil dari t tabel pada taraf nyata sepuluh persen, sehingga penggunaan unsur Nitrogen tidak berpengaruh
signifikan terhadap produktivitas kentang. Penggunaan unsur Nitrogen bertujuan untuk merangsang pertunasan bibit,
meningkatkan pertumbuhan daun, batang, dan ranting, meningkatkan pembentukan protein, dan meningkatkan kemampuan tanaman dalam menyerap
unsur hara lainnya Fosfat, Kalium, dan lainnya Samadi 2007. Rata-rata penggunaan unsur Nitrogen petani responden sebesar 242,21 kgha. Jumlah unsur
Nitrogen yang digunakan petani telah melebihi dosis anjuran menurut Samadi
2007 yakni 200 kgha. Kelebihan Nitrogen tersebut dapat menyebabkan
pertumbuhan berlebihan pada daun, batang dan cabang, terhambatnya pertumbuhan generatif umbi, dan tanaman menjadi mudah terserang hama dan
penyakit, seperti lalat penggorok daun Ashandi et al. 2001. Oleh karena itu,
103 penambahan unsur Nitrogen tidak nyata dalam meningkatkan produktivitas
kentang.
5 Unsur Fosfat X
5
Penggunaan unsur Fosfat berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas kentang pada taraf nyata lima persen dengan nilai koefisien regresi
sebesar 0,294. Dengan demikian, penambahan jumlah unsur Fosfat sebesar satu persen akan meningkatkan produktivitas kentang sebesar 0,294 persen, dengan
asumsi variabel lain tetap ceteris paribus. Rata-rata penggunaan unsur Fosfat petani responden sebesar 420,92 kgha.
Jumlah unsur Fosfat ini melebihi kisaran yang dianjurkan menurut Samadi 2007 yaitu 150
– 200 kgha. Unsur Fosfat sangat berpengaruh terhadap pembentukan dan pertumbuhan perakaran sehingga dapat memperkuat tanaman, serta
meningkatkan penyerapan unsur hara dan air. Selain itu, unsur hara ini juga berpengaruh terhadap pembentukan umbi dan kandungan zat pati Samadi 2007.
Dampak negatif dari penggunaan unsur Fosfat yang berlebih belum ditemukan menurut Samadi 2007 dan Ashandi et al. 2001, sehingga penambahan unsur
Fosfat walaupun melebihi dosis anjuran tetap mempengaruhi produktivitas kentang karena unsur Fosfat dapat mempengaruhi pembentukan umbi.
6 Unsur Kalium X
6
Unsur Kalium diperlukan tanaman dalam pembentukan karbohidrat di dalam umbi, meningkatkan ketahanan terhadap penyakit, memperbesar umbi, dan
meningkatkan daya simpang umbi. Penggunaan unsur Kalium berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi kentang pada taraf nyata lima persen dengan
nilai koefisien regresi sebesar 0,017. Dengan demikian, penambahan jumlah Kalium sebesar satu persen akan meningkatkan produktivitas kentang sebesar
0,017 persen, dengan asumsi variabel lain tetap ceteris paribus. Peningkatan produktivitas yang relatif kecil ini dikarenakan rata-rata penggunaan unsur
Kalium petani responden sebesar 276,76 kgha yang mana jumlah unsur Kalium ini melebihi kisaran yang dianjurkan menurut Samadi 2007 yaitu 150
– 200 kgha. Dampak negatif dari penggunaan unsur Kalium yang berlebih belum
ditemukan menurut Ashandi et al. 2001. Oleh karena itu, berdasarkan manfaat
104 penggunaan unsur Kalium, penggunaan unsur ini dapat memberi pengaruh nyata
walaupun relatif kecil terhadap peningkatan produktivitas kentang.
7 Fungisida X
7
Fungisida yang digunakan mengandung zat aktif yang berguna untuk membasmi atau mengurangi penyakit yang disebabkan oleh cendawan. Fungisida
yang digunakan petani responden dapat dilihat pada Tabel 21. Hasil pendugaan persamaan fungsi produksi menunjukkan bahwa penggunaan fungisida memiliki
tanda parameter positif dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,053 yang berarti penambahan jumlah fungisida sebesar satu persen dalam suatu proses produksi
maka produktivitas kentang akan meningkat sebesar 0,053 persen ceteris paribus. Namun, berdasarkan hasil pendugaan parameter variabel fungisida
memiliki nilai t hitung lebih kecil dari pada t tabel dengan taraf nyata sepuluh persen, sehingga fungisida tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas
kentang. Menurut data BP3K Kecamatan Cigedug, penggunaan pestisida pada
petani kentang baru mencapai 28 persen yang disebabkan karena penggunaan pestisida yang belum mematuhi anjuran pemakaian. Rata-rata penggunaan
fungisida per hektar dalam musim hujan adalah 91,72 kg. Besar dosis anjuran yang digunakan tergantung dari kandungan zat aktif yang digunakan. Rata-rata
petani responden menggunakan zat aktif fungisida melebihi aturan dosis yang digunakan Tabel 22. Hal tersebut dikarenakan intensitas serangan penyakit yang
tinggi, menyebabkan petani menggunakan fungisida melebihi anjuran pemakaian karena mereka beranggapan bahwa semakin banyak fungisida yang digunakan
maka tanaman akan semakin tahan terhadap penyakit, sehingga penyemprotan fungisida dimulai sejak tanaman kentang berumur 10
– 14 HST. Namun, penambahan fungisida ternyata tidak signifikan terhadap peningkatan
produktivitas kentang.
8 Insektisida X
8
Insektisida yang digunakan mengandung zat aktif yang berguna untuk membasmi atau mengurangi hama dan penyakit. Insektisida yang digunakan
petani responden dapat dilihat pada Tabel 22. Hasil pendugaan persamaan fungsi produksi menunjukkan bahwa penggunaan insektisida memiliki tanda parameter
105 positif dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,028 yang berarti penambahan
jumlah insektisida sebesar satu persen dalam suatu proses produksi maka produktivitas kentang akan meningkat sebesar 0,028 persen ceteris paribus.
Berdasarkan hasil pendugaan parameter variabel fungisida memiliki nilai t hitung lebih kecil dari pada t tabel pada taraf nyata sepuluh persen, sehingga insektisida
tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas kentang. Rata-rata penggunaan insektisida petani responden kentang sebesar 8,41
liter per hektar. Berdasarkan kondisi lapang, dosis penggunaan insektisida yang digunakan petani sama halnya dengan penggunaan fungisida yang melebihi dosis
anjuran pemakaian Tabel 22. Penggunaan insektisida ini lebih dibutuhkan ketika terdapat hama dan penyakit, karena insektisida berfungsi sebagai pembasmi hama
dan bukan pencegah hama. Kondisi yang terjadi di lapang, petani tetap menggunakan insektisida disaat kondisi apapun, baik ketika tanaman dalam
kondisi tidak terserang hama ataupun terserang hama sehingga pemberian insektisida menjadi berlebihan. Namun, penambahan insektisida ternyata tidak
signifikan terhadap peningkatan produktivitas kentang.
9 Perekat X
9
Penggunaan perekat berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas kentang pada taraf nyata sepuluh persen dengan nilai koefisien
regresi sebesar 0,073. Dengan demikian, penambahan jumlah perekat sebesar satu persen akan meningkatkan produktivitas kentang sebesar 0,073 persen, dengan
asumsi variabel lain tetap ceteris paribus. Rata-rata penggunaan perekat petani responden sebesar 13,44 ltha.
Jumlah perekat yang digunakan petani di bawah dosis anjuran menurut Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 442KptsSR.14092003 yaitu sebesar 8,33
– 16,66 ltha. Curah hujan yang relatif tinggi pada musim hujan menyebabkan penggunaan
perekat tidak dapat diabaikan. Hal tersebut disebabkan pestisida yang diaplikasikan kemudian selang satu hingga dua jam hujan turun maka
pengaplikasian pestisida tersebut akan sia-sia karena pestisida tersebut akan tercuci oleh air hujan. Sehingga dengan penggunaan perekat, pestisida yang
diaplikasikan akan cepat terserap oleh daun sehingga apabila hujan turun pestisida
106 yang telah diaplikasikan akan tetap berfungsi. Hal tersebut akan memberikan
pengaruh kepada produktivitas kentang yang dihasilkan.
10 Tenaga Kerja X
10
Penggunaan tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas kentang pada taraf nyata sepuluh persen dengan nilai koefisien
regresi sebesar 0,161. Nilai tersebut menggambarkan, penambahan tenaga kerja sebesar satu persen akan meningkatkan produktivitas kentang sebesar 0,161
persen, dengan asumsi variabel lain tetap ceteris paribus. Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa tenaga kerja memang
sangat dibutuhkan dalam usahatani kentang. Tenaga kerja dibutuhkan pada setiap kegiatan mulai dari persiapan lahan hingga panen. Penyerapan tenaga kerja paling
banyak adalah pada kegiatan persiapan lahan, pemeliharaan, dan pemanenan. Contohnya, pada saat kegiatan pemanenan, jika tenaga kerja yang digunakan
sedikit tetapi lahan yang dipanen luas, maka hasil panen yang akan diperoleh tidak maksimal karena panen tidak dapat dilakukan dalam sehari, sehingga panen harus
dilakukan beberapa hari. Hal tersebut berakibat pada kualitas kentang yang dihasilkan akan menurun dan kuantitas hasil produksi dapat berkurang.
Rata-rata penggunaan tenaga kerja untuk usahatani kentang di lokasi penelitian sebesar 639,48 HOK per hektar, baik tenaga kerja dalam keluarga
maupun tenaga kerja luar keluarga dengan anjuran penggunaan tenaga kerja menurut Samadi 2007 sebesar 619 HOK, tanpa kegiatan pengajiran dan
penalian. Dengan demikian berdasarkan kondisi di lapang, bahwa tenaga kerja sangat dibutuhkan untuk kelancaran dan kemudahan kegiatan produksi kentang,
sehingga penambahan tenaga kerja seperti pada kegiatan pemanenan akan dapat meningkatkan produktivitas kentang.
VIII KESIMPULAN DAN SARAN
8.1. Kesimpulan