melaksanakan kegiatan yang telah disuarakan oleh tim fasilitator PNPM-M Perkotaan.
f. Kemitraan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya terdapat sebanyak 7,8 per sen dari keseluruhan responden yang berada pada tingkat kemitraan atau
dikatakan tingkat kekuasaan ada di masyarakat. Hal ini menyatakan bahwa hanya 7 responden yang berada pada tingkat kemitraan. Disini responden
mewujudkan keputusan bersama. Sebelumnya, seluruh kegiatan yang telah disusun, disepakati oleh warga dengan cara bermusyawarah atau ‘duduk
berdampingan’ dibantu oleh Faskel dan BKM yang mendampingi warga dalam merumuskan serta menentukan prioritas masalah yang ingin dilakukan di Desa
Cadasngampar.
g. Pendelegasian Kekuasaan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya terdapat sebanyak 3,3 per sen dari keseluruhan responden yang berada pada tingkat pendelegasian
kekuasaan atau dikatakan tingkat kekuasaan ada di masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa hanya ada 3 responden pada kegiatan lingkungan dan sosial
yang berada pada tingkat pendelegasian kekuasaan ini. Disini responden melakukan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi serta menikmati hasil dari
kegiatan yang mereka jalani. Serta responden tersebut sangat mengetahui kegiatan PNPM-M Perkotaan juga ada yang menjadi anggota BKM, maka yang
dirasakan adalah mereka lah yang harus mewujudkan program yang telah ditetapkan untuk bersama, karena mereka merasa bertanggungjawab terhadap
amanah yang diemban.
h. Kontrol Masyarakat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya terdapat 1,1 per sen dari keseluruhan responden atau hanya 1 reponden yang berada pada tingkat kontrol
masyarakat atau dikatakan tingkat kekuasaan ada di masyarakat. Pada tingkat ini, masyarakat mengelola semua kegiatan tanpa campur tangan dari Faskel
PNPM-M Perkotaan. Tapi, kenyataannya hal ini sulit untuk terwujud tanpa adanya campur tangan tim Faskel PNPM-M Perkotaan. Berikut disajikan Tabel
15 yang memperlihatkan tingkat partisipasi masyarakat Desa Cadasngampar terhadap PNPM-M Perkotaan berdasarkan persentase terbesar.
Penyajian pada Tabel 15 menunjukkan bahwa tingkatan partisipasi tertinggi masyarakat Desa Cadasngampar mencapai 42,2 per sen dari keseluruhan responden,
yaitu pada tingkat konsultasi. Sedangkan yang terendah berada pada tingkat manipulasi dan kontrol masyarakat yaitu sebesar 1,1 per sen, dan tidak satu pun responden pada
tignkat terapi. Secara keseluruhan tingkat partisipasi penerima kegiatan PNPM-M Perkotaan di Desa Cadasngampar berada pada tahap tokenism dimana fasilitator
PNPM-M Perkotaan dan penerima program saling bertukar pendapat, namun pendapat penerima program belum dijamin dapat direalisasikan, karena terdapat beberapa
pertimbangan yang dilakukan oleh fasilitator. Tersaji tangga partisipasi masyarakat yang dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Tangga Partisipasi Masyarakat
1,1 10
42,2 34,4
7,8 3,3
1,1
1. Manipulatif ………….
2. Terapi ……. 3. Pemberitahuan ……………………....
4. Konsultatif ………………... 5. Penenangan ........
6. Kemitraan ……………………………….. 7. Pendelegasian …………………
8. Kontrol Masyarakat ...
Degree of nonparticipation = 1,1
Degree of tokenism = 86,6
Degree of citizen power
= 12,2
Sumber: Arsntein dalam Hasim dan Remiswal 2009
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan di Desa Cadasngampar terbagi kedalam tiga aspek kegiatan, yaitu aspek lingkungan, sosial dan
ekonomi khusus untuk warga miskin. Telah dijelaskan sebelumnya, kemiskinan yang diteliti adalah kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut
dibedakan menjadi kemiskinan absolut menurut indikator nasional dan indikator lokal. Kemiskinan absolute menurut indicator nasional memakai 14 kriteria rumah tangga
miskin BPS yang dihubungkan dengan partisipasi mereka dalam kegiatan PNPM-M Perkotaan menurut delapan tingkat partisipasi Arstein. Berikut hipotesis dalam
kemiskinan absolut menurut indikator nasional terhadap partisipasi masyarakat:
H = Tidak ada hubungan antara tingkat kemiskinan masyarakat menurut indikator
nasional dan tingkat partisipasi dalam PNPM-M Perkotaan. H
1
= Terdapatnya hubungan antara tingkat kemiskinan masyarakat menurut indikator nasional dan tingkat partispasi dalam PNPM-M Perkotaan.
Tingkat kemiskinan yang dimaksud adalah jika responden yang semakin miskin akan berusaha untuk berpartisipasi dalam kegiatan program pemberdayaan pemerintah
seperti PNPM-M Perkotaan, karena masyarakat miskin yang membutuhkan pertolongan untuk membenahi kehidupan mereka.
Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai Sig. 2-tailed hitung sebesar 0.084 alpha 0.05 sehingga H
diterima dan H
1
ditolak. Jadi, tingkat kemiskinan responden menurut indikator nasional tidak memiliki hubungan terhadap tingkat
partisipasi dalam kegiatan PNPM-M Perkotaan. Nilai koefisien korelasi Correlation Coefficient
hitung bernilai negatif. Artinya, hubungan antara kedua variabel berkebalikan. Tingkat kemiskinan masyarakat tidak ada hubungannya dengan tingkat
partisipasi masyarakat. Nilai koefisien korelasi hitung sebesar -0,183 0,5. Hal ini menujukkan lemahnya hubungan antara tingkat kemiskinan dengan tingkat partisipasi.
Kemudian tingkat kemiskinan absolut menurut indikator lokal juga akan dihubungkan dengan tingkat partisipasi masyarakat terhadap PNPM-M Perkotaan.
Berikut hipotesis dalam kemiskinan absolut menurut indikator lokal terhadap partisipasi masyarakat:
H = Tidak ada hubungan antara tingkat kemiskinan masyarakat menurut indikator
lokal dan tingkat partisipasi dalam PNPM-M Perkotaan. H
1
= Terdapatnya hubungan antara tingkat kemiskinan masyarakat menurut indikator lokal dan tingkat partispasi dalam PNPM-M Perkotaan.
Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai Sig. 2-tailed hitung sebesar 0.416 alpha 0,05 sehingga H
diterima dan H
1
ditolak. Jadi , tingkat kemiskinan responden menurut indikator lokal tidak memiliki hubungan terhadap tingkat partisipasi
dalam kegiatan PNPM-M Perkotaan. Nilai koefisien korelasi Correlation Coefficient hitung bernilai negatif. Artinya, hubungan antara kedua variabel berkebalikan. Tingkat
kemiskinan masyarakat tidak ada hubungannya dengan tingkat partisipasi masyarakat. Nilai koefisien korelasi hitung sebesar -0,087 0,5. Hal ini menujukkan lemahnya
hubungan antara tingkat kemiskinan dengan tingkat partisipasi. Tingkat kemiskinan relatif juga akan dihubungkan dengan tingkat partisipasi
masyarakat terhadap PNPM-M Perkotaan. Berikut hipotesis dalam kemiskinan relatif terhadap partisipasi masyarakat:
H = Tidak ada hubungan antara tingkat kemiskinan masyarakat secara relatif dan
tingkat partisipasi dalam PNPM-M Perkotaan. H
1
= Terdapatnya hubungan antara tingkat kemiskinan masyarakat secara relatif dan tingkat partispasi dalam PNPM-M Perkotaan.
Hasil uji korelasi Rank Spearman, diperoleh nilai Sig. 2-tailed hitung sebesar 0.07 alpha 0,05 sehingga H
diterima dan H
1
ditolak. Jadi , tingkat kemiskinan responden secara relatif tidak memiliki hubungan terhadap tingkat partisipasi dalam
kegiatan PNPM-M Perkotaan. Nilai koefisien korelasi Correlation Coefficient hitung diperoleh sebesar 0.284 0,5. Hal ini menunjukkan lemahnya hubungan antara tingkat
kemiskinan dengan tingkat partisipasi. Lamanya keterlibatan dalam program diartikan jangka waktu responden
berperan serta dalam PNPM-M Perkotaan. Menurut hasil perhitungan rata-rata pada masing-masing aspek yaitu lingkungan, ekonomi, dan sosial, didapatkan rendah
tingginya keikutsertaan responden dalam kegiatan seperti yang tersaji pada Tabel 16, Tabel 17, dan Tabel 18.
Tabel 16. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Lama Keterlibatan Pada
Aspek Kegiatan Lingkungan PNPM-M Perkotaan Desa Cadasngampar,
Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, Tahun 2011
Lingkungan Total Persentase
≤ 8 hari 17
56.7 8 hari
13 43.3
Total 30 100.0
Menurut hasil perhitungan rata-rata, sebanyak 56,7 per sen dari 30 responden aspek lingkungan memiliki keterlibatan yang rendah atau hanya berpartisipasi dalam
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi program, maupun pengerjaan kegiatan betonisasi jalan kurang dari 8 hari. Batas pengerjaan betonisasi jalan pada setiap KSMRT
berbeda-beda, namun pengerjaan tertinggi sebanyak 20 hari.
Tabel 17. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Lama Keterlibatan Pada
Aspek Kegiatan Ekonomi PNPM-M Perkotaan Desa Cadasngampar,
Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, Tahun 2011
Ekonomi Total Persentase
≤ 211 hari 19
63.3 211 hari
11 36.7
Total 30 100.0
Menurut hasil perhitungan rata-rata, sebanyak 63,3 per sen dari 30 responden aspek ekonomi memiliki keterlibatan yang rendah atau hanya berpartisipasi dalam
pelaksanaan kegiatan usaha produktif kurang dari 211 hari. Batas peminjaman bergulir pada setiap KSM berbeda-beda, namun peminjaman dengan kterlibatan yang lama
adalah selama 2 tahun. Besarnya pesentase terhadap rendahnya keterlibatan responden terhadap kegiatan simpan pinjam, disebabkan oleh sulitnya responden dalam proses
pengembalian uang yang hanya mempunyai waktu dalam 4 sampai 8 bulan. Namun, PUK akan memberlakukan peminjaman dalam kurun waktu 10 bulan, yang dianggap
dapat membantu peminjam mengembalikan uang tepat pada waktunya.
Tabel 18. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Lama Keterlibatan Pada
Aspek Kegiatan Sosial PNPM-M Perkotaan Desa Cadasngampar, Kabupaten
Bogor, Provinsi Jawa Barat, Tahun 2011
Sosial Total Persentase
19 hari 17
56.7 ≤ 19 hari
13 43.3
Total
30 100.0
Menurut hasil perhitungan rata-rata, sebanyak 56,7 per sen dari 30 responden aspek sosial memiliki keterlibatan yang tinggi dalam kegiatan menjahit. Kegiatan
menjahit dilakukan selama 26 hari, dan hanya berjalan dalam 1 bulan. Karena pelatihan ini membutuhkan peralatan mesin jahit, sehingga hanya dapat disewakan dalam satu
bulan dan setelah pelatihan selesai, diharapkan masyarakat dapat belajar mandiri untuk melatih kembali keterampilan dirinya dalam menjahit.
BAB VII HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI TERHADAP TINGKAT
KEBERDAYAAN MASYARAKAT
Partisipasi masyarakat miskin yang difokuskan dalam penelitian ini adalah partisipasi terhadap keterlibatan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi,
serta dalam menikmati hasil yang diuraikan satu per satu dalam delapan tingkat partisipasi Arsntein yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya.
Tingkat keberdayaan masyarakat Desa Cadasngampar diukur dari perubahan sebelum dan sesudah kegiatan PNPM-M Perkotaan dilaksanakan, yang dilihat dari
perbedaan pada tingkat pendapatan, perubahan pada tingkat kepemilikan aset, perubahan pada pola konsumsi, dan perubahan pada mata pencaharian dan modal usaha.
Dari hasil penelitian dilapangan terhadap tingkat pendapatan, peneliti melihat pendapatan dari hasil pengeluaran per bulan responden yang dilihat sebelum dan
sesudah pelaksanaan PNPM-M Perkotaan. Tidak terdapat perubahan yang signifikan dalam pendapatan masyarakat Desa Cadasngampar sebelum maupun sesudah PNPM-M
Perkotaan. Rata-rata pendapatan reponden mencapai Rp651.200,- per bulannya.
Gambar 11. Perubahan Pendapatan Sebelum dan Sesudah PNPM-M Perkotaan
Berdasarkan Gambar 11 sebanyak 90 per sen responden tidak mengalami perubahan pada tingkat pendapatannya, hanya sebanyak 10 per sen yang mengalami
90 5
5 Tetap
Berubah menurun
Berubah meningkat