Pronangkis yang kemudian usulan dengan kegiatan upaya penanggulangan kemiskinan tersebut ditujukan ke Penanggung Jawab Operasional Kegiatan PJOK untuk
mencairkan dana Bantuan Langsung Masyarakat BLM. Adapun sumber dana yang akan membiayai usulan kegiatan masyarakat dalam rencana PJM Pronangkis berasal
dari APBN, APBD, dan dana swadaya masyarakat. BKM ini bertangggungjawab menjamin keterlibatan semua lapisan masyarakat
dalam proses pengambilan keputusan yang kondusif untuk pengembangan keswadayaan masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan. Berdasarkan hasil rembug masyarakat,
mereka menetapkan masalah berdasarkan dari aspek lingkungan, ekonomi, kesehatan, pendidikan, sosial
1
. Tetapi akhirnya yang terlaksana hanya pada aspek lingkungan, ekonomi, dan sosial, karena memang PNPM-M Perkotaan melakukan pembelajaran
Tridaya yang didalamnya dapat mencakup semua permasalahan dan kebutuhan masyarakat. BKM ‘Karya Mandiri’ mempunyai tiga unit pelaksana lapangan yang
berasal dari masyarakatnya sendiri. Adapun tiga unit tersebut adalah Unit Pelaksana Lingkungan UPL, Unit Pelaksana Keuangan UPK, dan Unit Pelaksana Sosial UPS,
yang masing-masing bertanggung jawab pada pelaksanaan kegiatan yang disepakati bersama, yaitu kegiatan betonisasi jalan lingkungan, program pinjaman bergulir
ekonomi dan kegiatan menjahit sosial.
5.2. Investasi Sesuai Kebutuhan
Investasi yang dimaksud adalah investasi yang sesuai dengan permintaan masyarakat, bila perlu dimana masyarakat dapat turut berinvestasi dalam PNPM-M
Perkotaan. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa masyarakat miskin dan non miskin telah melakukan rembug dan menuangkan seluruh usulan kegiatan kedalam PJM Pronangkis
secara bersama-sama, yang juga mempertimbangkan skala prioritas masalahnya juga potensi dan kebutuhan masyarakat. Masyarakat Desa Cadasngampar telah merincikan
perubahan-perubahan yang ingin dilakukan, karena juga didukung oleh sikap PNPM Mandiri yang open menu, artinya dimana masyarakat dapat bebas mengajukan usulan
kegiatan apapun selama terkait langsung dengan upaya penanggulangan kemiskinan, dan disepakati semua pihak. Kelompok sasaran utama dari PNPM-M Perkotaan adalah
masyarakat miskin berdasarkan kriteria yang telah mereka tetapkan bersama-sama
1
Dokumen Perencanaan Jangka Menengah Program Penanggulangan Kemiskinan PJM Pronangkis Desa Cadasngampar Tahun 2009-2011
dalam Focus group discussion FGD. Diantara beberapa kriteria tersebut adalah masyarakat yang tidak mempunyai keterampilan dan berpenghasilan maksimal
Rp500.000,- per bulan. Proses pemilihan lokasi kegiatan PNPM-M Perkotaan berdasarkan hasil Pemetaan Swadaya PS, sehingga dapat dilihat wilayah mana yang
diprioritaskan serta yang paling membutuhkan untuk pelaksanaannya. Berdasarkan hasil di lapangan, dari 8 kriteria menurut kesepakatan bersama
masyarakat Desa Cadasngampar tidak terdapat responden yang terkategorikan sebagai golongan miskin, serta hasil dari usulan masyarakat yang dituangkan ke dalam PJM
Pronangkis tidak mutlak terlaksanakan semua, namun akan dijaring kembali oleh PNPM Mandiri Perkotaan kegiatan mana yang benar-benar layak untuk dilaksanakan.
5.3. Mekanisme Partisipasi
Mekanisme partisipasi tertuju pada peningkatan partisipasi warga dan keikutsertaan seluruh stakeholder. Mekanisme partisipasi dalam desain PNPM-M
Perkotaan dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pemanfaatan dan pemeliharaan. Mekanisme partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan didesain
sebagai berikut: 1.
Fasilitator kelurahan Faskel bersama masyarakat mengadakan Rembug Kesiapan Masyarakat RKM untuk membangun komitmen masyarakat untuk menerima atau
menolak PNPM-M Perkotaan di Desa Cadasngampar. Kemudian mendapatkan relawan yang mampu memfasilitasi dan mengawal PNPM-M Perkotaan di Desa
Cadasngampar. 2.
Rembug antara Fasilitator kelurahan Faskel bersama relawan juga masyarakat untuk melakukan Refleksi Kemiskinan RK.
3. Faskel bersama relawan juga masyarakat melalukan Pemetaan Swadaya PS untuk
menganalisis masalah dan potensi masyarakat, membangun kesadaran akan realita persoalan dan potensi lingkungan, ekonomi, dan sosial, serta membangun motivasi
untuk menyelesaikan persoalannya. 4.
Pembentukan Badan Keswadayaan Masyarakat BKM oleh Fasilitator Kelurahan Faskel dan bersama-sama masyarakat melalui Focus group discussion FGD.
5. Penyusunan PJM Pronangkis oleh BKM dan masyarakat.
Mekanisme partisipasi pada tahap pelaksanaan adalah ketika dana stimulan BLM telah cair yang dilakukan pada tiga tahap. Tahap I sebesar 30 per sen, tahap II
sebesar 50 per sen, dan tahap III sebesar 20 per sen. Sumber dana berasal dari APBN dan APBD, serta swadaya dari masyarakat baik dana, waktu, tenaga, dan lahan. Setiap
pelaksanaa aspek kegiatan akan sedikit berbeda satu sama lain, untuk aspek lingkungan yaitu pembangunan betonisasi jalan maupun pembangunan bendungan air dilakukan
empat tahap pelaksanaan pekerjaan infrastruktur, yaitu tahap persiapan, perencanaan, pelaksanaan konstruksi, dan pasca kontruksi. Pada tahap persiapan, masyarakat di
tempat lokasi yang akan dibangun berserta BKM me-review program infrastruktur dalam PJM Pronangkis dan review data infrastruktur dalam Pemetaan Swadaya PS.
Pada tahap perencanaan, KSM yang beranggotakan seluruh warga dalam satu RT membuat proposal dan dinilai kelayakannya oleh UPL, kemudian membuat buku
tabungan infrstuktur dan membentuk tim Operasi dan Pemeliharaan OP dari masyarakat. Pada saat pelaksanaan kontruksi, papan nama proyek telah dipasang pada
pembangunan betonisasi jalan atau bendungan air. Berdasarkan hasil lapangan, kontribusi partisipasi masyarakat jelas terlihat pada tahap ini serta tidak ada pemaksaan,
baik laki-laki maupun perempuan saling bahu membahu untuk melaksanakan kegiatan ini. Laki-laki, baik tua maupun muda memberikan swadaya tenaga maupun material
untuk pengerjaan betonisasi jalan yang dilakukan. Sedangkan perempuan memperlihatkan partisipasinya dengan menyuguhkan makanan dan minuman kepada
para pekerja. Hal ini diabadikan oleh UPLBKM dengan mengambil gambar foto aktivitas mereka ketika kegiatan sedang berlangsung. Tahap pasca kontruksi adalah
dimana KSM melakukan monitoring yang dipantau oleh UPL dan BKM. Pada aspek ekonomi yaitu program pinjaman bergulir, tidak jauh berbeda dari
tahap yang dilakukan pada pembangunan betonisasi jalan. Pada tahap perencanaan, warga yang masih berada dalam satu RT membentuk KSMnya sendiri dengan jumlah
anggota 4 hingga 6 orang. Kemudian KSM tersebut mengajukan permohonan pinjaman kepada UPK dengan menjabarkan kegiatan produktif yang akan mereka lakukan.
Setelah KSM dinilai layak, UPK merekomendasikan KSM kepada BKM untuk mendapat persetujuan. Pada tahap pelaksanaan, yaitu setelah dana stimulan telah cair
dan KSM telah mendapatkan Surat Perjanjian Kredit SPK, makan usaha kegiatan produktif pun dilaksanakan. Setiap anggota dalam KSM dapat membuat usaha yang
berbeda satu sama lain, seperti menjual sayur-sayuran, buah-buahan, makanan ringan, dan lain-lain. Pada tahap pasca pelaksanaan, setiap bulannya anggota KSM harus
membayar angsuran kepada UPK. Berdasarkan hasil lapangan, terdapat beberapa kecurangan dari warga yang melakukan pinjaman kepada PNPM-M Perkotaan tetapi
tidak melakukan kegiatan usaha produktif seperti yang seharusnya. Anggota dalam satu KSM pun banyak yang masih berhubungan dalam satu keluarga, seperti contoh suami,
istri dan anak. Setiap pengajuan pembentukan KSM oleh masyarakat pasti diterima oleh UPK, namun harus menunggu waktu gilirannya. Karena setiap dana yang turun sudah
dijatahkan kepada KSM-KSM yang terdaftar sebelumnya. Angsuran setiap bulannya pun banyak yang macet, artinya peminjam dana PNPM-M Perkotaan tidak mampu
membayar kepada UPK setiap bulannya. Pada aspek sosial yaitu kegiatan menjahit, tahap perencanaan dilakukan oleh
warga yang didominasi oleh perempuan untuk membentuk KSM dan kemudian membuat proposal untuk diajukan kepada UPS dan dinilai kelayakannya lalu diserahkan
kepada BKM untuk pencairan dana. Tahap pelaksanaan adalah ketika dana stimulan telah cair, dimana warga selama 6 hari dalam satu minggu dan selama satu bulan
berlatih menggunakan mesin jahit, baik mesin obras dan garmen. Berdasarkan hasil lapangan, kontribusi partisipasi dalam kegiatan menjahit tidak hanya diperlihatkan oleh
anggota yang telah terdaftar, terdapat beberapa warga yang belum terdaftar dalam KSM sering mengikuti kegiatan menjahit yang selama hari Jumat dinyatakan libur. Partisipasi
lain terlihat dari asisten pelatih yang berasal dari masyarakat sendiri, yang memberikan sumbangan waktu dan tenaga untuk mengajarkan warga yang ingin mendapatkan
keterampilan dari kegiatan menjahit. Mekanisme partisipasi pada tahap pemeliharaan telah ditulis secara rinci pada
buku “Informasi Dasar Untuk Faskel” yang juga telah diutarakan oleh Faskel kepada BKM untuk disampaikan kepada KSM-KSM. Namun, tidak terlihat aktivitas
masyarakat dalam pemeliharaan infrastuktur walaupun tim pemeliharaan telah dibentuk.
5.4. Keikutsertaan Sesuai Gender dan Status Sosial