Hipotesis Definisi Operasional PENDEKATAN TEORITIS

2.3. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini disajikan sebagai berikut: 1. Jika tingkat kemiskinan meningkat, maka tingkat partisipasi terhadap kegiatan masyarakat meningkat. 2. Jika tingkat partisipasi meningkat, maka tingkat keberdayaan masyarakat pemanfaat Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri PNPM-M Perkotaan juga meningkat.

2.4. Definisi Operasional

1. Kemiskinan rumah tangga miskin menurut BPS 2005 adalah rumah tangga yang tergolong didalam 14 variabel kemiskinan, minimal 9 dari 14 variabel terpenuhi maka dikatakan sebagai rumah tangga miskin. 2. Luas lantai adalah besaran lantai pada rumah masyarakat, diukur dengan meter per segi m². a. Kecil ≤ 8m² per orang = skor 0 b. Besar 8m² per orang = skor 1 3. Jenis lantai adalah tipe lantai yang digunakan untuk rumah, diukur dari yang berbahan keramik, bambu, kayu murahan, dan tanah. a. Rendah semenubin = skor 0 b. Tinggi keramik = skor 1 4. Jenis dinding adalah tipe dinding yang digunakan untuk rumah, diukur dari yang berbahan tembok, bambu, kayu, dan rumbia. a. Rendah bahan kayu = skor 0 b. Tinggi bahan tembok = skor 1 5. Fasilitas MCK adalah ketersediaan MCK di rumahlingkungan sekitar, diukur dari yang memakai secara sendiri, bersama, umum, dan tidak ada MCK. a. Rendah tidak ada MCK, MCK bersama = skor 0 b. Tinggi memakai MCK sendiri = skor 1 6. Sumber penerangan adalah caraalat yang dipakai untuk menerangi rumah, diukur dari yang memakai listrik PLN, listrik non-PLN, petromak, dan oborsenter. a. Rendah oborsenter = skor 0 b. Tinggi listrik PLN = skor 1 7. Sumber air minum adalah caraalat yang dipakai untuk mendapatkan air minum, diukur dari yang menggunakan air dalam kemasan, ledeng, pompasumur, mata airair hujanair sungai, dan sungai. a. Rendah air sumur = skor 0 b. Tinggi air dalam kemasan = skor 1 8. Bahan bakar untuk memasak adalah alatcara yang digunakan dalam memasak, diukur dari yang memakai listrik, gas, minyak tanah, dan kayu bakar. a. Rendah kayu bakar = skor 0 b. Tinggi gas = skor 1 9. Barang yang dimiliki adalah barang yang dapat dijadikan modal usaha atau dijadikan tabungan, yang diukur dari kepemilikan mobil, sepeda motor, komputer, emas, lemari es, televisi, HP, dan tape radio. a. Tidak ada ≤ Rp500.000,- = skor 0 b. Ada Rp500.000,- = skor 1 10. Frekuensi konsumsi makanan yang bergizi ialah intesitas atau seberapa banyak seseorang mengkonsumsi makanan bergizi, yang diukur dari frekuensi mengkonsumsi daging, telur dan susu, ayam, ikan, sayur-sayuran, dan buah- buahan dalam satu minggu. a. Rendah satu kali makan dalam seminggu = skor 0 b. Tinggi lebih dari satu kali makan dalam seminggu = skor 1 11. Frekuensi makan dalam satu hari yaitu tingkat dalam mengkonsumsi makanan pokok dalam satu hari, yang diukur dari 1 kali makan dalam satu hari, 2 kali makan dalam satu hari, 3 kali makan dalam 1 hari, dan 4 kali makan satu hari. a. Rendah satudua kali makan dalam sehari = skor 0 b. Tinggi lebih dari dua kali makan dalam sehari = skor 1 12. Frekuensi membeli pakaian adalah intensitas seseorang dalam membeli pakaian, yang diukur berapa kali dapat membeli satu stel pakaian dalam satu tahun. a. Rendah membeli satu stel dalam setahun = skor 0 b. Tinggi membeli lebih dari satu stel dalam setahun = skor 1 13. Sumber mata pencaharian adalah pekerjaan yang dilakukan oleh kepala keluarga, yang diukur dari pengeluaran satu bulan. a. Rendah kurang dari Rp600.000,- per bulan = skor 0 b. Tinggi lebih dari Rp600.000,- per bulan = skor 1 14. Pendidikan adalan jenjang pendidikan terakhir yang pernah ditempuh oleh kepala keluarga, yang diukur dengan tingkat tidak bersekolah, Sekolah Dasar SD, Madrasah Ibtidaiyah, SMP UmumKejuruan, Madrasah Tsanawiyah, SMA, Madrasah Aliyah, SMK, Program D.ID.II, Program D.III, dan Program D.IVS1. a. Rendah tidak bersekolah = skor 0 b. Tinggi S1 = skor 1 15. Biaya pengobatan adalah uang yang dikeluarkan untuk membayar pengobatannya, diukur dari tingkat kesulitan dalam membayar pengobatan dalam 6 bulan terakhir. a. Tidak mampu = skor 0 b. Mampu = skor 1 16. Kemiskinan menurut BPS adalah kondisi yang berada dibawah garis nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non-makanan, diukur dari pengeluaran rumah tangga satu bulan terakhir konsumsi dan 1 tahun terakhir non-konsumsi. Garis kemiskinan Tahun 2010 di Provinsi Jawa Barat adalah sebesar Rp.201.138,- per kapita per bulan. Besarnya nilai Garis Kemiskinan Makanan GKM pada Maret 2010 adalah sebesar Rp144.942,- dan untuk Garis Kemiskinan Non Makanan GKNM sebesar Rp56.196,-. Orang miskin: ≤ Rp201.138,- per kapita per bulan. Orang tidak miskin: Rp201.138,- per kapita per bulan. Penilaian tingkat kemiskinan adalah akumulasi skor pada pertanyaan kemiskinan yang ditentukan sebagai berikut. 1. Non miskin skor 1X ≤8 2. Miskin skor 8X ≤14 17. Kemiskinan absolut adalah garis kemiskinan yang ditetapkan berdasarkan standar nasinonal yakni berdasarkan 14 kiteria rumah tangga miskin, dan standar lokal yakni berdasarkan 8 kriteria rumah tangga miskin menurut masyarakat Desa Cadasngampar. 18. Kemiskinan relatif adalah perubahan posisi sosial yang tetap berada dibawah garis kemiskinan nasional, diukur dari tangga kemiskinan dari 1-10. Rumah tangga miskin: di bawah persepsi garis kemiskinan responden. Rumah tangga tidak miskin: di atas persepsi garis kemiskinan responden. 19. Partisipasi masyarakat adalah bentuk keberdayaan masyarakat yang diwujudkan dalam keterlibatan mental dan emosional, dalam situasi kelompok yang mendorong mereka memberikan kontribusi pada pencapaian tujuan kelompok, dilihat dari 8 tingkat partisipasi yang diukur dari skor penilaian berdasar tanggapan responden terhadap kontribusinya dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri PNPM-M Perkotaan. 20. Manipulasi merupakan partisipasi yang tidak perlu menuntut respon partisipan untuk terlibat banyak pasif. 21. Terapi ialah dengar pendapat, tetapi pendapat dari partisipan sama sekali tidak dapat mempengaruhi kedudukan program yang sedang dilaksanakan. 22. Pemberitahuan sekedar pemberitahuan searah atau sosialisasi dari fasilitator Program Nasional Pemberdayaan Mayarakat Mandiri PNPM-M Perkotaan kepada masyarakat miskin desa Cadasngampar. 23. Kosultatif ialah dimana kelompok masyarakat miskin diberikan pendampingan dan konsultasi oleh pihak-pihak terkait pemerintah dan PNPM-M Perkotaan, sehingga pandangan-pandangan diberitahukan dan tetap dilibatkan dalam penentuan keputusan dialog dua arah. 24. Penenangan dicirikan komunikasi sudah berjalan baik dan sudah ada negosiasi antara kedua belah pihak. Partisipan dapat memberi saran tetapi tidak memiliki kewenangan menentukan kewenangan partisipasi semu. 25. Kemitraan ialah dimana kondisi partisipan dan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri PNPM-M Perkotaan sebagai mitra sejajar sehingga dapat mewujudkan keputusan bersama melalui negosiasi partisipasi fungsional. 26. Pendelegasian kekuasaan merupakan bentuk partisipasi masyarakat. Pihak Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri PNPM-M Perkotaan sudah memberikan kewenangan kepada masyarakat miskin untuk mengurus sendiri keperluannya terkait dengan program dan masyarakat miskin telah melakukan perencanaan, implementasi dan monitoring terhadap program. 27. Kontrol masyarakat sudah terbentuk independensi dari monitoring dari masyarakat terhadap pemerintah dan pihak Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri PNPM-M Perkotaan. Penilaian tingkat partisipasi adalah akumulasi skor pada pertanyaan partisipasi yang ditentukan sebagai berikut. 1. Manipulasi manipulative skor 1 X ≤ 8 2. Terapi therapy skor 8 X ≤ 16 3. Pemberitahuan informing skor 16 X ≤ 24 4. Konsultasi consultation skor 24 X ≤ 32 5. Penenangan placation skor 32 X ≤ 40 6. Kerjasama partnership skor 40 X ≤ 48 7. Pendelegasian wewenang delegated power skor 48 X ≤ 56 8. Pengawasan oleh komunitas citizen power skor 56 X ≤ 64 28. Pemberdayaan merupakan sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat berpartisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas, dan mempengaruhi kehidupannya.

29. Perbedaan pada tingkat pendapatan merupakan perubahan pendapatan sebelum

dan sesudah berpartisipasi dalam PNPM-M Perkotaan, dilihat dari pengeluaran konsumsibulan, dan pengeluaran konsumsitahun. 1. Lebih rendah = skor 1 2. Tetap = skor 2 3. Lebih tinggi = skor 3 30. Perubahan pada tingkat kepemilikan aset adalah perubahan barang yang dapat dijadikan modal atau tabungan, yang diukur dari kepemilikan mobil, sepeda motor, komputer, emas, lemari es, televisi, HP, dan tape radio. 1. Lebih rendah = skor 1 2. Tetap = skor 2 3. Lebih tinggi = skor 3 31. Perubahan pada pola konsumsi merupakan perubahan mengkonsumsi barangmakanan ke arah yang lebih baik, diukur dari tingkat pengeluaran yang lebih tinggi terhadap konsumsi makanan dan non-makanan. 1. Lebih rendah = skor 1 2. Tetap = skor 2 3. Lebih tinggi = skor 3 32. Perubahan mata pencaharian dan modal usaha merupakan perubahan pekerjaan dan modal usaha ke arah yang lebih baik, diukur dari pekerjaan sebelum dan setelah adanya Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri PNPM- M Perkotaan. 1. Lebih rendah = skor 1 2. Tetap = skor 2 3. Lebih tinggi = skor 3 Penilaian tingkat keberdayaan adalah akumulasi skor pada pertanyaan pemberdayaan yang ditentukan sebagai berikut. 1. Tidak berdaya skor 1 X ≤ 6 2. Berdaya skor 6 X ≤ 12 33. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri PNPM-M Perkotaan adalah program pemberdayaan bagi masyarakat perkotaan, untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan.

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2011. Penelitian ini dilakukan di Desa Cadasngampar, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja purposive dengan pertimbangan Desa Cadasngampar pernah menjadi penerima bantuan dalam program Inpres Desa Tertinggal IDT, dan sekarang Desa Cadasngampar merupakan salah satu desa lokasi pelaksana PNPM-M Perkotaan yang dipandang berhasil oleh para stakeholder PNPM-M Perkotaan. Pertimbangan keberhasilan tersebut memungkinkan peneliti untuk melihat aspek yang menentukan partisipasi masyarakat dalam program pemberdayaan masyarakat yang dikembangkan oleh PNPM-M Perkotaan tersebut serta dapat melihat keberdayaan masyarakat yang diperoleh dari keberhasilan program tersebut.

3.2. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang didukung oleh data-data kualitatif. Kombinasi ini dilakukan untuk memperkaya data dan lebih memahami fenomena sosial yang diteliti. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan metode survai, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Penelitian survai menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesa yang dikategorikan sebagai penelitian penjelasan explanatory research Singarimbun dan Effendi 1989. Hubungan kausal yang dijelaskan dalam penelitian ini adalah hubungan tingkat kemiskinan terhadap tingkat partisipasi, serta tingkat partisipasi terhadap tingkat keberdayaan masyarakat miskin dalam pelaksanaan PNPM-M Perkotaan. Pendekatan kuantitatif yang dilakukan dengan wawancara melalui kuesioner, digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan, tingkat partisipasi, perubahan tingkat pendapatan, perubahan pola konsumsi, perubahan status kemiskinan selama penerapan PNPM-M Perkotaan. Teknik wawancara yang dilakukan peneliti saat pengisisan data kuesioner, agar responden tidak kebingungan saat pengisian dan peneliti juga dapat

Dokumen yang terkait

“Efektivitas Pelaksanaan Pembangunan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM –MP) Di Desa Hutapadang Kota Padangsidimpuan Hutaimbaru

1 83 111

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan (studi kasus : Pinjaman Bergulir di Kelurahan Bantan Kecamatan Tembung)

4 79 75

Analisis Dampak Program Pnpm Mandiri Perkotaan Bidang Infrastruktur Terhadap Pendapatan Masyarakat Di Kota Tebing Tinggi

0 35 104

Efektifitas Pelaksanaan Program Pinjaman Bergulir (PNPM Mandiri Perkotaan) di Kelurahan Karang Berombak Kecamatan Medan Barat Kota Medan

0 27 245

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri Pedesaan terhadap Pembangunan Desa di desa Suka Damai.

12 108 132

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat –Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (PNPM-P2KP) Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kelurahan Sidikalang Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi

1 51 128

Partisipasi Masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Nasional (PNPM) Mandiri Perdesaan (Studi Deskriftif di Kelurahan Aek Simotung, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara)

0 62 148

Partisipasi Masyarakat Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP)Di Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara

4 84 264

Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) (Studi Kasus di Desa Sitio II Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan)

0 46 125

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Desa Dolok Hataran Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun

0 55 76