masyarakat mana yang lebih dominan antara masyarakat miskin dan masyarakat nonmiskin, karena sasaran utama dari PNPM-M Perkotaan adalah masyarakat miskin.
Penentuan jumlah sampel sebanyak 90 responden berdasarkan tipe kegiatan PNPM-M Perkotaan, yang diambil dari 30 responden aspek lingkungan, 30 responden
aspek ekonomi, dan 30 responden aspek sosial. Populasi sebanyak 1.155 jiwa. Pertanyaan kuesioner diarahkan untuk mengetahui kondisi fisik, fasilitas, perlengakapan
dan lingkungan tempat tinggal, serta pengeluaran rumah tangga secara rinci untuk mengetahui pendapatan dan tingkat kemiskinan secara riil.
3.3. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Metode analisis yang digunakan penelitian ini, menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif dan metode analisis deskriptif kualitatif. Analisis kuantitatif
didapatkan dari pengolahan data hasil kuesioner. Dalam analisis deskriptif kuantitatif ini, data yang telah terkumpul kemudian ditabulasikan untuk disajikan dalam bentuk
tabel frekuensi dan grafik. Selanjutnya data kuantitatif dilakukan pengujian statistik untuk melihat korelasi antara tingkat kemiskinan terhadap tingkat partisipasi, serta
korelasi antara tingkat partisipasi dan tingkat keberdayaan,, yang diuji dengan Rank Spearman
karena pengukurannya menggunakan skala ordinal. Analisis terhadap data kuantitatif dilakukan melalui perangkat lunak Microsoft Excel 2007 dan SPSS 15.0 for
Windows . Hasil perhitungan kuantitatif selanjutnya dianalisis dengan menggunakan
pendekatan deskriptif yang kemudian menjadi bahan masukan bagi analisis selanjutnya yaitu analisis secara kualitatif. Metode analisis kedua yang dipakai adalah metode
analisis deskriptif kualitatif, dimana analisis ini digunakan untuk menggambarkan karakteristik responden secara khusus, peranan dan kredibilitas fasilitator serta
pengaruh BKM terhadap pelaksanaan PNPM-M Perkotaan. Kemudian, kutipan pernyataan responden maupun informan yang dijadikan sebagai penguatan data
kuantitatif Hipotesis uji pada statistik uji Rank Spearman adalah menguji tingkat
kemiskinan terhadap tingkat partisipasi serta tingkat partisipasi terhadap tingkat keberdayaan. Pengujian menggunakan nilai kritis sebesar 5 per sen, karena
menggunakan uji dua sisi 2-tailed maka hasil yang ada adalah dengan membandingkan Sig. p-value dengan alpha. Jika Sig. p-value kurang dari alpha
maka akan tolak H dan menerima H
1
.
3.4. Bias Penelitian
Bias pada suatu penelitian dimungkinkan dapat terjadi, besarnya bias yang dapat ditoleransi pada suatu penelitian tergantung pada sifat penelitian itu sendiri
Singarimbun dan Effendi 1989. Umumnya bias penelitian terjadi karena pertama, bias karena pemakaian sampel dan kedua, bias bukan oleh pemakaian sampel.
3.4.1. Bias Karena Penarikan Sampel
Menurut Singarimbun dan Effendi 1989, semakin besar sampel semakin kecil pula terjadinya bias atau penyimpangan, dan sampel yang tergolong besar yang
distribusinya normal adalah sampel yang jumlahnya lebih dari 30 kasus yang diambil
secara random. Penelitian ini menggunakan sampel yang tergolong ke dalam sampel
berukuran besar karena jumlahnya lebih dari 30 kasus, juga menggunakan acak sederhana dan acak terstratifikasi sehingga pada penelitian ini kemungkinan terjadinya
penyimpangan karena pemakaian sampel sangat kecil.
3.4.2. Bias Bukan oleh Pemakaian Sampel
Peneliti menilai adanya beberapa bias yang dimungkinkan terjadi pada penelitian ini yang bukan disebabkan oleh penarikan sampel. Namun peneliti telah meminimalisir
hal tersebut. Pertama, penyimpangan karena kesalahan perencanaan. Peneliti memakai 14 kriteria rumah tangga miskin menurut BPS sehingga dari hasil penelitian hanya
terdapat 1,1 per sen rumah tangga yang terkategorikan miskin. Ke-14 kriteria ini sudah tidak relevan, tidak sanggup lagi menangkap realitas kemiskinan yang sebenarnya.
Harus diakui, bahwa tingkat kebutuhan dan konsumsi masyarakat akan terus meningkat, terutama karena perkembangan ekonomi. Sedangkan penentuan 8 kriteria rumah tangga
miskin yang disepakati bersama oleh masyarakat Desa Cadasngampar juga tidak mampu menerangkan realitas yang ada, karena tidak terdapat satu pun responden yang
terkategorikan miskin yang seharusnya menjadi sasaran utama dalam pelaksanaan kegiatan PNPM-M Perkotaan. Peneliti pun menyiasati hal ini dengan menggunakan
acuan kemiskinan relatif berdasarkan keadaan yang dibandingkan dengan kondisi umum lainnya. Kedua, penyimpangan karena salah tafsir responden. Pada awal pengukuran
responden mengira peneliti adalah anggota PNPM-M Perkotaan yang akan memberikan dana kepada responden, namun peneliti segera mengkonfirmasi bahwa peneliti hanya
ingin melakukan penelitian di Desa Cadasngampar. Responden terkadang enggan untuk
menyatakan berapa pendapatan mereka. Peneliti menyiasati dengan cara menghitung bersama-sama antara peneliti dan responden terhadap pengeluaran konsumsi dan non
konsumsi responden sebelum dan sesudah adanya PNPM-M Perkotaan.
3.5. Jenis Kelamin Responden
Jenis kelamin merupakan identitas biologis responden yang dikategorikan menjadi laki-laki dan perempuan. Responden dalam penelitian ini terdiri dari 48
reponden laki-laki dan 42 reponden perempuan yang tersebar di dalam tiga aspek kegiatan, yang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Aspek
Kegiatan PNPM-M Perkotaan di Desa Cadasngampar, Kabupaten Bogor,
Provinsi Jawa Barat Tahun 2011
Jenis Kelamin
Aspek Kegiatan Total
Persentase Lingkungan Ekonomi
Sosial
Laki-laki 29 15 4 48
53.3 Perempuan 1 15 26
42 46.7
Total 30 30 30
90 100.0
Tampak dari hasil penelitian, aspek lingkungan lebih didominasi oleh jenis kelamin laki-laki sebanyak 29 responden, aspek ekonomi memiliki kesempatan yang
sama antara laki-laki dan perempuan, sedangkan aspek sosial lebih didominasi oleh perempuan sebanyak 26 responden.
3.6. Usia Angkatan Kerja